Surat Pembaca

Transportasi Kereta Api, hanya Isu bagi Kalbar

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi. Com, SURAT PEMBACA–Provinsi Kalbar sampai sana ini masih belum memiliki transportasi darat berupa jalur rel kereta api, namun sejumlah wacana pembangunan jalur rel kereta api sudah sering diisukan dan tak berujung sampai sekarang. Sebagaimana janji Gubernur Kalbar periode 2018-2023 pernah menyatakan bahwa akan ada perencanaan pembangunan jalur kereta api Trans Kalimantan ke sejumlah wilayah di Kalbar dan luar Kalbar (https://kaltim.idntimes.com 23/10/2023).

Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Universitas Tanjungpura Pontianak Rustamaji mengungkapkan, Kalbar dimungkinkan untuk dibangun jalur rel kereta api. Namun harus dilakukan prastudi, dan studi sebelum dilakukannya perancangan teknik.

Persoalan yang mendasar di Kalimantan Barat adalah bahwa pusat kegiatan ekonomi di Kalimantan Barat berada di daerah pesisir yang umumnya merupakan dataran rendah pantai (coastal lowland area) yang memiliki morfolpogi pedataran, dan umumnya ditutupi oleh deposit tanah lunak bahkan deposit tanah lunak dengan kandungan organik yang signifikan hingga merupakan tanah gambut (peaty soils). Perlu di analisa dengan seksama dan teliti terhadap aspek-aspek stabilitas yang menjamin rel kereta dapat melayani kereta api melewatinya dengan baik.

Di Jalan Panca Bhakti, Pontianak Utara ada yang namanya Bukit Rel yang saat ini dijadikan sebuah tempat wisata. Sebelumnya, orang sekitar mengatakan bahwa bukit rel yang berada adalah jalur kereta api zaman kolonial Belanda. Bukit ini pernah dikeruk, batunya diambil untuk pembangunan Jalan Senghie dan sepanjang Jalan Batu Layang. Berdasarkan ceritanya dulu, terdapat dua bukit berdiri di sana demi kemajuan peradaban kota, satu bukit dikeruk oleh Belanda.

Jejak-jejak pengerukan batu masih bisa dilihat. Bekas rel, dan pemecah batu yang tersisa mampu membawa kita menerobos ke masa lalu. Ketinggian Bukit Rel tersebut kurang lebih 40 meter. Di puncak bukit dapat ditemukan pantak. Tempat ritual masyarakat adat Dayak. Di sekitar Bukti Rel, juga dihuni beragam masyarakat.

Jika kita lihat potensi Provinsi Kalbar, maka terbentang luasan wilayah yang cukup besar, yakni seluas 146.807 kilometer persegi, atau 7,53 persen dari luas Indonesia, dan 1,13 kali luas Pulau Jawa. Provinsi ini membentang lurus dari Utara ke Selatan sepanjang lebih dari 600 kilometer, dan sekitar 850 kilometer dari Barat ke Timur. Luasan wilayah tersebut tentu akan lebih mudah dijangkau ketika ada jalur kereta api. Namun janji politik itu tak menampakkan kemajuan hingga saat ini.

Setelah sebelumnya Kalbar dianggap akan berperan pula pada pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur, khususnya dalam hal transportasi. Provinsi Kalbar yang berbatasan darat dengan Sarawak Malaysia sepanjang 966 Km dan berada di jalur utama pelayaran dan logistik Alur Pelayaran Kepulauan Indonesia (ALKI) I, ternyata sama juga, dari sudut mana sebuah isu ini bisa dilaksanakan? Sayangnya di negeri yang mengadopsi kapitalisme ini, lagi-lagi malah menunggu investasi semata.

Kebermanfaatan atas suatu proyek transportasi semestinya dikembalikan untuk sebaik-baiknya urusan rakyat. Jangan sampai proyek hanya untuk melayani kapitalis, dibantu kapitalis dan memberi untuk kepada kapitalis, rakyat diabaikan.

Kebutuhan selama ini akan kereta api di Kalbar itu sudah sangat lama menjadi aspirasi rakyat untuk kemudahan mobilitas orang maupun distribusi barang. Namun karena arah pandang penguasa yang hipokrit plus reputasi political will yang buruk, meniscayakan kita meninggalkan sistem demokrasi kapitalisme ini dan beralih ke sistem Islam.

Zawanah FN.
Pontianak, Kalbar

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 34

Comment here