Opini

Mewaspadai Potensi Konflik Jelang Pemilu

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ummu Salman (Pegiat Literasi)

wacana-edukasi.com, OPINI– Pada Minggu, 15 oktober 2023, sore hari terjadi kerusuhan di Muntilan, Magelang. Lokasi kejadian terjadi di dua tempat yang berbeda. Pertama di Pabelan, Kecamatan Mungkid, Magelang. Kemudian gesekan berlanjut melalui aksi penghadangan di Muntilan. Diduga bentrokan ini melibatkan Laskar PDIP Jogja (BSM dan Bregodo Wirodigdo) yang baru saja menghadiri acara di Mungkid dengan GPK (Gerakan Pemuda Kabah) Militan. Meksipun tak sampai ada korban jiwa, namun ada korban luka sebab lemparan batu dan sebanyak 6 unit sepeda motor dibakar oleh massa yang bentrok.

Adanya korban luka dari salah satu pihak, mengakibatkan pihak yang lain melakukan blokade jalan, sempat terjadi adu mulut hingga terjadi aksi saling lempar batu diantara mereka. Bentrok dua kelompok ini pun mengakibatkan lalu lintas Magelang-Yogyakarta dan sebaliknya sempat mengalami macet total. Hingga pukul 20.30 WIB malam hari, kondisi di lokasi kejadian sudah kondusif. Sejumlah aparat turut dikerahkan, seperti personel Brimob Polda Jateng, Kodim 0705, Samapta Polres Kota Magelang dan Purworejo.(tirto.id, 16/10/2023)

Rawan Konflik Menjelang Pemilu

Sesungguhnya pemicu bentrok hanyalah persoalan sepele, hanya saja gesekan kecil tersebut menjadi persoalan besar karena kuatnya sentimen. Memang, menjelang Pemilu 2024, sejumlah simpatisan partai mulai marak melakukan kegiatan di masyarakat. Tentu saja mereka melakukannya untuk mencari dan memperkuat dukungan warga terhadap partai dan capres-cawapres yang diusung partai.
Hanya saja hal penting yang harus dikritik adalah bahwa keberpihakan rakyat kepada partai hari ini umumnya karena faktor emosional, simbol dan figur, tanpa pemahaman yang benar akan arah dan tujuan partai. Keterikatan demikian memudahkan terjadinya gesekan antar individu/kelompok lantaran kuatnya sentiment/ego kelompok dengan pemicu yang sangat sepele.

Umumnya bentrok terjadi di akar rumput dimana rakyat sebagai simpatisan. Sementara dikalangan para elit partai-partai yang akan bertarung dalam pemilu justru saling bekerjasama demi tercapainya tujuan mereka. Fakta ini selaras dengan ungkapan ‘tidak ada teman sejati, maupun musuh abadi, yang ada adalah kepentingan abadi’.

Dalam sistem demokrasi, prinsip itulah yang dijalankan oleh partai-partai. Bagaimana meraih kekuasaan setinggi-tingginya, seperti itulah pandangan mereka tentang politik.
Bisa dikatakan bahwa sistem politik demokrasi identik dengan politik kepentingan, yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat, yang terjadi justru cenderung merugikan rakyat. Rakyat sekedar diposisikan sebagai pihak yang dimanfaatkan untuk mendulang suara demi kepentingan para elit partai yang ambisi berkuasa.

Ketika kursi kekuasaan telah diraihnya, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan sangat jauh dari upaya mewujudkan kesejahteraaan rakyat. Karena itu slogan “dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat” hanyalah slogan manis yang disampaikan kepada rakyat, tanpa pernah terealisasi. Sebab setelah kekuasaan diraih, kepentingan rakyat selalu saja terabaikan.

Oleh karena itu, saat ini umat harus paham tujuan yang hendak diraih dan waspada akan pihak-pihak yang memanfaatkan suara rakyat untuk kepentingan individu / kelompok. Umat harus sadar bahwa keberadaan partai politik dalam sistem demokrasi tidak akan mengantarkan pada kebaikan umat. Sebaik apapun individu yang bergabung pada partai dan sebanyak apapun simpatisannya, selama partai-partai tersebut tegak di atas sistem demokrasi, maka tidak akan pernah terwujud perubahan yang hakiki.

Partai Shahih Tegak Dalam Sistem Islam

Dengan kondisi umat seperti hari ini, maka umat membutuhkan partai politik yang shahih yang akan bekerja untuk kepentingan umat semata. Dan partai shahih ini tidak mungkin lahir dari sistem yang rusak yang berasaskan kapitalisme sekularisme. Partai shahih akan lahir dari sistem yang juga shahih yaitu sistem Islam yang berasal dari Allah ta’ala. Kalaupun partai shahih tersebut ada ditengah peradaban Kapitalisme saat ini, maka keberadaannya bertujuan untuk menegakkan peradaban yang shahih, yakni peradaban Islam.

Dalam sistem Islam, berdirinya partai politik bukan untuk memuaskan nafsu berkuasa dan sekedar memenangkan suara, akan tetapi melaksanakan peran strategisnya, yaitu melakukan perubahan di tengah masyarakat yaitu membentuk pemahaman dan kesadaran politik yang benar yaitu mengurus urusan umat.

Partai politik yang benar adalah partai yang menjadikan Islam sebagai fikrah (pemikiran) dan thariqahnya (metodenya). Orang-orang yang bergerak dalam partai tersebut haruslah memiliki kesadaran dan kehendak yang benar. Ikatan meraka adalah ikatan yang berlandaskan Islam bukan sekedar ikatan organisasi atau kepentingan. Partai yang dibangun di atas basis yang benar akan menempuh dan meraih tujuan berdasarkan asas tersebut.

Inilah peran penting dari partai politik shahih ketika hadir ditengah umat. .mereka membina dan mendidik pemikiran umat dengan Islam. Islam membolehkan adanya banyak partai sebagai sarana melakukan muhasabah namun partai-partai tersebut tetap berasaskan ideologi Islam, tetap terikat aturan Allah dan RasulNya serta saling menghormati dalam menjalankann amanahnya.
Dalam Islam, berpolitik direaliasikan dalam aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar. Oleh karenanya tugas partai politik Islam yang shahih adalah mengembalikan kehidupan Islam di bawah naungan Institusi Khilafah Islam yang akan mempersatukan umat Islam di seluruh dunia dan menyebarluaskan dakwah Islam ke seluruh dunia.

Oleh karenanya saat ini umat Islam harus memiliki agenda politik sendiri yakni menghadirkan kepemimpinan Islam ditengah mereka, bukan malah tertipu dengan pencitraan politis sistem demokrasi.
Wallahu’alam bishowwab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 22

Comment here