Oleh Neni Arini
Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Melihat dan mendengar berita di berbagai media online banyak sekali kita menyaksikan berita pembunuhan. Pembunuhan anak kepada orang tua, orang tua kepada anak, suami terhadap istri dan lainnya. Rasa kemanusiaan kita sebagai hamba ciptaan Allah telah hilang, padahal Allah yang memberikan di dalamnya fitrah menyayangi, perasaan yang lembut. Tetapi yang terjadi hari ini banyak manusia yang jiwa dan hatinya tidak memiliki rasa kemanusiaan. Amarah tak terkontrol sehingga bisa menghabisi nyawa anak dan keluarga sendiri.
Ada apakah dengan semua ini? Apa yang menjadi akar permasalahan sehingga semua ini terjadi? Baru-baru ini saja kita dikagetkan dengan kabar berita seorang anak yang dibunuh oleh ibunya yang dibantu oleh keluarga lainnya.
Dilansir dari Kompas.com-Muhamad Rauf (13), warga Desa Parigimulya, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat ditemukan tewas di saluran irigasi atau sungai di Blok Sukatani, Desa Bugis, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, Rabu (4/10/2023)
Rauf ditemukan di pinggir sungai dalam kondisi berlumuran darah dengan tangan terikat ke belakang.
Rauf ternyata dihabisi nyawanya oleh ibu kandungnya N (43), paman S (24) serta kakeknya, W (70).
Kasus ibu bunuh anak kandung di Subang ini sempat menggemparkan warga karena mereka tak mengira pembunuhan dilakukan keluarga tersebut.
Kapolres Indramayu, AKBP M Fahri Siregar mengatakan, korban dihabisi nyawanya pada Selasa (3/10/2023) malam.
Malam itu, Rauf masuk ke dalam rumah melewati atap. Korban sendiri diketahui lama hidup menggelandang dan sudah lama tak pulang.
“Saat itu korban dilihat oleh kakeknya (W) dan sempat menegur,” ujar Kapolres Indramayu saat konferensi pers di Mapolres Indramayu, Jumat (6/10/2023).
Karena mendapat teguran, korban pun memukul sang kakek. Tak terima dengan perlakuan cucunya, kakeknya memukul korban dengan gergaji.
Selain itu kakek korban juga memanggil ibu korban, N. Di saat bersamaan, korban berusaha kabur melarikan diri.
Sang ibu kemudian menghadang dan menangkap Rauf. Lalu sang ibu membanting anaknya sendiri yang dalam kondisi terluka di dipan dan ditindih.
Kejadian yang telah membuat akal sehat hilang, semua hanya menggunakan hawa nafsu Angkara murka. Bengis dan tak berkeprikemanusiaan sampai tega-teganya membunuh anak sendiri.
Kita cermati peristiwa ini, karena ada rangkaian yang menjadi penyebabnya. Akibat perceraian kedua orang tuanya Rauf tumbuh tanpa kasih sayang kedua orang tuanya, tidak mendapatkan pola asuh yang seharusnya utuh. Akhirnya timbul banyak faktor seperti menjadi anak yang tidak percaya diri, penuh kecemasan, putus asa, labil dalam bersikap sehingga sangat mempengaruhi tumbuh kembang dari si anak.
Faktor terjadinya perceraian bisa diakibatkan lemahnya tataran rumah tangga. Pandangan terhadap sebuah kehidupan rumah tangga berdasarkan standart duniawi saja. Sehingga orientasi bergeser dari tujuan akhirat.
Program pembekalan sebelum persiapan pernikahan yang disiapkan pemerintah yaitu program Bimbingan Perkawinan Pranikah bagi Calon Pengantin (Bimwincatin) pun tidak sanggup menahan lajunya perceraian.
Akibatnya ketika perceraian terjadi anaklah yang menjadi korban sehingga tumbuh tidak sesuai yang diinginkan, belum sang ibu yang harus mencari nafkah sendiri. Semua itu mengakibatkan jiwa tertekan sehingga mudah sekali untuk marah. Sulitnya menjalani kehidupan yang ideal sehingga membuat sang ibu jauh dari kewarasan, seperti yang terjadi pada kasus Rauf, tak tahan menghadapi kenakalan anaknya, maka dengan mudah nyawa melayang. Sudah hilang naluri sebagai seorang ibu, emosi tak terkontrol sudah membuat sang ibu berperilaku tak manusiawi.
Ketika menjalani sebuah pernikahan pasti akan ada ujian yang menerpa, tetapi hendaknya kita bersabar. Kehidupan masyarakat yang saat ini semakin jauh dari Islam, sistem kapitalis sekarang ini begitu kuat merusak kebahagiaan dari sebuah mahligai pernikahan. Kemiskinan, perselingkuhan, pergeseran orientasi hidup, hingga masyarakat yang rawan maksiat sejatinya turut menyumbang dampak negatif terhadap rapuhnya bangunan sebuah rumah tangga.
Negara wajib menerapkan aturan hukum pernikahan dan pola pendidikan anak secara baik, jika ingin masalah kekerasan di pembunuhan selesai dan tidak menjadi fenomena gunung es. Penerapan Islam yang sempurna inilah yang dapat membuat fungsi keluarga berjalan sehingga terbentuk keluarga Islam yang sakinah, mawadah, dan rahmah. Sistem Islam yang menyeluruh akan menjaga masyarakat termasuk keluarga dari kejahatan apa saja.
Sayangnya negara tidak dapat menerapkan hukum Islam ketika masih ada di dalam cengkeraman sekulerisme, liberalisme dan kapitalisme. Sebagai seorang muslim, tentu kita berharap negara dapat mengambil Islam sebagai landasan aturannya, yaitu sistem Islam. Insyaallah, sistem ini yang bisa mengatasi semua kasus termasuk kasus pembunuhan hingga ke akarnya.
Sistem Islam adalah sistem terbaik, karena Sang pembuat hukum adalah Allah Swt Sang pemilik bumi ini.
Views: 7
Comment here