Oleh : Ermawati
wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Hujan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah Jabodetabek tak hanya melepaskannya dari cekaman kemarau panjang, tapi menghadirkan kembali bencana banjir. Tak terkecuali untuk wilayah Bekasi. Banjir merendam permukiman penduduk di bantaran Kali Bekasi setelah debit air meningkat karena kiriman dari hulu di Bogor pada Minggu dinihari, 5 November 2023. “Ketinggian air sedengkul orang dewasa,” kata seorang warga di Gang Mawar, Jalan Kartini, Bekasi Timur, ketika dikonfirmasi Minggu pagi.
(metro.tempo.com, 05/11/2023)
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta melaporkan setidaknya ada 54 RT di Ibu Kota yang terendam banjir akibat hujan yang melanda wilayah DKI dan sekitarnya sejak Sabtu, 4 November 2023 hingga Minggu (5/11/2023).
“Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang melanda wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya pada Sabtu (4/11/2023), menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta,” ujar Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji. (liputan6.com, 05/11/2023).
Atap Stasiun LRT Cawang-Halim bocor hari ini, Minggu (5/11/2023). Manajemen PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI mengatakan hal itu disebabkan oleh curah hujan tinggi pada 4 November 2023.
Vice President Public Relation KAI Joni Martinus mengatakan, meski ada permasalahan di beberapa stasiun itu, pelayanan operasional tidak mengalami gangguan. Termasuk di halte stasiun LRT Cawang yang mengakami kebocoran akibat jebol saat hujan deras. (cnbcindonesia.com, 05/11/2023).
Musim hujan dan kemarau sudah menjadi musim yang rutin silih berganti namun ternyata diawal musim hujan yang melanda Jabodetabek dan wilayah lain sudah terjadi bencana banjir dan dikatakan tingginya curah hujan menjadi penyebab bocornya atap Satasiun LRT Cawang-Halim. Kejadian banjir sudah berulang terjadi, seharusnya pemerintah sudah mampu mengantisispasi. Tidak hanya wilayah lama di Jakarta yang terendam namun sekitarnya ikut kena banjir yang biasanya hanya 22 RT tapi sekarang mencapai 54 RT yang kebanjiran. Dalam membangun, seharusnya sudah diantisipasi untuk menghadapi musim hujan atau kemarau agar tidak salah dalam membangun. Hal ini terjadi sebab pemerintah tidak menyelesaikan masalah banjir ini pada akar nya, inilah hasil dari diadopsinya sistem Kapitalisme.
Namun kejadian banjir ini sering kali mereka menyalahkan karena curah hujan yang tinggi dan luapan kali, padahal harusnya perfikir bagaimana caranya agar tidak banjir kembali setiap tahunny. Di Kelurahan Cawang sebanyak 14 RT dengan ketinggian air 30 cm hingga 250 cm. Di Ciliwun Kelurahan Bidara Cina ada sebanyak 5 RT dengan ketinggian 40 cm hingga 120 cm. Sistem Kapitalisme ini hanyalah memikirkan untung rugi bukan serius mengurus rakyat, pemerintah melakukan masih melakukan banyak pembangunan di kota Jakarta yang sudah banyak bahkan padat penduduk demi mengejar keuntungan dari investasi asing. Bahkan tata kelola pemukiman juga kacau padahal ini menjadikan banjir tetap terjadi.
Daerah-daerah yang masih banyak pepohonan tidak seharusnya di gunduli, namun nyatanya banyak kawasan hijau di gundul untuk pembangunan alhasil banjir saat musim hujan tidak terhidarkan, masyarakat mengatakan ini sudah nasib yang membuat mereka pasrah begitu saja, namun ini akibat dari penerapan sistem Kapitalisme.
Berbeda dengan Islam, sebab Khilafah akan mengurusi rakyat nya dengan segala kebijakan yang cepat, tepat dan canggih. Untuk mengatasi kebanjiran Khilafah akan melakukan upaya pencegahan, dilihatnya wilayah-wilayah yang rendah yang berpotensi adanya genangan air yang penyerapan nya juga minim, tentunya ditempat ini akan dilarang masyarakat membuat pemukiman, jika sudah terlanjur ada maka akan di pindahkan ketempat yang aman dari banjir namun tetap nyaman dan mudah dalam akses kebutuhan. Dan akan melihat daerah yang masih ada hutan nya untuk tidak di buat pembangunan disana, lahan hijau tetap akan di pelihara agar tidak merusak lingkungan. Daerah-daerah yang belum ada serapan air yang baik maka akan di buat misal bendungan, dll untuk menampungan air hujan.
Islam menjadikan keselamatan dan kenyamanan rakyat hal utama. Oleh karena itu, negara melakukan mitigasi dan membangun semua fasilitas, sehingga rakyat terlindungi dari bahaya banjir dan lainnya, kebijakan yang akan di lakukan pastinya akan jauh-jauh hari sebelum musim hujan. Keberadaan sungai-sungai akan di lihat dan di keruk lumpur-lumpur agar tidak keruh dan agar tidak adalagi penguapan sungai seperti yang terjadi di sistem kapitalisme, dalam Khilafah sungai-sungai akan di jaga kebersihannya agar tidak tercemar sampah-sampah atau limbah dari pabrik. Upaya-upaya akan dilakukan semaksimal, edukasi akan di lakukan jika terjadi bencana, jika tetap terjadi banjir maka penanganan akan cepat dilakukan dengan mengevaluasi korban dan dipindahkan ke tempat yang aman. Wallahu a’lam bish showab
Views: 16
Comment here