Oleh : Eti Ummu Nadia
wacana-edukasi.com, OPINI– Warga Dusun Pananjung, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, Jawa Barat, dikejutkan dengan ditemukannya jasad seorang laki-laki berinisial SH (51) yang mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di samping rumahnya. Korban ditemukan oleh tetangganya yang datang ke rumah korban dengan niat untuk membangunkan korban yang belum terlihat beraktivitas. Sebelum kejadian, korban sempat datang ke rumah tetangganya tersebut dan mengeluhkan sakit kepala akibat jatuh dari pohon rambutan. Bahkan dengan lantangnya, korban sempat berbicara kepada tetangganya bahwa sakitnya itu akan dibawanya sampai mati. Dilansir dari harapanrakyat.com (03/11/2023), kejadian ini pun sudah ditangani oleh Polsek Pataruman dan Infais Polres Kota Banjar.
Rusaknya Mental dan Lemahnya Keimanan
Sungguh miris tindakan nekad yang dilakukan SH. Masa tua yang sejatinya bisa dilalui dengan penuh kebahagiaan, berkumpul bersama dengan anak-anak juga cucu-cucunya, tapi faktanya tidak semua impian itu bisa diraih setiap orang tua. Sayang, masa tua yang seharusnya menjadikan kita lebih memperbaiki kualitas ibadah kita, justru malah sebaliknya, melakukan perbuatan yang dibenci Allah. Kasus bunuh diri semakin marak menjamur di masyarakat. Dilansir dari laman databoks.katadata.co.id (18/10/2023), kasus bunuh diri periode Januari sampai Oktober 2023 mencapai angka 971. Hal tersebut tentu menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan tahun 2022 yang hanya berjumlah 900 kasus bunuh diri. Jawa Tengah menempati peringkat satu dengan jumlah kasus bunuh diri terbanyak di Indonesia. Sesungguhnya ini merupakan fenomena gunung es, dimana tidak menutup kemungkinan jika jumlah tersebut bisa lebih dari yang saat ini tercatat.
Maraknya fenomena bunuh diri seperti sedang trend, dalam satu bulan terakhir ada beberapa laporan mengenai kasus bunuh diri. Fakta tersebut menggambarkan rapuhnya kondisi mental masyarakat. Mental yang rapuh juga rusak menjadikan seseorang tidak bisa berpikir jernih. Ketika ada permasalahan yang dianggap berat, dan merasa tidak mampu, maka solusi terakhir yang diambil adalah mengakhiri hidupnya. Seperti gantung diri salah satunya. Selain faktor mental rusak, faktor ekonomi, asmara, penyakit yang tidak kunjung sembuh, ditambah tidak adanya keluarga yang bisa diharapkan. Sebagaimana peristiwa bunuh diri yang dilakukan SH. Beberapa faktor penyebab rentan bunuh diri adalah yang sering kita lihat dan dengar baik itu di media ataupun televisi.
Melihat beberapa faktor tersebut, tentu yang paling utama dan sangat berpengaruh adalah faktor keimanan. Keimanan yang lemah, rapuh menjadikan taraf berpikir seseorang rendah, sehingga rentan menjadikan seseorang menjadi lemah, putus asa, tak kala datang ujian menghampirinya. Padahal merupakan sunatullah jika hidup itu ada ujiannya. Seharusnya seseorang meyakini dan beriman sebagaimana rukun iman yang ke-enam, yaitu kita harus meyakini qodo qodar, baik buruk nya datang dari Allah SWT. Meski terkadang hal tersebut tidak sesuai dengan keinginan kita.
Sistem Sekuler-Kapitalis Apakah Bisa Jadi Solusi?
Oleh sebab itu kasus tersebut jadi PR besar yang harus di benahi. Jika dibiarkan tanpa ada penanganan khusus, maka tidak menutup kemungkinan fenomena bunuh diri akan terus meningkat. Lantas seperti apakah sikap pemimpin menyikapinya? Apakah dengan sistem kapitalis yang bercokol saat ini, mampu memberikan solusi atas fenomena bunuh diri, dengan cara pandang hidup kapitalis yang berlawanan dengan Islam. Kapitalis tujuan hidup hanya untuk eksistensi, kesenangan duniawi, mencari keuntungan dan materi sebanyak-banyaknya, sehingga lupa tujuan akhirat. Pun dengan paham sekuler yaitu pemisahan agama dari kehidupan, sehingga agama diterapkan dalam ibadah mahdah saja sedangkan aturan lainnya diabaikan.
Kedua paham ini apakah bisa dijadikan solusi? Paham yang terlahir dari budaya barat, kemudian diadopsi dan diterapkan di negeri kita jadi bibit, yang tumbuh subur berkembang di masyarakat hingga sekarang. Alhasil sebagian mereka terkontaminasi pemahaman dan pemikiran barat. Akibatnya taraf berpikir masyarakat menjadi rendah, keimanan lemah, akibat jauh dari pemahaman Islam yang utuh. Tidak adanya peran pemimpin sebagai penjaga keimanan bagi individu maupun masyarakat, turut andil dalam maraknya kasus bunuh diri. Pemimpin dalam sistem kapitalis lebih memprioritaskan masyarakatnya dalam menggenjot untuk kemajuan ekonomi. Sedangkan untuk akidah umat, minim diperhatikan. Apakah kita masih berharap solusi dalam sistem kufur sekarang?
Sistem Islam Apakah Solusi?
Sebagaimana yang diyakini oleh orang beriman, sistem Islam satu-satunya aturan hidup yang shohih karena berasal dari Allah SWT yang Maha Pencipta. Begitu juga Allah telah menciptakan manusia beserta dengan aturannya. Al-Qur’an sebagai panduan yang di dalamnya ada perintah, larangan juga petunjuk. Aturan tersebut wajib kita taati. Di antaranya bunuh diri, tentu perbuatan tersebut dilarang keras dalam Islam. Manusia tidak boleh mendzalimi dirinya sendiri, bahkan sampai menghilangkan nyawa. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (QS.An-Nisa [4]:29).
“Barang siapa yang membunuh dirinya sendiri dengan suatu cara yang ada di dunia, niscaya kelak pada hari kiamat Allah akan menyiksanya dengan cara seperti itu pula.” (HR Bukhari dan Muslim).
Seorang manusia tidak boleh mengakhiri hidupnya mau itu dengan cara gantung diri, minum racun dan lain sebagainya. Karena yang berhak menetapkan hidup dan mati seseorang hanya Allah. Seharusnya pemimpin memberikan solusi efektif dengan penerapan sistem Islam kaffah. Karena solusi tidak cukup hanya dengan logika, seperti ajakan untuk tidak putus asa, tanpa adanya praktek atau tindakan. Berbeda dalam sistem Islam, ada fikrah (ide) dan tarikah (cara mewujudkan ide tersebut).
Seperti solusi kasus bunuh diri, Islam dengan ideologinya akan meriayah masyarakat agar senantiasa kuat keimanannya. Kemudian ide tersebut di terapkan. Masyarakat pun akan dipahamkan dengan konsep qodo dan qodar. Sehingga akan meyakini dengan ketetapan yang Allah berikan, dan menerima ujian dalam hidupnya. Salah satunya sakit, masyarakat di ajarkan konsep untuk sabar, karena hal tersebut merupakan qodo yang Allah sudah tetapkan. Jika kita bersabar dengan sakit, maka itu jadi penggugur dosa untuk kita.
Selain itu, sistem Islam akan benar-benar menjaga mental dan keimanan masyarakat agar tetap terjaga dan sehat. Pemimpin dalam Islam (Khalifah) akan menjauhkan paham-paham barat yang merusak pondasi keimanan. Karena hanya dengan sistem Islam kaffah semua aturan hidup akan di realisasikan. Sehingga masyarakat akan terus dibimbing agar senantiasa berada dalam ketakwaan. Pun dengan sandang, pangan, papan, juga lapangan pekerjaan akan diberikan oleh Khalifah. Maka masyarakat tidak diberikan beban yang berat untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian kasus bunuh diri dapat di minimalisir, bahkan tidak ada, jika Islam kaffah diterapkan. Dengan terealisasinya aturan Islam maka akan melahirkan individu yang bertakwa kuat imannya sesuai tuntunan Al-Qur’an dan As-sunah.
Wallahu’alam Bish Shawab
Views: 71
Comment here