Opini

Memahami Akar Masalah Palestina

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : N’ Aenirahmah

wacana-edukasi.com, OPINI-“Aku tidak akan memberikan sejengkal tanah ini kepada kalian, karena ia bukan milikku ia adalah hak umat Islam”. Kemudian Sultan berkata : ” Jika kekhilafahan hancur pada suatu hari, mereka dapat mengambil Palestina tanpa biaya! selagi aku masih hidup, aku tidak akan memisahkan Palestina dari kekhilafahan Islam”.(Sultan Abdul Hamid II, 1902).

Inilah sikap tegas yang diambil oleh Sultan Abdul Hamid II kepada seorang agen Yahudi bernama Theodore Herzl ketika berusaha menyuap Sultan dengan uang sebesar 150 juta Poundsterling atau setara 3 triliun rupiah, agar mengizinkan Yahudi menempati Palestina sebuah tanah yang mereka klaim sebagai tanah yang dijanjikan “A Promised Land”.

Inggris Membidani Lahirnya Negara Zionis

Yahudi menyadari jika Palestina merupakan wilayah yang berpenghuni dan bertuan di bawah kekuatan institusi politik yang sangat kuat yakni Kekhilafahan Utsmaniyah.
Untuk mewujudkan impian mereka, Theodore Herzl kemudian mendirikan gerakan Zionisme, ia menyusun doktrin Zionismenya dalam buku yang berjudul Der Judenstaad’ ( The Jewish State)

Ada 2 gerakan Yahudi ; pertama Zionisme gerakan agama, mereka menginginkan Pelestina sebagai pusat ibadah kaum Yahudi seluruh dunia. Kedua Zionisme politik, mereka menginginkan Palestina sebagai tempat tinggal sebab, kaum Yahudi selama ini tidak memiliki negara, sebagai kaum yang terpencar atau diaspora.

Dua gerakan Zionis ini mendapat dukungan dari Inggris dengan lahirnya Deklarasi Balfour pada tahun 1917 yang isinya restu Inggris kepada Yahudi untuk bermukim di Palestina. Mulailah kapal-kapal Inggris menghantarkan Zionis ke Palestina dalam jumlah yang sedikit, memagari tanah Palestina sedikit demi sedikit jika tidak ada reaksi mereka melanjutkan dan memperluas. Namun jika ada reaksi mereka berhenti atau dengan cara lain yaitu membeli tanah dari orang Palestina.

Sampai pada tahun 1924 Khilafah
Islamiyyah diruntuhkan oleh agen Inggris orang Yahudi bernama Kemal Ataturk. Yahudi semakin leluasa menguasai Palestina karena kaum muslimin tidak lagi memiliki junnah pelindung harta, darah dan kehormatan. Sampai pada 14 Mei 1948 secara sepihak Israel mengumumkan sebagai negara Yahudi atas restu PBB.

Zionis Perampas dan Penjajah

Sejak Yahudi mendirikan entitas negara Zionis telah leluasa menduduki 77 persen tanah Palestina dengan mengusir dua per tiga rakyat Palestina dari tanah airnya. Penduduk Palestina bagaikan warga asing di tanah milik mereka sendiri.

Sejarah panjang telah mencatat kekejaman yang dilakukan Zionis Yahudi. Sejak pertama pendudukannya telah mengusir sekitar 800 ribu warga Palestina dari kampung halaman. Peristiwa ini dikenal dengan nama Nakba atau “Malapetaka” bagi Palestina. Ratusan ribu pengungsi itu kemudian tersebar di Gaza, Tepi Barat, Lebanon, Suriah, Mesir dan negara-negara lain.

Hampir setiap tahun zionis melakukan serangan terhadap Palestina pun tahun ini di Oktober 2023. Israel melancarkan bombardir paling brutal sepanjang sejarah Gaza, bagaimana tidak dalam waktu 6 hari sebanyak 6.000 bom berbobot 4.000 ton dijatuhkan di wilayah Gaza hampir sama dengan jumlah bom yang dijatuhkan Amerika di Afganistan dalam kurun setahun.

Serangan zionis memenuhi unsur-unsur kejahatan perang serta genosida secara brutal membunuh perempuan dan anak-anak, menghancurkan bangunan-bangunan sipil, memutus aliran listrik, air bersih, makanan, bahan bakar dan telekomunikasi. Lebih dari 8.900 warga Gaza, mayoritas adalah anak-anak syahid dalam serangan itu. (databoks, katadata.co.id 26 Oktober 2023)

Terlihat Kuat Berkat Dukungan Barat

Sejarah telah mencatat, 1 hari setelah deklarasi negara Yahudi maka pecahlah perang Arab – Israel pada 15 Mei 1948. Sikap para pemimpin negeri Islam seperti ; Lebanon, Suriah, Yordania, Mesir dan Irak mengirimkan pasukan ke Palestina untuk mengusir Israel. Namun Israel memenangkan perang ini berkat bantuan Amerika Serikat, Inggris , Perancis dan negara-negara Eropa. Perang pertama inilah yang semakin memperluas wilayah Israel, di mana hampir 70 persen wilayah Palestina sempurna diduduki Israel lagi-lagi atas restu PBB dengan sebutan wilayah Britania Raya.

Zionis negara yang baru lahir dengan jumlah penduduk saat itu hanya 7,2 jiwa seolah terlihat kuat, karena di sokong oleh negara-negara besar di belakangnya yang menyuplai persenjataan dan nuklir yang suatu waktu bisa diledakkan apabila negeri-negeri di wilayah sekitar bereaksi kembali. Sehingga hal ini yang kemudian diduga mendorong negeri-negeri muslim untuk membuat hubungan diplomatik dengan Israel.

Agresi Zionis Membuka Mata Dunia

Kecanggihan teknologi digital membuat dunia menyaksikan kebrutalan Zionis, serangan yang membabi buta tanpa pandang bulu. Sasarannya warga sipil bahkan anak-anak menjadi korban kebiadabannya, zionis menjelma sebagai agresor pembunuh kemanusiaan yang luar biasa di abad ini.

Fakta kebiadaban ini telah mendorong dunia untuk bersikap dan mengecam. Namun hal ini tidak membuat Zionis menghentikan aksi brutalnya. Tidak ada satu negara pun yang berani menerjunkan kekuatan militernya untuk menyerang Israel atau sekedar memutus pasokan air bersih oleh Yordania serta memutus pasokan minyak dan gas alam oleh Turki dan Kazakhtan. Padahal jika ini dilakukan dipastikan Israel akan kelimpungan bahkan mati kutu.

Sebagian lainnya warga dunia masih saja menggantungkan solusi melalui Badan Keamanan PBB yang dianggap akan mampu menyelesaikan penjajahan dan kebiadaban Israel. Faktanya lebih dari 30 resolusi yang dikeluarkan Dewan Keamanan PBB tidak pernah mampu menghentikan agresi Zionis. Sebab PBB merupakan lembaga dunia sebagai tim yang ikut membidani lahirnya negara Israel sang agresor kejam itu.

Solusi Palestina Hanya Islam

Perang Zionis dengan Palestina tidak sebanding. Serangan Zionis didukung oleh negara Barat sementara perlawanan Palestina dilakukan oleh kelompok atau ormas yaitu HAMAS.

Agresi yang dilakukan Israel terhadap Palestina tidak mungkin diselesaikan melalui cara-cara damai seperti yang ditawarkan negara Barat. Berbagai perjanjian perdamaian hanya memperburuk nasib rakyat Palestina. Satu-satunya cara adalah dengan memerangi Israel.

Hanya saja, cara ini tidak mungkin mampu dilakukan oleh umat Islam secara individual. Yang akan mampu mengalahkan Israel dan sekutunya adalah negara yang memiliki kekuatan dan kemampuan besar.

Umat ini tidak akan pernah memiliki kemuliaan dan meraih kemenangan kecuali dengam Islam.

Selamanya umat akan berada pada kemunduran, sampai ada kelompok orang dari umat ini yang bersedia menerima panji kepemimpinan yang berpegang teguh pada Islam dalam seluruh sendi kehidupan termasuk jihad.

Ketika umat menginginkan penderitaan muslim Palestina berakhir, jalan yang harus ditempuh adalah dengan mewujudkan tegaknya Daulah Khilafah Islamiyyah yang akan memberantas kekejaman Zionis Israel dan para sekutunya.

Wallahu a’lam bishshawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 12

Comment here