Opini

Ilusi Bahan Pangan Murah dalam Demokrasi

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Nana Juwita, S.Si.

wacana-edukasi.com, OPINI– Harapan untuk mendapatkan harga bahan pangan murah seperti mimpi di negeri ini, bagaimana tidak, para ibu rumah tangga dikejutkan dengan harga bahan pangan yang dalam beberapa bulan terakhir ini mengalami kenaikkan. Seperti yang dikutip dari cnbcindonesia.com, bahwa Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat, ada 9 komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga lebih dari 10% dari harga acuan atau eceran yang ditetapkan pemerintah. Sementara itu, Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (Kemendag) menunjukkan, sejumlah harga bahan pangan pokok bahkan sudah mengalami kenaikan 90% lebih. Beberapa jenis bahan pokok tersebut yang mengalami kenaikan diantaranya seperti, beras, gula, cabai merah, cabai rawit, dan bawang putih.

Adanya kenaikan harga pangan ini semangkin membebani hidup rakyat, sehingga membuat mereka mengeluhkan naiknya harga bahan pangan tersebut, hal ini seperti yang dialami oleh Waluyo, seorang warga di kawasan Petukangan, Jakarta Selatan. Dia mengaku cukup terbebani dengan kenaikan harga pangan, utamanya yang sering dikonsumsi. Dia mengaku, untuk keperluan belanja bulanan biasanya bisa terpenuhi dengan biaya Rp 1 juta. Namun, karena adanya kenaikan jadi perlu mengambil dari alokasi dana lainnya. Dia khawatir kenaikan harga ini bisa berlanjut hingga momen pergantian tahun. Pasalnya, pada momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) biasanya harga pangan ikut naik imbas meningkatkan permintaan. “Takutnya belum sampai Desember aja harga udah gila apalagi nanti pas nataru,” tegasnya.( https://www.liputan6.com)

Mahalnya harga pangan menunjukkan negara gagal menjamin kebutuhan pangan murah. Negara seharusnya melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi kenaikan harga karena berbagai persoalan. Namun hari ini mustahil terwujud ketika negara hanya menjadi regulator. Semestinya negara harusnya mampu untuk menjamin ketersediaan bahan pangan di setiap wilayah, agar harga menjadi stabil. Elnino bukan lah satu satunya alasan penyebab harga bahan pangan melambung tinggi, namun masalah distribusi terhadap bahan pangan yang dibutuhkan rakyat juga haruslah diperhatikan karena distribusi yang tidak merata dapat menyebabkan harga bahan pangan menjadi naik. apalagi dengan adanya penerapan sistem ekonomi kapitalisme demokrasi yang memberikan pengaruh besar terhadap kondisi harga bahan pangan., karena rawan dengan penimbunan barang ataupun monopoli pasar bagi para kapital bahkan penipuan sehingga harga barang menjadi mahal, oleh karena itu maka pengusa wajib mengontrol harga dipasar, dengan cara mengawasi distribusi bahan pangan apakah sudah merata di setiap wilayah sehingga harga menjadi stabil, agar rakyat kecil tidak terbebani dengan melonjaknya harga pangan, akibat kelangkaan bahan pangan.

Adapun solusi yang diambil untuk mencukupi bahan pangan di negeri ini untuk menjamin stok beras misalnya dengan cara import bahan pangan dari negara lain, sementara negara seharusnya mampu mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan dengan berbagai cara sehingga masyarakat selalu terpenuhi kebutuhan akan bahan pangan dengan mudah. Negara bisa saja mengoptimalkan pemanfaatan lahan kosong milik negara untuk menanam tanaman pangan seperti beras, cabai, tebu dan lain lain. Dan negara juga dapat mendorong rakyatnya untuk mau bertani dengan komoditas bahan pangan dengan catatan negara memberikan lahan kosong yang dapat dimanfaatkan bagi para petani, atau pun modal bagi petani untuk menanam komoditas tersebut, dengan tujuan agar negara tidak bergantung bahan pokok dari negeri lain. Betapa subur dan luasnya negeri ini, namun mengapa masih menggantungkan ketersediaan bahan pokok dari negara lain? Bukankah tugas penguasa negeri ini harusnya menjamin ketersedian bahan pangan agar masyarakat mudah untuk mendapatkan bahan pangan dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Subur dan luasnya lahan di negeri ini ternyata tidak mampu menjamin kesejahteraan rakyatnya, dikarenakan luasnya lahan kosong di negara ini lebih banyak dikelola oleh para kapital atau pengusaha yang dekat dengan penguasa sehingga mereka gampang mendapatkan hak pengelolaan lahan untuk mengelola tanah tersebut sesuai dengan keinginan para pengusaha. Jika sudah begini maka negara berperan hanya sebagai regulator semata. Sejatinya Islam menjadikan penguasa sebagaai ra’in yang wajib mengurus rakyat dan memenuhi kebutuhannya. Negara harus melakukan segenap cara untuk mewujudkan hal itu. Dan Islam memiliki berbagai mekanisme untuk menjaga kestabilan harga pangan di tengah umat.

Indonesia yang banyak memiliki sumber daya alam berlimpah, seperti emas, batu bara, gas alam, nikel dan lain lain, jika saja negara mampu untuk mengelolannya secara mandiri tanpa harus diserahkan kepada pihak swasta asing, maka akan mampu mensejahterakan negeri ini. sebagaimana sistem ekonomi Islam, yang menjamin kebutuhan pangan,sandang, dan papan, jika solusi yang diandalkan import bahan pangan. maka inilah salah satu yang menyebabkan harga pangan menjadi mahal.

padahal sejatinya “ Imam (Kepala Negara ) adalah pengurus rakyat. Dia bertanggung jawab atas urusan rakyatnya ( HR al-Bukhari).

Karena nantinya pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas rakyat yang dipimpinnya, oleh karena itu jaminan terhadap kebutuhan pangan hanya akan ada jika Islam dijadikan sebagai asas dalam mengatur urusan umat, sebagaimana Kholifah Umar-bin Khatab melarang kebijakan import barang ketika memang kondisi negara masih mampu menyediakan bahan pangan, sementara jika kelebihan stok bahan pangan maka negara dibolehkan untuk melakukan eksport, jika pun negara terpaksa mengimport bahan pangan tetap saja barang tersebut akan dijual atau bahkan diberikan secara gratis bagi rakyatnya, dari harta yang di simpan di baitul mall yang merupakan pos pemasukan Daulah. karena hal ini merupakan bentuk tanggung jawab pemimpin kepada rakyatnya.

Sementara itu terkait untuk menjaga kestabilan harga bahan pangan dan penipuan, atau penimbunan barang di pasaran maka Islam mencontohkan bahwa Kholifah akan mengangkat seorang Qodhi Hisbah (Qodhi pasar) untuk memonitoring terhadap aktivitas para pedagang (pelaku bisnis), para tukang dan pekerja, untuk mencegah mereka dari melakukan penipuan dalam perdagangan atau bisnis mereka, pekerjaan dan hasil hasil karya mereka, serta penggunaan takaran dan timbangan yang dapat membahayakan masyarakat. Aktivitas inilah juga yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw. Bahkan Kholifah Umar Bin Khatab juga pernah berkeliling di pasar umtuk memonitor langsung aktivitas perdagangan agar tidak terjadi penipuan yang akan merugikan rakyatnya. Sehingga disribuasi barang menjadi stabil dan dengan itu harga barang juga akan stabil. beginilah gambaran kepemimpinan di dalam negara yang menerapkan sistem Islam, yang akan mampu menjamin kesejahteraan bagi rakyatnya. Waulahuaklam bishawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 25

Comment here