Oleh: Murni, S.E. (Pegiat Literasi)
wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Ramai dibahas dan disorot, stunting menjadi salah satu problematika di dunia kesehatan yang sangat perlu mendapat upaya secara terus menerus dari berbagai pihak, khususnya pemerintah guna mengurangi angka prevalensinya di Indonesia. Menurut World Health Organization (WHO), stunting merupakan gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh gizi buruk, infeksi yang berulang serta simulasi psikososial yang tidak mencukupi.
Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting balita sebesar 21,6% pada tahun 2022. Berkaca dari data tersebut, pemerintah menargetkan pada tahun 2024 angka stunting di Indonesia akan turun dengan proporsi 14%. Tentu untuk mencapai target tersebut memerlukan upaya dan inovasi dalam menurunkan jumlah balita stunting 2,7% setiap tahunnya.
Adapun Nusa Tenggara Timur (NTT) tercatat sebagai provinsi dengan angka stunting tertinggi nasional pada 2021. SSGI mencatat sebanyak 37,8% atau 1 dari 3 anak balita di NTT mengalami stunting. Provinsi dengan angka stunting tertinggi berikutnya adalah Sulawesi Barat, yakni sebesar 33,8%. Diikuti Aceh 33,2%, Nusa Tenggara Barat (NTB) 31,4%, dan Sulawesi Tenggara 30,2%. (Sumber kata-data.co.id.).
Stunting dan Tingkat Kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan masyarakat tidak bisa dipisahkan dari isu stunting yang masih menjadi perhatian serius pemerintah. Pasalnya hal ini erat kaitannya dengan cara penanggulangannya. Tidak dapat dipungkiri kemiskinan dianggap menjadi faktor penting penyebab terjadinya stunting pada balita. Rumah tangga yang miskin tidak dapat memenuhi asupan gizi untuk anak nya, sehingga anak tersebut menjadi stunting. Dengan kondisi seperti itu, tumbuh kembang anak menjadi terhambat sehingga menghasilkan SDM yang tidak berkualitas.
Disisi yang lain penyebab masih tingginya angka stunting di Indonesia yang begitu kompleks, salah satunya adalah kurangnya edukasi pada masyarakat tentang pentingnya memperhatikan asupan gizi dan kebersihan diri pada ibu hamil dan anak dibawah usia dua tahun. Namun menurunnya tingkat kesejahteraan tetap menjadi faktor utama tingginya angka stunting. Belum lagi perilaku korup masih tinggi hingga mencuat adanya indikasi penyelewengan dana penanganan stunting (kekurangan gizi pada anak) di tingkat daerah, yang digunakan untuk keperluan rapat dan perjalanan dinas.
Tak heran sebuah studi menyebutkan, daerah dengan ketahanan pangan yang baik cenderung lebih rendah kasus stuntingnya jika dibandingkan dengan daerah dengan ketahanan pangan yang kurang baik. Sebab kesejahteraan tentu berbicara soal pangan. Dampak stunting pada anak akan terlihat pada jangka pendek dan jangka panjang. Pada jangka pendek berdampak terhadap pertumbuhan fisik yaitu tinggi anak di bawah rata-rata anak seusianya. Selain itu, juga berdampak pada perkembangan kognitif dikarenakan terganggunya perkembangan otak sehingga dapat menurunkan kecerdasan anak.
Sedangkan untuk jangka panjang, stunting akan menyebakan anak menjadi rentan terjangkit penyakit seperti penyakit diabetes, obesitas, penyakit jantung, pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas di usia tua. Selain itu, dampak jangka panjang bagi anak yang menderita stunting adalah berkaitan dengan kualitas SDM suatu negara.
Mencegah stunting adalah upaya menyelamatkan diri, keluarga, masyarakat, dan bangsa dari marabahaya. Hal ini sejalan dengan perintah Allah dalam al-Quran, di mana Islam mengajarkan untuk tidak meninggalkan generasi yang lemah dan harus mempersiapkan generasi yang kuat. Stunting ini berisiko melemahkan daya imunitas, juga menghambat pertumbuhan fisik dan menghambat perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan. Mempersiapkan generasi emas bukan hal mudah. Pasalnya, stunting masih menjadi masalah gizi utama bagi bayi dan anak dibawah usia dua tahun. Kondisi tersebut harus segera dientaskan karena akan menghambat momentum generasi emas anak bangsa. Bukan hanya pertumbuhan anak menjadi terhambat, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa. Jika stunting tidak segera diatasi hal ini tentunya akan menyebabkan penurunan kualitas SDM di masa yang akan datang. Sudah sepatutnya negara meningkatkan taraf kesejahteraan bagi rakyatnya untuk mencegah sunting agar tidak semakin genting. Stunting tak mungkin terselesaikan selama negara masih menerapkan sistem kapitalisme yang notabene hanya berpihak kepada para investor. Hanya dengan Islam yang memiliki sistem ekonomi, mampu memberikan pemerataan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Jika rakyat sudah sejahtera, maka kasus stunting akan sangat mudah diatasi bahkan dihilangkan.
Wallahu ‘alam Bishowab
Views: 21
Comment here