Opini

Program Stunting Prioritas Dunia, Tapi Ribuan Generasi Tewas di Palestina

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Asiyah, Ummu Uwais

wacana-edukasi.com, OPINI– Program Stunting saat ini menjadi prioritas dunia untuk menyelamatkan generasi dari dampak jangka panjang yang sekaligus menjaga kestabilan dunia, tetapi mengapa ribuan generasi di Palestina malah dibiarkan tewas?

Stunting menjadi program prioritas dunia, dunia konsen untuk menerapkan program yang dapat mencegah atau menurunkan prevalensi stunting. Menurut WHO tahun 2020, Stunting pada masa kanak-kanak mempengaruhi sekitar 149 juta anak-anak di bawah usia 5 tahun secara global. Stunting berdampak jangka panjang terhadap individu dan masyarakat, termasuk berkurangnya perkembangan kognitif dan fisik, berkurangnya kapasitas produktif dan kesehatan yang buruk, serta peningkatan risiko penyakit degeneratif seperti diabetes. Proyeksi menunjukkan bahwa 127 juta anak di bawah usia 5 tahun akan mengalami stunting pada tahun 2025. Oleh karena itu, investasi dan tindakan lebih lanjut diperlukan untuk mencapai target Majelis Kesehatan Dunia pada tahun 2025 untuk menguangi jumlah tersebut menjadi 100 juta, WHO sendiri menyatakan, kita semua harus berpartisipasi dalam upaya ini untuk memastikan bahwa anak-anak di seluruh dunia tumbuh dengan sehat dan kuat.

Tidak ketinggalan pemerintah Indonesia membuat sebuah program jangka menengah berdasarkan TPAK, 2019 yaitu, Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024. Dalam hal ini kegiatan strategi nasional percepatan pencegahan stunting dibentuk pemerintah dengan memunculkan program-program yang intervensinya dapat menurunkan angka stunting yang tinggi di Indonesia yang memprioritaskan dan memfokuskan sasaran pada ibu hamil, ibu menyusui dan anak 0-23 tahun. Program ini juga disasarkan pada anak usia 24-59 bulan, wanita usia subur dan remaja putri, dalam pelaksaanaanya dibentuk kabupaten dan kota prioritas dimana terdapat sebanyak 1.000 desa fokus di 100 kabupaten/kota prioritas pada tahun 2018, dilaksanakan kembali sehingga pada intervensinya terdapat peningkatan sasaran desa fokus menjadi 1.600 desa fokus di 160 kabupaten/kota prioritas pada tahun 2019 dan direncanakan kembali pada tahun 2020 sampai 2024 seluruh desa di kabupaten/kota prioritas yang dilaksanakan secara bertahap.

Begitu serius skala global, regional maupun lokal menjalankan program stunting ini dengan ketakutan dampak jangka panjang dari stunting ini, yang tentu saja juga akan mempengaruhi perekonomian negara bahkan dunia. Penjagaan generasi bahkan ibu dari generasi sama dengan penjagaan kestabilan negara. Namun di belahan dunia lain, ada negara yang jangankan menjaga generasi dan ibu generasi dengan status gizi normal dan sehat, tapi malah terbunuh akibat serangan bertubi-tubi. Tidak tanggung-tanggung dilansir dari AFP, korban tewas termasuk 4.650 anak-anak dan 3.145 perempuan. Serangan bertubi-tubi Israel ke wilayah Gaza juga telah menghancurkan bangunan, masjid, hingga rumah sakit. Saat ini hanya ada satu rumah sakit yang beroperasi yakni Rumah Sakit Baptis Al-Ahli.

Program stunting salah satu sasarannya adalah penjagaan ibu hamil, namun di Gaza diperkirakan terdapat 50.000 wanita hamil di Gaza dan lebih dari 180 melahirkan setiap hari. Lima belas persen dari mereka kemungkinan besar mengalami komplikasi terkait kehamilan atau kelahiran dan memerlukan perawatan medis tambahan. Terdapat 14 rumah sakit ditutup beserta 45 pusat layanan kesehatan dasar, beberapa perempuan harus melahirkan di tempat penampungan, di rumah mereka, di jalanan di tengah reruntuhan, atau di fasilitas layanan kesehatan yang kewalahan, dimana sanitasi memburuk, dan terdapat risiko meningkatnya infeksi dan komplikasi medis. Fasilitas kesehatan juga dihujani tembakan, pada tanggal 1 November Rumah Sakit Al Hilo, rumah sakit bersalin yang penting, dihancurkan. Dilansir dari RRI, 2023, kurangnya akses terhadap layanan kesehatan yang memadai dapat menyebabkan meningkatnya angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Konflik juga dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi dan menyebabkan peningkatan keguguran, bayi lahir meninggal, dan kelahiran prematur yang disebabkan oleh kondisi stres.

Kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan bayi yang baru lahir dan menyebabkan mereka terancam. Lebih dari separuh penduduk Gaza saat ini berada dalam kondisi memprihatinkan dengan persediaan air dan makanan yang terbatas, yang dapat menyebabkan kelaparan, kekurangan gizi, dehidrasi, dan penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air, yang paling menyedihkan adalah ketika wanita hamil maupun anak-anak ini sengaja dibunuh dengan bombardir, bukan lagi bercerita tentang program gizi untuk sehat, akses kesehatan, dampak psikologis, sanitasi, dan lain-lain, tapi serangan bertubi-tubi berarti secara sengaja menghabisi nyawa mereka.

Tindakan Dunia yang Terbatas

Dari segi prioritas penjagaan generasi, tentu ini seyogyanya menjadi prioritas. Dunia seharusnya mengarahkan pandangan mereka kesana, semua badan-badan dunia yang memiliki peran seharusnya tidak sebatas mengecam, melaporkan angka dan diam. Tidak mencukupkan diri dengan mengumpulkan bantuan kemanusiaan makanan dan obat-obatan. Bila program stunting saja bisa menjadi prioritas, serius digalakkan, terintegrasi menjalankan program secara terorganisir, melibatkan peran berbagai sektor, maka seharusnya hal ini lebih serius diprioritaskan. Serangan telah membuat Gaza benar-benar lumpuh, ribuan ibu dan generasi pun terbunuh.

Ketika badan-badan dunia bergerak, misi gabungan PBB yang dipimpin oleh WHO, bekerja sama dengan Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina, sukses mengevakuasi 31 bayi dari Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza utara ke sebuah rumah sakit di Gaza selatan. Misi ini melibatkan staf senior WHO, spesialis medis, dokter, serta perwakilan dari UNICEF, UNMAS, dan UNRWA. RS Al-Shifa mengalami krisis multifaktor, termasuk kekurangan air bersih, bahan bakar, perbekalan kesehatan, dan makanan, sehingga evakuasi menjadi kebutuhan mendesak. Meski masih ada lebih dari 250 pasien dan 20 petugas kesehatan di RS Al-Shifa yang meminta evakuasi, proses ini akan memakan waktu beberapa hari mengingat kompleksitas kendala keamanan dan logistik. WHO menyatakan apresiasi terhadap dedikasi dan keberanian staf kesehatan yang terus merawat pasien di tengah kondisi sulit, bahkan WHO kehilangan staf di Gaza, Dima Abdullatif Mohammed Alhaj, 29 tahun, bekerja sebagai patient administrator di the Limb Reconstruction Centre, WHO Trauma and Emergency Team. Namun mereka tak memiliki adidaya, hanya berharap perang berhenti dan bantuan medis yang bisa mereka upayakan.

Disisi lain Blinken, mentri Luar Negeri AS memiliki tujuan utama untuk mengatasi perang di Jalur Gaza dan mencegah perluasan konflik ke wilayah lain. Amerika berupaya menjaga agar pertempuran terbatas di Jalur Gaza. Amerika menegaskan kontrolnya atas definisi dan batas-batas perang, memperbolehkan pertumpahan darah di Jalur Gaza, namun melarang perang melibatkan wilayah di luar batas tersebut. Kiriman armada militer terbesar, termasuk dua kapal induk nuklir ke Gaza untuk Israel, maka dominasi Amerika atas Jalur Gaza tanpa mendapat tantangan dari kekuatan regional atau internasional lainnya.

Misi Blinken bertujuan untuk menangani konflik di Jalur Gaza dan kawasan sekitarnya dengan beberapa strategi kunci. AS ingin memastikan bahwa perang tetap terfokus di Jalur Gaza, mencegah perluasan ke wilayah lain, dan menetapkan garis merah terhadap evakuasi warga Palestina. AS ingin menyelesaikan masalah H*mas secara realistis, mengkriminalisasi peluncuran rudal tanpa mengkriminalisasi gerakan secara keseluruhan. Amerika juga memandang normalisasi hubungan Arab-Zionis sebagai peluang untuk menata ulang peta politik Timur Tengah dan mendorong Zionis untuk menyelesaikan konflik Palestina sebagai syarat normalisasi dengan Saudi Arabia. Dengan upaya ini, AS berperan sebagai mediator yang kuat untuk mencapai solusi konflik.

Usai kunjungan maraton Blinken ke Timur Tengah, Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa
Gabungan Islam Arab di Riyadh membahas respons terhadap agresi Zionis di Jalur Gaza. Penguasa Arab dan Muslim mengutuk tindakan pasukan Zionis sebagai “barbar,” meskipun tidak sepakat dalam mengambil langkah-langkah ekonomi dan politik yang menghukum Israel. Usulan penghentian pasokan minyak dan pemutusan hubungan diplomatik oleh beberapa negara ditolak oleh Mesir, Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Yordania, yang telah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Terungkap bahwa rezim-rezim Arab, terutama yang terlibat dalam Perjanjian Abraham, cenderung mengutamakan kepentingan ekonomi dan hubungan diplomatik dengan Israel di atas solidaritas regional dalam menanggapi konflik di Gaza.

Perlindungan Prioritas dan non prioritas dengan Tuntas

Islam menjamin keselamatan dan kesejahteraan setiap individu, termasuk anak-anak, dan mewajibkan negara untuk mewujudkannya secara nyata. Keimanan kepada Allah dan hari akhir menjadi landasan utama penguasa dalam melindungi dan menyehatkan anak-anak. Jangankan membunuh, menyakiti anak saja tidak diperbolehkan.

Dalam hal ini Rasulullah SAW berpesan beberapa kali pada umatnya, salah satunya adalah;
Bukan termasuk dari golongan kami, orang yang tidak menyayangi anak kecil dan menghormati orang tua.”(HR. Tirmizi).

Dalam hadist lainnya Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang memiliki anak, hendaklah ia bermain bersamanya dan menjadi sepertinya. Siapa yang mengembirakan hati anaknya, maka ia bagaikan memerdekakan hamba sahaya. Siapa yang bergurau (bercanda) untuk menyenangkan hati anaknya, maka ia bagaikan menangis karena takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla”. [HR Abu Daud dan At Tirmidzi).

Dalam Al-Qur’an Allah swt berfirman: ”Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir (terhadap kesejahteraannya). Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan berbicara dengan tutur kata yang benar”. (QS. Annisa’: 9).

Kandungan ayat tersebut memerintahkan agar kita memiliki rasa khawatir meninggalkan anak keturunan yang lemah. Lemah dalam hal fisik, psikis, ekonomi, kesehatan, intelektual, moral dan lain sebagainya. Ayat ini mengandung pesan agar kita melindungi anak cucu kita bahkan yang belum lahir sekalipun -jauh hari, jangan sampai nanti ia lahir dalam keadaan tidak sehat, tidak cerdas, gizi tidak memenuhi, dan terlantar tidak terpelihara. Sebagai agama rahmat Nabi saw telah banyak memberikan contoh-contoh praktis dalam memberikan perlindungan terhadap anak.

Nabi saw pernah mempercepat salatnya ketika mendengar tangisan seorang bayi karena khawatir ibunya gelisah sehingga terganggu salatnya.

Dalam kisah lain, Nabi saw pernah salat dan sujudnya agak lama. Ternyata ada cucunya Hasan dan Husain menunggangi punggungnya. Nabi saw tidak sampai hati bangun dari sujud khawatir cucunya terlepas atau terjatuh. Ini merupakan tanda bahwa beliau seorang penyayang dan pelindung terhadap anak-anak. Bahkan terhadap anak zina sekalipun Nabi saw melimpahkan kasih sayang. Ini dapat dilihat dari kasus wanita Bani Al-Ghamidiyah. Ia datang pada Nabi saw dan melaporkan bahwa dirinya hamil dari hasil zina dan meminta keputusan hukum. Nabi berkata “pulanglah sampai engkau melahirkan”. Ketika ia telah melahirkan, ia datang lagi kepada Nabi dengan membawa bayinya. Nabi berkata ”Pergilah, kemudian susuilah anakmu itu sampai engkau menyapihnya”. Setelah selesai disapih, ia datang lagi kepada Nabi bersama bayi, maka Nabi menyerahkan bayi itu kepada laki-laki muslim untuk dirawat. Setelah itu wanita tersebut dijatuhi hukuman rajam (HR. Muslim).

Islam sangat mencela kekerasan terlebih pada anak-anak. Nabi saw sendiri telah mencontohkan bahwa beliau tidak pernah melakukan pemukulan terhadap anak, istri, atau pembantu sekalipun. Aisyah meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw tidak penah memukul dengan tangannya terhadap istri atau pelayan, kecuali jika berjihad di jalan Allah (HR. Muslim).

Orang tua tidak boleh menelantarkan kebutuhan anaknya baik sandang maupun pangan. Allah berfirman,“dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut”.(QS. Al-Baqarah: 233).

Penelantaran kebutuhan anak meruplakan suatu dosa bagi orang tua. Nabi saw bersabda: “Cukup berdosa seseorang yang menyia-nyiakan nafkah orang yang menjadi tanggungannya”. (HR. Abu Dawud dan Ahmad). Dikisahkan, ada seorang bekas budak Abdullah bin ’Amr berniat satu bulan bemukim di Baitul Maqdis. Abdullah bertanya kepadanya, ”Apakah engkau telah meninggalkan nafkah yang mencukupi keluargamu untuk satu bulan? Orang itu menjawab, ”Tidak”. Maka Abdullah menyuruhnya kembali agar terlebih dahulu mencukupi nafkah selama satu bulan kepergiannya.
Islam memandang anak sebagai karunia yang berstatus suci. Karunia amanah yang harus dijaga dan dilindungi oleh orang tua, masyarakat hingga negara. Islam telah memberikan perhatian yang besar terhadap perlindungan anak-anak. Perlindungan dalam Islam meliputi fisik, psikis, intelektual, moral, ekonomi, dan lainnya. Hal ini dijabarkan dalam bentuk memenuhi semua hak-haknya, menjamin kebutuhan sandang dan pangannya, menjaga nama baik dan martabatnya, menjaga kesehatannya, memilihkan teman bergaul yang baik, menghindarkan dari kekerasan, dan lain-lain. Islam memiliki mekanisme lengkap untuk melindungi anak-anak, bahkan dalam situasi peperangan, dengan larangan membunuh anak-anak.

Wallahu a’lam bishshowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 56

Comment here