Opini

Hak Asasi Manusia, untuk Siapa?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Emmy Rina Subki

wacana-edukasi.com, OPINI– Hari Hak Asasi Manusia (HAM) yang diperingati pada hari minggu,10/12/2023 di Jakarta Pusat dan Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna H. Laoly telah memberi pernyataan untuk menjadikan momentum merefleksikan prinsip-prinsip HAM. Dilansir dari laman berita online antaranews.com (Minggu, 10/12/2023) menyatakan bahwa Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna H. Laoly mengungkapkan peringatan Hari HAM Sedunia Ke-75 bisa menjadi momentum untuk merefleksikan prinsip-prinsip HAM.

Beliau juga mengatakan “Malam ini menjadi momentum bagi kita bersama-sama merefleksikan prinsip-prinsip HAM dan merenungkan perjalanan dari Universal Declaration of Human Rights,”. Adapun peringatan hari HAM kali ini memilih tema Harmoni dalam Keberagaman dipandang relevan dan penting. Pasalnya, harmoni dalam keberagaman menjadi pengingat akan pentingnya mengakui, menghormati, dan merayakan beragaman Indonesia yang berlimpah.

Kalau kita amati dari tema hari HAM yaitu mengembalikan prinsip dasar dari HAM itu sendiri bahwasanya apa yang terjadi di dunia khususnya dalam negeri ini bisa kita simpulkan bahwa HAM hanya untuk kepentingan golongan tertentu saja. Sebagaimana yang tercantum dibutir prinsip dasar HAM, bahwa siapa pun mempunyai hak atas hidup, keamanan dan bebas dari penyiksaan. Nyatanya semuanya hanya omong kosong belaka. Kita bisa melihat bagaimana saudara kita di Palestina, uygur, India, Rohingya, bahkan didalam negeri ini saja terkait hak hidup, keamanan, dan bebas dari penyiksaan dan diskriminasi pun tidak dapat dipenuhi.

Belum lagi terhadap negeri Palestina yang saat ini dijajah oleh entitas Yahudi zionis Israel masih terus terjadi. Bahkan genosida yang dilakukan oleh zionis Yahudi dipertontonkan di dunia. Dunia yang katanya menyuarakan HAM hanya bisa diam membisu tanpa berbuat apa-apa.

Ditambah lagi dengan kasus penggusuran seperti Rempang dan dibeberapa daerah di Indonesia masih terus terjadi. Rakyat sama sekali tidak bisa memperoleh haknya untuk dapat hidup tenang dan aman. Karena dengan dalih proyek Strategis Nasional, rakyat yang sudah lama tinggal dikawasan ini terusir.
Lalu dimanakah HAM?

HAM hanya untuk Kepentingan Segelintir Orang

Kemenkumham yang katanya telah menyusun Indeks HAM Indonesia (IHAMI) yang ke depannya akan menjadi alat untuk mengukur implementasi HAM di Tanah Air. Adapun yang menjadi indeks untuk mengukur dalam implementasi HAM ini dengan apa sangat tidak jelas. Belum lagi yang dimaksud One important thing to take note, mempromosikan keharmonisan dalam keberagaman berarti memerangi diskriminasi, prasangka, intoleransi, dan ketidaksetaraan. Ini terkesan sangat dipenuhi unsur kepentingan golongan tertentu yang tidak mau kepentingan nya terganggu.

Hak asasi manusia (HAM) itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari sistem politik demokrasi yang lahir dari ide sekularisme -pemisahan agama dari kehidupan-. Politik demokrasi kapitalis inilah yang melahirkan liberalisme (kebebasan) yang merupakan prinsip dasar HAM. Adapun awal dari sejarah munculnya ide HAM atau Hak Asasi Manusia berawal dari seorang filsuf Inggris dari dunia barat (Eropa) pada abad ke 17 yang bernama Jhon Locke yang merumuskan hak alamiah (natural right) yang ada pada setiap manusia. Yaitu hak atas hidup, kebebasan dan memiliki.

Dengan lahirnya ide kebebasan ini bisa kita lihat bahwa seluruh nilai-nilai agama, kemanusiaan, dan akhlak manusia yang luhur telah tercampakan bahkan terinjak injak. Tidak ada standar hidup yang benar. Karena dengan dalih serba bebas banyak memunculkan manusia yang murtad dan tidak beragama. Kebebasan berprilaku tak ayal membuat merosotnya martabat manusia serendah-rendahnya. Belum lagi akan kita jumpai rusaknya tatanan norma kehidupan yang berakibat rusaknya generasi muda akibat terjebak seks bebas hingga akhirnya aborsi. Tidak hanya itu bahkan kaum pelaku sek sesama jenis atau L9BT pun tumbuh subur lantaran dengan dalih HAM mereka pun dilindungi.

Adapun terkait ide kebebasan dalam hal berkepemilikan membuat manusia menjadi rakus kekuasaan. Melahirkan para oligarki untuk menguasai sumberdaya alam milik negara dan rakyat. Sehingga bisa kita lihat banyak negeri-negeri kecil yang terjajah karena kerakusan negara negara kapitalis.

Berbagai macam persoalan yang terjadi. Sungguh HAM tidak bisa menyelesaikan terkait persoalan yang terjadi di dunia maupun di negeri ini. Apalagi menjadi standar dalam dalam menyikapi perbedaan pandangan hidup.

Solusi Tuntas hanya Islam Bukan HAM

Setelah kita melihat bahwa ide kebebasan dari HAM tidak bisa menyelesaikan problematika kehidupan manusia karena sejatinya ide HAM asasnya dari akal manusia yang lemah dan terbatas. Tentu hal ini pastinya akan menimbulkan pertentangan antara pemikiran manusia satu dengan yang lain.

Di dalam Islam hanya Allah Subhanahu wata’aala saja sebagai Muyarri'( Pembuat Hukum). Sedangkan perbuatan manusia pada dasarnya terikat dengan hukum syariat adalah wajib. Karena perbuatan manusia berlaku kaidah “hukum asal perbuatan manusia adalah terikat dengan hukum Allah”.

Sejarah telah membuktikan bahwa ketika syariat Islam diterapkan selama lebih kurang 13 abad. Betapa peradaban Islam mencapai kegemilangan. Diantara nya Ilmu pengetahuan mencapai puncaknya. Rakyat sejahtera, negeri-negeri muslim terlindung dan kehormatan perempuan terjaga.

Kita ambil contoh bagaimana kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Khalifah Umar bin Abdul Aziz atau lebih dikenal dengan sebutan Umar II adalah khalifah ke delapan yang memimpin Dinasti Umayyah. Dia lahir dari pasangan Abdul Aziz bin Marwan bin Al-Hakam dan Ummu Ashim binti Ashim bin Umar bin Al-Khattab. Dimasa ke pemimpinnya rakyat mencapai kemakmuran.

Salah satu indikator kemakmurannya disaat Amil Zakat membagikan zakat tidak satupun orang yang dijumpai mau menerima zakat. Padahal Amil telah berkeliling sampai ke Afrika. Dan negara saat itu sedang surplus.

Belum lagi kita melihat betapa kehormatan perempuan terjaga dan dihormati. Sebagaimana yang dilakukan Khalifah Al-Mutashim yang menjawab panggilan seorang budak muslimah yang dilecehkan kaum Romawi. Sebanyak 30.000 pasukan Romawi terbunuh dan beliau membebaskan Kota Ammuriyah dari tangan Romawi Tahun 223 Hijriyah. Al-Mu’tashim Billah merupakan seorang khalifah dari Bani Abbasiyah yang dikenal sangat perhatian dengan keselamatan dan kehormatan kaum muslimah.

Tentu banyak sejarah telah membuktikan bagaimana peradaban manusia akan gemilang dan mencapai puncak keemasan, ketika hukum Islam ditegakkan. Hal ini hanya bisa terlaksana ketika suatu negeri berhukum dengan hukum Islam secara kaffah dalam kehidupan yang tidak memisahkan agama dari kehidupan.

Sebagaimana firma Allah Subhanahu Wata’aala:

” Dan barangsiapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka Jahanam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.” (Q.S An-Nisa:115)

Wallahu’alam bishowwab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 29

Comment here