Oleh Santy Mey
WAacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang tidak pernah tuntas. Bahkan sampai saat ini, kemiskinan bukannya mengalami penurunan malah tambah meningkat, sehingga menjadi kemiskinan ekstrem.
Sementara itu, Bupati Bandung Dadang Supriatna, dalam pelantikan pengurus Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM) yang berlangsung di Hotel Emte Rancabali, mengungkapkan bahwa menurut survei sosial Ekonomi Nasional tingkat kemiskinan ekstrem Kabupaten Bandung, mengalami penurunan di tahun 2022 sebesar 0,3%. Dari sebelumnya 1,78% (Tahun 2021) menjadi 1,48%(Tahun 2022).
Menurutnya, Pemkab Bandung masih terus berupaya dalam menekan angka kemiskinan ekstrem. Adapun upaya yang dilakukan dengan membuat berbagai program, diantaranya pinjaman modal bergulir tanpa bunga dan tanpa jaminan, program insentif Guru ngaji serta kartu tani si bedas.
Namun, perihal penurunan kemiskinan ekstrem yang diungkapkan Bupati Bandung tersebut hanya di angka saja, tetapi kenyataannya berbanding terbalik dengan fakta di lapangan. Sebab, yang terjadi saat ini kemiskinan bukannya menurun tetapi semakin meningkat drastis.
Berdasarkan hal tersebut, dikarenakan terjadinya kesenjangan sosial, baik dalam hal pendistribusian bahan pokok maupun lapangan pekerjaan yang tidak merata. Apalagi saat ini, hampir semua perusahaan melakukan pengurangan karyawan, sehingga, mengakibatkan banyak pengangguran. Maka, disinilah awal terjadinya berbagai permasalahan.
Sehingga, meski berbagai program dibuat untuk menekan angka Kemiskinan Ekstrem, tidak akan selesai secara tuntas, selama negeri ini berada dalam sistem yang salah. Dimana dalam sistem ekonomi kapitalisme, pangsa pasar dikuasai oleh para oligarki, yang saling bersaing untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Disini, para penguasa sudah tidak memperdulikan lagi hak-hak rakyat.
Sehingga, dengan terjadinya persaingan bebas diantara para pemilik modal, maka secara otomatis lahan industri, produksi dan perdagangan akan dikuasai dan dikendalikan oleh pemilik swasta. Akibatnya, disini akan terjadi ketimpangan, dimana yang kaya semakin kaya sedangkan yang miskin akan tertindas dan semakin miskin.
Disamping itu, bagaimana mungkin, tingkat kemiskinan ekstrem akan menurun, selama negeri ini masih menganut paham liberalisme yang memilik gaya hidup konsumtif dan selalu mengkonsumsi barang-barang dari luar negeri serta munculnya sifat hedonisme bergaya hidup mewah di kalangan pejabat dan orang-orang berduit.
Maka, bila melihat pada situasi dan kondisi saat ini, sangat mustahil kemiskinan ekstrem akan mengalami penurunan. Seperti apa yang di ungkapkan Bupati Bandung, karena kategori miskin menurut pemerintahan hanya berdasarkan standar dengan pendapatan dibawah rata-rata saja.
Sedangkan, bila dilihat dalam kacamata Islam, kemiskinan merupakan qodho dari Allah SWT. Kendati demikian tidak sampai terjadi kemiskinan ekstrem. Sebab, pemerintah akan meriayah secara merata dan menyeluruh dengan menjamin seluruh rakyatnya.
Adapun, jaminan yang akan senantiasa di penuhi khalifah selaku pemimpin negara adalah pemenuhan hajat hidup publik, seperti sandang, pangan, papan, air bersih dan energi. Selain itu, pemenuhan jasa seperti
Kesehatan, pendidikan dan keamanan.
Sementara itu, dalam sistem ekonomi Islam, bahwa khalifah adalah Raa’in yaitu sebagai pelayan umat. Sehingga, mempunyai tugas dan tanggung jawab secara penuh untuk melayani masyarakat. Adapun, salah satunya mencapai kesejahteraan rakyatnya, yaitu dengan cara memfasilitasi dan memberikan kemudahan dalam berbagai hal kepada seluruh lapisan masyarakat.
Khususnya kepada kaum laki-laki, khalifah akan memberikan lapangan pekerjaan seluas-luasnya. Terlebih lagi, dalam memberikan gaji akan disesuaikan dengan tenaga dan kebutuhan. Sesuai pula dengan sabda Rasulullah SAW yang berbunyi ” Bayarlah Upah Pekerja, sebelum keringatnya mengering “.
Selain itu, dalam Pemerintahan Islam segala permasalahan hidup manusia, semua diatur dalam Al-Qur’an dan As-Sunah. Dimana, sumber hukumnya berasal dari Allah SWT dan apa yang dicontohkan Rasulullah SAW.
Adapun, salah satu ayat yang berkaitan dengan kemiskinan terdapat dalam surah An-Nahl ayat 112 yang artinya : “Dan Allah SWT membuat suatu perumpamaan satu negeri yang dahulunya aman lagi tentram, rezeki yang melimpah ruah, tetapi penduduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah merasakan kepada mereka kelaparan dan ketakutan, disebabkan atas apa yang telah mereka perbuat”.
Dengan demikian, dapat kita simpulkan dari ayat tersebut, bahwa kemiskinan ekstrem terjadi akibat dari ulah segelintir orang yang serakah dan tidak bersyukur atas karunia-Nya. Sehingga, Allah SWT memberikan peringatan agar manusia tidak melampaui batas, dalam bersikap dan bertingkah laku.
Jadi, jalan keluar dari masalah kemiskinan ekstrem yang melanda negeri ini, harus secara merata dan menyeluruh. Tidak lain adalah dengan bersyukur kepada Allah SWT yaitu dengan beriman dan bertaqwa kepada-Nya dan Rasulullah SAW. Serta bersegeralah kembali ke jalan yang lurus dan benar yaitu Islam Rahmatan lil ‘alamin.
Wallahu’alam bishawab
Views: 2
Comment here