Oleh: Normah Rosman
(Pemerhati Masalah Perempuan)
wacana-edukasi.com, OPINI– Dilansir dari Kumparan News (24/01/2024) , seorang ibu di Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, ditangkap polisi karena terlibat kasus pembunuhan. Rohwana, perempuan yang kesehariannya bekerja sebagai buruh, tega membunuh bayinya sendiri dengan cara menenggelamkannya ke ember berisi air sesaat setelah dilahirkan, kemudian membuangnya di semak-semak. Pengungkapan kasus ini berawal dari warga yang menemukan bayi laki-laki di kebun pada Jumat sore (19/1). Adapun motif dari Rohwana melakukan perbuatan tersebut karena tidak cukup biaya untuk membesarkannya.
Insiden tragis serupa juga terjadi di Desa Membalong, Kabupaten Blitung. Dimana seorang ibu tega membunuh dan membuang bayinya yang lahir secara normal di kamar mandi. Motif dari tindakan mengerikan ini diduga karena faktor ekonomi. Pelaku melakukan tindak pidana tersebut seorang diri tanpa bantuan dari siapapun. Pelaku juga merahasiakan kehamilannya bahkan kepada suaminya (bangka.tribunnews.com, 23/1/2024).
Sistem Kapitalisme Mematikan Nurani
Lagi seorang ibu tega membunuh darah dagingnya sendiri karena terdesak ekonomi. Tak dipungkiri jika saat ini ekonomi lemah banyak memicu terjadinya KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) dan tindakan kriminal lainnya. Tingginya beban hidup seorang ibu, telah mematikan fitrah keibuannya. Seorang ibu yang seharusnya berdiam diri di rumah dan fokus membesarkan serta mendidik anak-anaknya, kini tak jarang harus ikut berjuang di luar rumah guna memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Sehingga akan menambah beban yang dipikulnya. Dan pada puncaknya akan melalukan kekerasan yang di luar nalar akibat dari besarnya beban yang ia pikul.
Ibu adalah benteng terakhir dalam melindungi keluarga, jika seorang ibu rapuh maka rapuh jugalah ikatan keluarganya. Di tangan seorang ibu yang sehat mentalnya akan melahirkan generasi yang gemilang. Sebaliknya ibu yang memiliki permasalahan mental akan merusak juga mental anaknya. Itulah sebabnya seorang ibu harus fokus di dalam rumah, beban dalam rumah saja sudah cukup banyak. Jika ditambah lagi dengan beban luar rumah, maka tentu saja akan membuat beban ibu semakin besar. Al hasil bukannya mendapatkan hasil yang baik tapi semakin memperburuk keadaan.
Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat 3.547 aduan kasus kekerasan terhadap anak yang diterima sepanjang tahun 2023. Aduan tersebut dihimpun dari sejumlah jalur, baik dari pengaduan langsung, hotline service, hingga melalui pesan elektronik. Angka aduan ini naik 30% dibandingkan tahun lalu. Dengan kasus yang mendominasi yaitu kasus kekerasan seksual sebanyak 1.915 kasus, kemudian kasus kekerasan fisik sebanyak 985 kasus, dan kasus kekerasan psikis sebanyak 674 kasus. Dan ada banyak lagi kasus kekerasan pada anak di luar sana yang tidak dilaporkan. Peran ibu adalah yang utama agar anak-anaknya tidak mengalami tindak kekerasan. Meski tidak dipungkiri jika peran seorang ayah, masyarakat dan negara juga sangat dibutuhkan dalam memberantas kekerasan pada anak.
Kasus seperti ini sudah marak terjadi. Tak heran jika mengingat beban hidup saat ini terus saja meningkat. Mulai dari permasalahan ekonomi, lingkungan yang toxic, tak adanya dukungan dari keluarga terdekat, lemahnya iman seseorang dan tak adanya jaminan kesejahteraan dari negara terhadap rakyatnya. Tak dipungkiri jika permasalahan ekonomi adalah yang dominan dalam kasus ini, dan semuanya berkaitan erat dengan sistem yang diterapkan negara saat ini,yakni sistem kapitalisme. Nauzu billah.
Islam Menjaga Peran Ibu Agar Sesuai Dengan Fitrahnya
Islam bukan sekedar agama ritual saja, tapi Islam merupakan sebuah ideologi. Islam mempunyai tuntunan hidup yang lengkap mulai dari manusia bangun dari tidur hingga ia tidur lagi. Mulai dari manusia lahir hingga ia masuk liang lahat. Mulai dari individu, membangun keluarga, masyarakat hingga mendirikan negara. Islam juga mempunyai solusi bagi setiap permasalahan manusia, baik secara individu, kelompok maupun negara.
Islam mewajibkan negara menjamin kesejahteraan ibu dan anak melalui berbagai mekanisme, baik jalur nafkah, dukungan masyarakat maupun santunan negara. Islam akan memastikan setiap ibu menjalani perannya sesuai dengan fitrahnya. Islam mengatur seorang suami sebagai pemilik qowwam, dan istri sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Ini adalah peran yang teramat penting dalam kehidupan berkeluarga. Kaum wanitalah yang memiliki tanggungjawab pertama dalam pengasuhan anak (hadhanah). Sehingga seorang ibu akan fokus dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya tanpa harus memikirkan lagi beban ekonomi. Meskipun peran perempuan adalah memdidik dan membesarkan anak-anaknya, tapi bukan berarti mereka dilarang untuk berkiprah di tengah masyarakat.
Para ibu tidak dibebani dengan ekonomi, mereka cukup fokus saja dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Sedangkan beban ekonomi akan ditanggung oleh suami. Suami sekaligus ayah memiliki tanggungjawab dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan untuk keluarganya dengan cara bekerja mencari nafkah. Jika seorang suami atau ayah tak mampu memnuhi kebutuhan dasar keluarganya meskipun telah bekerja atau sakit dan lainnya, maka negaralah yang akan memenuhi semua kebutuhan dasar tersebut.
Islam memiliki sistem ekonomi dan politik yang mampu mewujudkan kesejahteraan individu perindividu, yang meniscayakan ketersediaan dana dalam mewujudkannya. Negara menjamin kebutuhan sandang, papan dan pangan terpenuhi dengan cara mewajibkan setiap laki-laki yang baligh, berakal dan mampu bekerja untuk mencari nafkah. Jika cara ini tidak berhasil maka negara akan membantu mereka perindividu, dengan memberikan bantuan langsung sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Baik berupa sandang, pangan maupun papan, Negara akan menggunakan anggaran baitul maal, dari pos zakat. Jika zakat tidak ada maka bisa dari pos pendapatan lainnya. Jika tidak ada, bisa dari pajak maupun dari pinjaman. Demikianlah cara negara memenuhi kebutuhan rakyatnya perindividu.
Dengan begini maka tidak ada lagi alasan seorang ibu untuk turut bekerja membantu memenuhi kebutuhan dan meninggalkan anak-anaknya hanya demi memenuhi urusan perut. Ibu bisa fokus mendidik anak-anaknya tanpa merasa lelah apalagi sampai depresi. Wallahu a’lam.
Views: 17
Comment here