Parenting

Agar Anak Tak Terlibat Tawuran

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Ismawati (Ibu dan Pemerhati Generasi dari Banyuasin)

wacana-edukasi.com, PARENTING– Sebagai seorang ibu, melahirkan dan membesarkan anak adalah anugerah yang begitu indah. Dapat melihat anak kita tumbuh dengan baik, sesuai harapan dan doa kedua orang tuanya. Rasanya, tidak ada orang tua di dunia ini yang ingin melihat anaknya berada di jalan yang salah. Hanya saja, mendidik anak di massa sekarang amatlah berat tantangan dan hambatannya. Jika salah langkah, mereka bisa menjadi pembuat keresahan di masyarakat.

Sebagaimana potret yang terjadi pada remaja di Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Viral sebuah video yang menunjukkan aksi tawuran remaja yang dilakukan di Jalan Silaberanti, Plaju, Palembang. Aksi tawuran terjadi pada Minggu (21/1) malam. Terlihat jelas dalam video yang diunggah dua kelompok remaja tersebut saling balas serangan dengan menggunakan senjata tajam (sajam).

Aksi tawuran ini tentu membuat warga sekitar merasa resah dan terganggu. Mengingat, tawuran merupakan perbuatan tercela yang banyak kerugiannya. Apalagi di tempat tersebut dikatakan warga, sudah sering terjadi. Bahkan, ada yang sampai terluka bacok dengan belah di perutnya. Naudzubillah (sripoku.com, 22/1).

Remaja di Ambang Krisis

Saat ini, tawuran dianggap sebagai sesuatu yang membanggakan. Sebab, bisa saling menunjukkan siapa yang paling hebat kepada lawan. Remaja membekali diri dengan senjata tajam, untuk menunjukkan kekuatannya. Saling melukai hingga meninggal dunia.

Krisis identitas semakin menggerus akhlak dan moral generasi masa kini. Mereka tidak memahami hakikat dari tujuan Allah Swt. menciptakannya. Jadilah nyawa yang hanya diberikan sekali, dihabiskan untuk perkara sia-sia. Menyesal tiada guna saat tubuh sudah tertutup papan dan tertimbun tanah. Rasa paling jagoan tadi seketika menghilang, saat nyawa sudah masuk ke liang lahat.

Selain itu, remaja yang kerap melakukan tawuran kurang memahami kontrol dirinya. Memang, Allah Swt. menciptakan pada diri manusia berupa potensi yakni adanya gharizah (naluri) dan kebutuhan jasmani. Kontrol diri masuk ke dalam gharizah baqa’ yakni naluri mempertahankan diri. Termasuk ingin dianggap ‘si paling kuat’ adalah representasi dari gharizah baqa’ yang perlu aturan dalam memenuhinya.

Sehingga, di saat manusia tidak menjadikan agama sebagai standar kehidupan, mereka akan salah memahami hakikat kehidupan. Termasuk pula dalam memenuhi gharizah (naluri) dalam diri manusia.

Tips untuk Anak

Sesungguhnya sebagai orang tua, tentu kita tidak ingin anak kita berada di jalan yang salah. Hanya saja, dalam sistem sekuler kapitalisme peran orang tua mandul dalam mendidik anak-anak mereka. Ibu dan Ayah kehilangan fungsi dan peran mereka yang sebenarnya. Karena beratnya beban ekonomi, seorang ibu yang seharusnya menjadi pendidik anak di rumah, kini harus menggantikan peran Ayah sebagai tulang punggung keluarga.

Jadilah anak-anak tumbuh tanpa bimbingan dan pengawasan kedua orang tua. Mereka terlibat ke dalam aktivitas negatif yang diharamkan. Salah satu sebab anak terlibat tawuran adalah minusnya bimbingan keluarga.

Lalu, bagaimana seharusnya upaya orang tua agar anak tidak terlibat tawuran? Setidaknya ada beberapa langkah, yakni :

Pertama, kedua orang tua hendaklah mengembalikan fungsi dan peran sesuai fitrah yang diberikan kepada Allah Swt. Pendidikan anak haruslah dipanggul oleh keduanya. Bagaimana Ayah menjadi role model yang dicontoh oleh anak laki-lakinya. Disadari atau tidak, perilaku Ayah akan ditiru oleh anaknya. Baik dalam masalah kepemimpinan, pemberian keputusan, hingga cara Ayah menyelesaikan masalah.

Kedua, pendidikan yang diberikan orang tua hendaklah pendidikan agama. Islam memerintahkan kepada manusia, agar senantiasa menjalani kehidupan sesuai dengan perintah dan larangan-Nya. Maka, sejak dini anak harus dikenalkan dengan agama. Diberikan pemahaman tentang hukum syarak agar anak berperilaku sesuai syari’at.

Jadilah anak akan mampu memilah mana perbuatan yang baik dan buruk. Anak akan mempunyai filter dan tumbuh kesadaran. Bahwa setiap perbuatan yang ia kerjakan akan senantiasa dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt.

Ketiga, memahamkan tujuan hidup pada anak. Sebenarnya saat anak tertanam akidah (keimanan) yang kokoh dalam dirinya, ia akan memahami tujuan untuk apa ia diciptakan. Sehingga tidak mudah menghantarkan nyawa pada aktivitas yang dimurkai Allah Swt.

Keempat, ajak anak mengenal dakwah. Sesungguhnya setiap manusia pasti memiliki kecenderungan dalam perbuatan. Saat ia cenderung melakukan perbuatan baik, maka sudah pasti ia akan terpalingkan dari perbuatan buruk. Begitupun sebaliknya. Jika anak disibukkan dengan aktivitas dakwah, meraih amal jariyah, Insya Allah tidak akan ikut pada circle keburukan. Justru ia bisa jadi pelopor kebaikan pada teman sesamanya.

Dengan demikian, saat simpul syari’at lepas dari kehidupan umat, tentulah keburukan akan didapat. Saat ini, manusia sedikit demi sedikit meninggalkan agamanya. Menuruti hawa nafsu mereka, tanpa memikirkan akibat yang dihasilkannya.

Kuatkanlah dakwah, pegang teguh syari’at-Nya. Kita berdo’a semoa anak-anak kita termasuk ke dalam anak-anak yang beriman dan bertakwa. Aamiin.

Wallahua’lam bisshawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 19

Comment here