Opini

Isu Terorisme Terus Dimainkan

blank
Bagikan di media sosialmu


Oleh: Sumariya (Anggota LISMA Bali)

wacana-edukasi.com, OPINI– Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap sebanyak 10 terduga teroris di wilayah Solo Raya, pada Kamis (25/1/2024). Rangkaian penangkapan itu dikonfirmasi Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Polda Jawa Kombes Pol Satake Bayu. Salah satu terduga teroris yang ditangkap adalah Mujiono, yang merupakan Ketua RT di Kelurahan Mojo, Kota Solo, yang sehari-hari berjualan barang bekas di Pasar Klitikan Notoharjo. Suprapto, tetangga Mujiono, mengaku melihat sejumlah barang bukti yang dibawa anggota Densus saat keluar dari dalam rumah Mujiono. Diantara barang yang dibawa adalah busur panah dan senapan angin. Menurut Suprapto, senapan merupakan salah satu barang dagangan Mujiono di pasar kritikan. Suprapto mengungkapkan, bahwa Mujiono juga sering menjadi imam di Masjid Al Badar yang berjarak sekitar 100 meter. Selain itu, ia juga sering memberikan kultum. (bbc.com)

Penangkapan seorang teroris juga terjadi di wilayah Boyolali Jawa Tengah, pada Sabtu (27/1/2024), tepatnya di Desa Mliwis, Kecamatan Cepogo. Kepala Desa Mliwis, Hardani mengatakan bahwa terduga teroris yang diamankan Densus 88 adalah seorang buruh kerajinan tembaga dan kuningan. Hardani juga mengatakan bahwa menurut informasi yang diterimanya saat penggeledahan di rumah yang bersangkutan terdapat sejumlah barang yang diamankan Densus 88 diantaranya adalah buku kajian dan senapan angin. (soloraya.solopos.com)

Penangkapan kembali sejumlah terduga teroris, seolah-olah menjadi lagu lama yang dimainkan kembali. Jualan isu terorisme seakan tidak ada habisnya. Sebagaimana penangkapan banyak terduga teroris sebelumnya, tidak ada alasan yang jelas dari penangkapan tersebut. Harus diakui, bahwa selama ini teroris adalah istilah yang dimaknai secara sepihak oleh penguasa dan aparat, yakni selalu dikaitkan dengan Islam dan umat Islam.

Pada kasus terbaru, buku kajian dimasukkan sebagai barang bukti, juga penangkapan yang dilakukan terhadap imam masjid yang sering melakukan kultum. Tentu saja hal tersebut menyudutkan umat Islam. Isu terorisme merupakan bagian dari Islamofobia. Terorisme yang kini melekat dalam benak masyarakat sebagai bagian dari Islam, sejatinya merupakan arahan global yang disebut dengan Global War on Terrorism. Hal tersebut bermula saat serangan terhadap Word Trade Center (WTC) New York City, 11 September 2001. Selanjutnya Amerika Serikat melakukan invasi ke Irak pada Maret 2003. Tujuan invasi adalah untuk menumpas teroris yang diduga menjadi dalang dari pengeboman gedung WTC atas dorongan jihad. Selain itu juga untuk melucuti senjata pemusnah massal yang diduga dimiliki Irak yang dibantu teroris, tuduhan yang hingga hari ini belum terbukti. Setelah peristiwa tersebut, agenda War on Terrorism digalakkan Amerika Serikat ke seluruh dunia dalam rangka melawan Islam dan kaum muslimin. Agenda ini jelas untuk kepentingan hegemoni Amerika atas negeri-negeri Islam dan didukung oleh penguasa-penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada sedikit pun umat Islam yang diuntungkan atas gerakan global melawan ada gerakan global melawan terorisme ini.

Rangkaian kasus bom, korban fisik dan non fisik seperti framing berita, semuanya menyebutkan Islam dan kaum muslimin. Di negeri ini, teroris selalu dinarasikan sebagai musuh negara, bahkan dunia, padahal jika diperhatikan lebih mendalam, sejatinya ada musuh yang tidak saja membahayakan kehidupan umat Islam namun juga seluruh manusia, yakni Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme. Namun negara malah menyuburkannya. Padahal pengaturan kehidupan dalam segala aspeknya dengan landasan Sekulerisme Kapitalisme telah menciptakan kemiskinan struktural, kerusakan moral masyarakat, ketidakadilan hukum, hingga hilangnya rasa aman tersebab maraknya kriminalitas. Agenda ini akan terus berjalan selama kaum muslim tidak memiliki kekuatan politik. Kesadaran politik yang kita bangun harus bermuara pada kekuatan politik nyata, jika tidak umat Islam akan selalu dalam sasaran opini dan objek berbagai tindak kekejian ragam teror. Tanpa kekuatan politik itu, umat Islam akan selalu menjadi santapan dan diadu domba oleh negara-negara penjajah. Kekuatan politik itu adalah Khilafah Islamiyah ‘ala Minhajin Nubuwwah.

Khilafah adalah institusi Islam yang menerapkan Islam secara sempurna. Islam memiliki definisi yang jelas, siapa yang menjadi musuh negara dan membahayakan rakyat. Sebagai sebuah ideologi, maka musuh Islam adalah ideologi Kapitalisme maupun Sosialisme yang sangat bertentangan dengan Islam. Bahkan ideologi Kapitalisme yang sedang eksis hari ini, berupaya melemahkan tubuh umat Islam dengan menyebar luaskan racun-racun pemikiran ke dalam benak umat Islam, seperti Sekulerisme, Liberalisme, Hedonisme dan pemikiran-pemikiran di luar Islam lainnya, termasuk menuduh umat Islam sebagai dalang teroris yang harus diperangi.

Sejatinya Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin, agama yang memberikan rahmat bagi seluruh penduduk dunia. Islam pun mengharamkan seseorang atau kelompok membunuh tanpa alasan yang jelas dan dibenarkan. Allah SWT berfirman:

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar.” (TQS. al-Isra: 33)

Artinya secara fisik musuh Islam adalah mereka yang melakukan tindakan kekerasan hingga pembunuhan terhadap warga negara Khilafah, termasuk umat Islam tanpa alasan yang hak. Jika hal ini terjadi, maka negara akan memberikan sanksi tegas bagi pelaku, baik keberadaannya sebagai individu maupun negara. Sebab Islam mewajibkan negara untuk melindungi rakyatnya dari berbagai bahaya, baik fisik maupun pemikiran, sebagai perwujudan fungsi negara sebagai junnah (perisai) bagi rakyatnya.

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya al-imam (Khalifah) itu adalah perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaannya).” (HR Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud dan Ahmad)

Sungguh isu terorisme yang terus disebarluaskan barat hanyalah bagian dari upaya menghalangi kebangkitan umat Islam dengan tegaknya perisai kaum muslimin.

Wallahu a’lam bishshawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 6

Comment here