Oleh: Anisa Rahmi Tania
wacana-edukasi.com, OPINI-– Lebih kurang empat bulan berlalu, pasca pecahnya perang antara Hammas dan Israel. Mungkin dunia sudah mulai berpaling. Namun, genosida di Palestina masih bergulir. Jutaan orang di sana sampai saat ini masih berjuang. Mereka bertahan dalam kondisi yang porak poranda.
Satu persatu meninggalkan Palestina dalam kegetiran. Termasuk UNRWA, United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East. UNRWA dibentuk sebagai lembaga operasional non politik untuk membantu pengungsi Palestina. Badan ini memberikan layanan pendidikan, kesehatan, sosial, maupun bantuan darurat kepada ratusan pengungsi Palestina.
UNRWA dikabarkan memangkas dana bantuan untuk warga Gaza karena penangguhan dana bantuan dari beberapa negara donatur. Hal ini lantaran tuduhan Israel atas 12 staf UNRWA yang terlibat dalam peristiwa serangan Hammas kepada Israel 7 Oktober silam, dengan membantu anggota Hammas. Bahkan Israel menyerukan kepala UNRWA, Philippe Lazzarini untuk mundur dari jabatannya. Di antara negara donatur yang menangguhkan kucuran dananya adalah Amerika Serikat, Jerman, Inggit, Australia, Jepang, Italia, Finlandia, dan lain-lain.
Padahal dengan dipangkasnya sokongan dana tersebut, dapat membuat kegiatan operasional di jalur Gaza lumpuh dan terhenti. Sementara itu, karena tuduhan Israel pula 9 staf UNRWA telah dipecat. Satu orang meninggal dunia, dan dua orang lainnya masih dalam klarifikasi. (via Indonesia.com, 29/01/2024)
Palestina Butuh Bantuan Solutif
Tidak bisa dipungkiri masyarakat Palestina sangat membutuhkan bantuan pangan, obat-obatan, air bersih, pakaian, dll. Karena rumah mereka sudah rata dengan tanah. Kalaupun masih ada, sudah tidak aman untuk ditinggali. Mereka hanya terseok di barak pengungsian atau terkujur di rumah sakit. Itu pun bukanlah tempat yang aman dan nyaman untuk mereka tinggali.
Segala kebutuhan itu salah satunya bersumber dari bantuan UNRWA, badan bantuan yang dibentuk PBB sebagai aksi kemanusiaan di daerah-daerah konflik. Juga dari berbagai kelompok, organisasi atau negara-negara lainnya.
Sayangnya, kini dana bantuan UNRWA dipangkas oleh negara-negara donatur. Maka jelas akan berakibat pada minimnya bantuan yang akan dikirim ke Palestina. Tentu ini bukan kabar baik. Namun lagi-lagi kita saksikan dari realita ini, betapa dunia khususnya para penguasa negeri-negeri Islam tidak berdaya.
Dunia pun seakan mandeg. Memberikan bantuan kemanusiaan seolah menjadi solusi akhir. Padahal jika dianalogikan, saat seseorang kebanjiran karena lubang di atap, maka banjir tersebut tidak akan selesai hanya dengan membersihkan lantai yang digenangi banjir. Saat musim hujan, tentu banjir akan terus-menerus berulang. Solusinya adalah lubang di atap yang harus segera ditutup.
Sama halnya dengan Palestina. Genosida di Palestina tidak akan berhenti jika Israel tidak menghentikan serangannya. Maka, seharusnya dunia tidak hanya mencukupkan pada pemberian bantuan kemanusiaan.
Korban jiwa akan terus bertambah, korban luka pun akan terus meningkat selama bom terus dilemparkan ke negeri Palestina. Pada akhirnya bantuan dari UNRWA pun tidak lebih dari sekadar bantuan formalitas untuk meredam gejolak yang terjadi.
Termasuk untuk menipu pandangan dunia, seakan PBB ikut memberi perhatian pada Palestina. Mereka ingin diketahui bahwa PBB berupaya membantu dan menyelesaikan konflik. Padahal sejatinya mereka ada di belakang Israel yang sama-sama membenci kaum Muslim. Faktanya mereka tidak bisa berbuat lebih dari itu. Sebatas mengecam, mengancam, dan memberi bantuan.
Lantas, mengapa Israel begitu berpengaruh. Saat Israel hanya menuduh oknum UNRWA dengan kebenaran yang belum jelas, negara-negara sekutunya langsung membela. Dana yang dibutuhkan warga yang dalam krisis bisa dengan mudahnya dipangkas. Sementara tindakan genosida yang dilakukan Israel telah nyata terjadi di depan mata. Puluhan ribu jiwa telah melayang, bangunan rumah telah hancur, begitu pula dengan fasilitas-fasilitas umum telah diratakan tanpa ampun. Hingga detik ini pun bombardir tidak berhenti. Tindakan dari PBB nihil, dari negara yang katanya cinta perdamaian pun tidak ada. Padahal ini bukan tuduhan tapi kejadian yang telah berlangsung berbulan-bulan.
Dari sinilah seharusnya kaum Muslim menyadari. Negeri Palestina butuh lebih dari sekadar bantuan kemanusiaan. Palestina butuh solusi mendasar dan mengakar untuk mendapatkan kembali kehidupan mereka.
Islam Solusi Ketentraman Palestina
Jika melihat lintasan sejarah, tidak bisa dipungkiri bahwa Palestina hanya bisa hidup aman dan damai saat di bawah Kepemimpinan sistem Islam. Islam memanusiakan semua orang tanpa memandang apa agamanya. Sehingga, baik muslim, Yahudi, maupun Nashrani, bisa hidup berdampingan dengan rukun.
Islam menjaga setiap warga negara tanpa membeda-bedakan berdasar ras, suku, ataupun agamanya. Segala hak warga negaranya, baik hak sebagai individu seperti sandang, pangan papan. Maupun hak jamaah, seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan, dipenuhi Negara tanpa hitung-hitungan.
Dilansir dari laman media LamonganNetwork.com (11/11/2023), seorang traveller asal Kanada, Dr. Khaleed Haleem, menemukan dokumen sejarah tentang Palestina. Dokumen ini memuat fakta Palestina yang tentram. Dalam videonya terlihat pula Palestina sebagai negeri yang ditopang sarana dan fasilitas umum yang apik. Seperti terdapat lapangan terbang, perkampungan yang asri dan tempat-tempat lainnya yang indah. Ia menuturkan beginilah potret kemakmuran Negeri Palestina di bawah kepemimpinan Khilafah Ottoman (Utsmani) yang maju dan bahagia.
Ini hanyalah sedikit bukti, sepanjang perjalanan negeri Palestina, hanya di bawah kepemimpinan Khilafah-lah umat muslim bisa hidup dengan tentram. Oleh karena itu, tidak ada solusi lain untuk ketentraman Palestina. Juga untuk mengakhiri genosida yang saat ini terus berlangsung. Yakni dengan membangkitkan kembali kekuatan kaum Muslim. Menerapkan Islam sebagai sistem kehidupan dan menegakkan Khilafah sebagai satu-satunya kepemimpinan bagi seluruh umat. Dengan begitu persatuan kaum Muslim akan kembali lekat. Bantuan kepada Palestina bukan sebatas bantuan kemanusiaan yang sifatnya hanya meredakan, tetapi Khilafah akan mengirimkan pasukan terkuat dan terhebatnya untuk menggempur para musuh Islam. Hingga Palestina terbebas dari penjajahan dan serangan.
Wallahu’alam bisshawab.
Views: 6
Comment here