Surat Pembaca

Banjir Melanda, Buah Pembangunan Kapitalis

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Wiji Lestari

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Bencana banjir mengakibatkan sejumlah tanggul jebol dan menenggelamkan empat kecamatan di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Tercatat hingga Jumat (9/2/2024), empat kecamatan terdampak banjir berada di Karangawen, Kebonagung, Wonosal dan Karangtengah. Kini karena kondisi ketinggian banjir hampir dua meter, ribuan warga di empat kecamatan tersebut terpaksa dievakuasi ke Kudus dan Demak. Pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Demak masih melakukan asesmen untuk memperbarui data banjir tersebut. Dari data BPBD Demak mencatat jumlah kecamatan terdampak 4 kecamatan. Jumlah desa terdampak 13 desa. Jumlah KK terdampak 2.493 KK. Jumlah jiwa terdampak 9.972 jiwa. Jumlah sawah terdampak sekitar 1.000 hektare.
Pray for Demak Kudus, begitu pilu mendengar beberapa wilayah dilanda banjir yang menenggelamkan rumah warga. Tak sedikit mereka harus kehilangan rumah, tempat tinggal mereka bahkan harga benda hanyut bersama alunan air yang menyapa mereka. Terombang ambing di tengah derasnya air banjir yang datang tiba- tiba. Kini pepohonan yang tumbuh menjulang tinggi tak mampu lagi menahan derasnya air hujan sehingga banjir pun tak dapat dielakkan lagi. Pepohonan yang tumbuh kini berganti dengan beton yang menjulang tinggi merusak segalanya.
Pembangunan IKN misalnya, menurut Dosen Fakultas Kehutanan UGM, Dwiko Budi Permadi, S.Hut., M.Sc., Ph.D., menyebutkan adanya ancaman deforestasi dalam pembangunan IKN di Kalimantan Utara.

Deforestasi secara terencana terjadi pada sektor-sektor yang memanfaatkan lahan hutan, mengkonversi serta merubah peruntukan lahan hutan. Dwiko juga membaca laporan Bappenas yang menyatakan bahwa kondisi hutan di kawasan IKN memang tidak baik-baik saja. Dari 256 ribu hektare yang akan menjadi ibu kota, hanya 43 persen masih layak disebut hutan. Karena itu, jika targetnya adalah 70 persen kawasan hutan, pemerintah memiliki beban hampir 30 persen lahan harus dihutankan kembali. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sejauh ini hanya memiliki kemampuan melakukan rehabilitasi dan reboisasi seluas 900 hektare per tahun. Itupun dengan tingkat keberhasilan yang rendah. “Setelah dihitung, membutuhkan waktu 88 tahun untuk bisa mentransformasi kawasan hutan IKN itu menjadi hutan kembali,” tegas Dwiko

Banjir salah satu bencana alam yang sejatinya mampu dicegah dan ditanggulangi oleh semua pihak yang ada. Bahu membahu menjaga keseimbangan alam. Hutan sebagai poros penopang air hujan seharusnya mampu menyerap dalam jumlah banyak. Namun pada kenyataannya saat ini Indonesia sebagai hutan tropis tidak lagi mampu menopang luapan air hujan sebab hutan sudah beralih fungsi. Banyaknya pembangunan yang tidak merata, pembukaan lahan secara besar-besaran menjadi faktor terjadinya bencana banjir.
Alih fungsi lahan hutan faktanya menjadi sebab terjadinya banjir, sebab ini merupakan dampak pembangunan yang dilakukan secara besar- besaran bahkan abai akan dampak yang ditimbulkannya.

Pembangunan dalam sistem ini, yakni sistem Kapitalisme-liberalisme akar persoalan yang ada, sebab dalam sistem ini yang bermodal bahkan memiliki kekayaan yang melimpah dapat melakukan berbagai cara untuk sampai tujuan yang diinginkan. Pembangunan misalkan, sudah tidak menghiraukan dampak yang terjadi di kehidupan manusia bahkan keseimbangan alam pun kiranya sudah diabaikan.

Berbeda halnya kala sistem Islam diterapkan secara kaffah, menempatkan negara sebagai penanggung jawab urusan rakyat. Islam menetapkan bahwa wajib untuk melestarikan dan menjaga alam. Manusia masih diperbolehkan untuk mengelola hutan selama tidak menimbulkan dampak buruk untuk kehidupan.

Khalifah akan menerapkan kebijakan dalam pembangunan yang ramah lingkungan guna menjaga keselamatan rakyat dan ketentraman hidup. Dalam ekonomi Islam, hutan terkategori sebagai kepemilikan umum yang dalam pengelolaannya ditujukan untuk kemaslahatan umat. Selain itu Islam pula membatasi dalam hal pengelolaan hutan agara flora dan fauna yang terdapat didalam nya tetap terjaga, sehingga ekosistem alam tidak terganggu oleh aktivitas manusia.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 24

Comment here