wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Miris. Belum reda kasus penganiayaan santri bernama Bintang Balqis Maulana, kini muncul kasus baru. Bintang adalah santri di Pondok Pesantren Al Hanafiyah di Desa Kranding, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur meninggal usai diduga dianiaya oleh seniornya sendiri. Empat orang pelaku ditetapkan sebagai tersangka oleh Kapolres Kediri Kota. Melalui rekonstruksi adegan, diketahui Bintang mendapat kekerasan fisik sampai tiga hari (detik.com, 29/2).
Kasus ini sontak viral di media sosial karena beredar chat pesan WhastApp (WA) korban dengan ibunya. Dimana, korban mengirim pesan meminta untuk dijemput oleh keluarga karena merasa ketakutan. Sayangnya, ibu korban membalas chat tersebut dengan mengatakan Bintang agar bersabar untuk nanti dijemput. Nahasnya, Bintang akhirnya bisa pulang ke rumah tapi dalam kondisi tak bernyawa.
Jika bisa digambarkan, bisa jadi belum kering rasanya air mata kita menangisi apa yang terjadi pada Bintang. Sementara itu, muncul pula kasus penganiayaan serupa yang terjadi di Batam. Mirisnya, pelakunya adalah perempuan dan masih remaja.
Video perundungan remaja perempuan itu pun viral di media sosial. Dalam video yang beredar tampak pelaku yang berjumlah empat orang menganiaya dua orang korban yang berbeda. Salah satu pelaku mengaku bahwa sakit hati dengan korban, karena korban kerap memanggilnya dengan sebutan tidak baik.
Sungguh, berita ini makin mengonfirmasi bahwa sistem sekularisme di negeri ini semakin membawa dampak buruk. Ya. Sekularisme adalah pemisahan antara agama dan kehidupan. Akibatnya, agama yang seharusnya menjadi pedoman hidup, berubah sekadar pelengkap identitas diri saja, alias hanya terdapat dalam ranah ibadah semata. Akibatnya muncullah celah-celah liberalisme (kebebasan) pada perilaku generasi.
Belum lagi ranah pendidikan dalam sistem sekularisme, sekadar dipandang sebagai mesin pencetak generasi pemburu materi. Kurikulum yang kerap berubah-ubah tak mampu membentuk keperibadian generasi. Sekolah pun mahal rasanya, wajar banyak anak yang putus sekolah dalam sistem ini. Sebagaimana dalam kasus penganiayaan di Batam, salah satu pelakunya adalah siswi putus sekolah dan lingkungan yang rusak berpengaruh pada pembentukan kepribadiannya.
Kita tentu tak ingin, kejadian serupa terjadi lagi. Butuh penggantian sistem yang sudah nyata kerusakannya dengan kembali pada sistem terbaik dari Allah Swt. Mekanisme pendidikan dan pergaulan anak dengan Islam mampu membentuk kepribadian generasi yang lebih baik. Telah banyak tercatat dalam sejarah kegemilangan Islam, bagaimana sistem Islam mempu menghasilkan generasi emas, anti bullying.
Ismawati
Palembang, Sumatera Selatan
Views: 9
Comment here