Oleh Isma Kim
wacana-edukasi.com, REMAJA– Sob, siapa nih yang sudah beragama Islam dari lahir? Yuk angkat tangganya. Atau yang beragama Islam melalui proses berfikir yang benar alias mualaf ikut angkat suara, eh, angkat jari maksudnya. Selamat, Sob. Kalian memilih jalan hidup yang benar. Ya, jalan hidup yang membawa kebaikan dan keselamatan dunia akhirat, Insya Allah.
Sebagaimana Allah Swt. telah mengabarkan pada kita dalam firman-Nya,
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya’” ([Al An’am: 153]
Sementara itu, Sob, Nabi yang mulia, Muhammad Saw. berpesan bahwa petunjuk bagi orang yang bertakwa itu adalah al-Qur’an dan As-Sunnah. Beliau Saw. bersabda,
“Aku tinggalkan untuk kalian sesuatu. Jika kalian berpegang teguh kepadanya, kalian tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnahku” (Diriwayatkan Imam Malik dan yang lainnya, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani).
Tuh, Sob, telah dikabarkan oleh Rasulullah Saw. bahwa kehidupan kita tak akan tersesat selama-lamanya, saat kita berpegang teguh pada al-Qur’an dan As-Sunnah. Ini adalah petunjuk kehidupan kita. Penerang dalam kegelapan, sebagai cahaya saat kita menghadapi suramnya kehidupan. Ibarat menempuh perjalanan, al-Qur’an dan As-Sunnah adalah peta, sebagai patokan dalam melangkah. Jika ragu, sesekali netra tertuju pada petunjuk itu.
Tapi, sayang seribu kali sayang, Sob. Banyak di antara kita yang mengaku muslim alias beragama Islam, tapi tak paham dengan hukum-hukumnya. Akibatnya, berislam secara setengah-setengah.
Hal ini bisa jadi karena faktor ketidaktahuan karena tak mempelajarinya, atau karena sebab masuknya paham sekuler yang merasuk generasi muslim. Iya, Sob, Sekuler! Yaitu paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Agama itu dianggap sebagai perkara yang cocok buat tempat ibadah saja. Kalau dalam kehidupan, nggak usah bawa-bawa agama, katanya. Terlalu kaku, terlalu berat, atau opini yang menyatakan bahwa bawa agama bikin ribet, nggak bisa bebas. Nauzubillah!
Meskipun, kadang tidak secara zahir (jelas) disampaikan. Tapi, sikap dan perilaku seorang muslim menjadi buktinya. Contohnya nih, Sob, buat para remaja en remaji ada yang kewajibannya jalan tapi maksiat juga jalan. Sholat iya, tapi nutup aurat nggak mau. Puasa ramadan iya, pacaran juga iya. Ayat bayar zakat diyakini, tapi ketemu ayat bermuamalah tak sesuai syari’ah seperti riba, pinjaman online (pinjol), judi online, sampai jual beli yang diharamkan nggak diambil.
Padahal, saat hukum Allah Swt. tak diterapkan dan tak menjadi pedoman kita justru kerusakan akan menimpa manusia. Lewat pacaran misalnya, betapa banyak saat ini tumbuhnya bibit-bibit hasil zina. Masa depan generasi yang terancam karena sudah tergadainya kehormatan. Aurat yang diumbar dan tak mampunya laki-laki menjaga pandangan menjadi pemicu kemaksiatan.
Selain itu, maraknya judi online atau transaksi riba justru memunculkan kerusakan. Banyak ditemui manusia-manusia yang stres akibat utang ribawi menumpuk. Lebih dari itu, generasi yang tersibukkan dengan judi online kerap melakukan tindak kriminal demi memuaskan nafsunya.
So, banyak banget kan ruginya saat jauh dari hukum Allah Swt. Makanya, jadilah individu yang senantiasa berislam secara kaffah sob. Kaffah artinya menyeluruh, nggak boleh setengah-setengah apalagi ditawar. Allah Swt. meminta kita untuk masuk Islam secara kaffah. Sebagaimana firman-Nya,
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam (kedamaian) secara menyeluruh dan janganlah ikuti langkah-langkah setan! Sesungguhnya ia musuh yang nyata bagimu.” (Qs. Al-Baqarah : 208).
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menuliskan bahwa, tentang ayat ini Allah Swt. memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman kepada-Nya dan membenarkan Rasul-Nya. Hendaklah mereka berpegang kepada tali Islam dan semua syariatnya serta mengamalkan semua perintahnya dan meninggalkan semua larangannya dengan segala kemampuan yang ada pada mereka.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, Tawus, Ad-Dahhak, Ikrimah, Qatadah, As-Saddi, dan Ibnu Zaid sehubungan dengan firman-Nya: masuklah kalian ke dalam Islam keseluruhannya (Al-Baqarah: 208) Yang dimaksud dengan as-silmi ialah agama Islam.
Artinya, Sob nggak boleh kita pilah-pilih syariat yang sudah dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Kehidupan kita tanpa agama bagaikan kapal tanpa awak yang terombang-ambing di lautan, jika sudah habis energi kapal bisa memungkinkan tenggelam. Itulah cerminan untuk diri kita, Sob. Jangan sampai kita justru tenggelam dalam kolam maksiat yang menjadikan kita menjadi penghuni neraka. Ih, nggak, deh, ya.
Kena minyak panas sebab goreng ikan saja sudah sakit bukan kepalang, apalagi harus bersentuhan dengan api neraka. Tak ada pasti yang sanggup melewatinya. Rasulullah Saw. mengabarkan pada kita, siksa neraka yang paling ringan adalah sandal api neraka yang bila terkena kaki panasnya sampai ke otak. Rasulullah Saw. bersabda,
“Sesungguhnya siksa penghuni neraka yang paling ringan adalah seseorang yang dipakaikan sepasang terompah (sandal) yang terbuat dari api hingga otaknya mendidih sebagaimana mendidihnya air yang sedang direbus. Pada saat itu, orang tersebut mengira bahwasanya dialah yang mendapat siksaan yang paling pedih, padahal ia adalah penghuni neraka yang paling ringan siksanya.” (HR Muslim).
Nauzubillah! Yuk, Sob, segera bertaubat! Temukan circlemu yang mampu mengarahkanmu menjadi pribadi yang lebih baik. Sosok generasi Islam yang mencerminkan kebaikan. Sosok yang tak mau bersentuhan dengan maksiat walau hanya setitik ujung jari.
Bagaimana caranya? Ikuti kajian-kajian Islam dengan niat yang lurus. Niat memperbaiki diri, mempelajari hukum yang ada dalam al-Qur’an dan As-Sunnah. Mengamalkannya dalam kehidupan dan menjadi pelopor pelanjut perjuangan yakni menggunakan lisan atau tulisan untuk menyebarluaskan dakwah. Supaya banyak orang yang tercerahkan dan kembali menata diri menggapai surga ilahi. Aamiin.
Wallahua’lam bisshawab.
Views: 27
Comment here