Oleh Yeni Aryani
wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Dunia semakin tua, atau alam sudah tidak bersahabat lagi dengan manusia, dirasakan menjadi benar adanya. Karena dengan begitu banyaknya musibah yang terus menerus bertandang. Istilah-istilah penyebutan semacam ini seakan-akan mengabarkan kepada kita akan kondisi bumi. Lihatlah seperti berita banjir, tanah longsor seakan-akan berlomba menghiasi beberapa wajah media online selalu menyapa kita
Dilaporkan oleh Kompas, com, Padang. Tingginya curah hujan penyebab empat daerah di Sumatera Barat dilanda banjir dan longsor sejak tanggal 7/3/2024 malam. Empat daerah tersebut adalah “Padang, Pesisir Selatan, Pasaman Barat dan limapuluh kota” tegas kepala BPBD Sumbar Rudy Reynaldi pada tanggal 8 Maret 2024.
Berdasarkan data yang masuk ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD pesisir Selatan, sumatera barat, pandang selain menyebabkan akses jalan nasional terputus, jembatan ambruk, rumah hanyut terbawa arus, dan korban nyawa. Banjirpun tidak hanya terjadi di sumatera barat saja melainkan musibah serupa juga terjadi di dua titik, Manggarai NTT, dan Sragen.
Dari tempo. Co melaporkan hal yang sama terkait korban jiwa akibat bencana banjir dan longsor ada 10 bahkan lebih warga kabupaten pesisir barat, Sumbar, yang menjadi korban jiwa dan ditemukan meninggal dunia oleh petugas gabungan. Menurut Abdul Muhari selaku kepala pusat data dan informasi dan komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), “para korban ditemukan dibawah material longsor di tiga lokasi berbeda, dan ia juga mengatakan belum bisa memastikan identitas para korban karena masih menunggu laporan rinci dari petugas lapangan dalam keterangan di jakarta pada Sabtu pagi tanggal 9 Maret 2024.
Karena Seringnya terjadi musibah seperti ini tidakkah menggores tanya dalam hatimu mengapa, ada apa, apa dan siapa yang salah. Tidakkah umat manusia khususnya umat Islam melihat ini bukan seperti musibah atau bencana biasa. Apakah umat tidak mengambil pelajaran berharga dari kejadian-kejadian yang ada. Nyaris dari segala penjuru negeri musibah ini seakan menghantui.
Seharusnya umat menyadari sepenuhnya Selian banjir maupun longsor ini merupakan sebuah ujian bagi orang-orang yang beriman, musibah-musibah ini juga merupakan teguran bagi mereka yang mempunyai perilaku tidak selaras dengan aturan yang hakiki yakni syariat Islami yang pernah Rasulullah Saw dicontohkan.
Manusia bahkan dalam ruang lingkup yang lebih besar sebagai negara tidak menempatkan syariat Islam sebagai dasar hukum kepengurusan negaranya, hal ini melahirkan kebijakan pemerintah atau penguasa negeri meguras habis hasil bumi, merusak alam lewat pembakaran, penebangan pohon besar-besaran, menjadikan hutan alam, yang seharusnya mampu menampung resapan air hujan telah beralih fungsi. Digenjotnya pembangunan proyek proyek strategis nasional, pertambangan dari pihak swasta dalam maupun luar negeri tanpa memperdulikan efek jangka panjang buat warga, Selian hanyalah keuntungan pribadi yang dikedepankan. Inilah buruknya sistem buatan manusia peninggalan kaum penjajah
Hal seperti ini tentunya tidak kan ada kalau penguasa negeri kembali pada syariat Islam Kaffa yang menjadi solusi tunas problematika kehidupan manusia termasuk dalam urusan bencana. Bencana terjadi karena manusia itu sendiri yang bersalah, tanpa disadari ia mengundang bencana. Kurangnya kesadaran akan kebersihan lingkungan menjadi bagian dari perilaku yang harus diubah. Dengan kata lain selain manusianya harus mempunyai kesadaran untuk memperlakukan alam dengan baik, tangan tangan kekuasaan juga harus seiring sejalan agar alam semesta tetap lestari tetap memancarkan keindahan, kesejukan bukannya jerit tangisan penuh ketakutan
Seperti dalam firman Allah SWT yang artinya “telah tampak kerusakan di darat, laut dan udara disebabkan oleh ulah perbuatan tangan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari akibat perburuan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar ” TQS Ar-Rum ayat 41.
Disinilah diperlukannya peranan negara seperti mengatur dengan baik mitigasi dan antisipasi agar dampaknya tidak terlalu besar. Ada kesalahan tata kelola ruang tempat air tanah hidup sehingga air meluap tidak tertampung lagi, kejadian seperti ini memerlukan penangan yang cepat dan tepat agar masyarakat hidupnya selamat aman nyaman dari efek kegagalan sistem buatan manusia berlakukan. Kepala Negara yang menjadikan hukum Allah SWT berlaku dalam kepemimpinannya mampu menjadi pelindung atau junnah, pengurus atau pelayan, penjaga atau pengurus agar segala sesuatu yang ada di bumi ini tetap bersahabat dan tidak menunjukkan kemurkaannya.
Wallahu alam biswaab
Views: 11
Comment here