Opini

Tak Cukup hanya Boikot Kurma Zionis

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Irawati Tri Kurnia
(Aktivis Muslimah)
 
wacana-edukasi.com, OPINI-
– Penjajahan Zionis di Palestina kian brutal. Kondisi kehidupan di Gaza rusaknya makin parah. Pada bulan ke lima sejak badai Taifun 7 Oktober 2024, sudah melayang 20.000 nyawa, terluka sebanyak 60.000 orang. Yang sangat menyedihkan, hingga hari ini kaum Muslim Palestina belum juga mendapat pembelaan dari berbagai negeri.
 
Saat momen  Ramadan ini, salah satu yang bisa dilakukan umat Islam adalah boikot kurma produk Zionis (www.kumparan.com, 3/3/2024) (1).  Apalagi zionis adalah pengekspor korma terbesar. Majelis Ulama Indonesia (MUI) ‘mengharamkan’ produk kurma yang terafiliasi dengan Israel melalui aksi boikot seluruh produk yang mendukung negara tersebut. Aksi boikot ini tertuang dalam Fatwa MUI Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan Terhadap Perjuangan Palestina. Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Sudarnoto meminta kepada pedagang di Indonesia agar tidak menjual produk-produk yang mendukung Israel. Salah satu contohnya kurma yang banyak dijual saat Ramadan (www.cnbcindonesia.com, Minggu 17/3/2024) (2).
 
 
Boikot harus terus dilakukan juga atas produk-produk zionis lainnya. Inilah yang mampu dilakukan umat Islam saat ini, selain mendoakan, serta  mendakwahkan tegaknya Islam kafah dan Khilafah sebagai solusi hakiki.
 
Semangat boikot ini tidak cukup untuk menolong saudara kita di Palestina. Harus terus ditingkatkan eskalasinya hingga menjadi boikot ideologi yang membiarkan kekejaman terjadi pada umat Islam Palestina. Ideologi kejam ini tidak lain adalah kapitalisme.
 
Kapitalisme adalah sistem yang memprioritaskan keuntungan materi/kapital, di mana telah melahirkan ide nasionalisme, yaitu rasa cinta tanah air yang berlebihan. Jika sekedar cinta biasa, seperti cinta pada kampung halaman dan ada rasa rindu jika lama tidak mudik, itu wajar. Rasulullah pun sangat mencintai kampung halamannya Mekah walau sudah lama hijrah ke Madinah. Tapi jika sudah mengarah ke nasionalisme, ini yang menjadi persoalan besar yang perlu digarisbawahi.
 
Nasionalisme merupakan suatu konsep yang sangat berbeda dengan Islam, sebab ia menyeru kepada kesatuan berdasarkan pada ikatan kekeluargaan dan kesukuan, sementara Islam menyatukan manusia berdasarkan akidah, yaitu keimanan kepada Allah SWT dan Rasulnya. Islam menyerukan kepada ikatan ideologis. Menyatukan manusia berdasarkan ikatan nasionalisme jelas dilarang. Rasulullah bersabda :
“Bukan dari golongan kami orang-orang yang menyeru kepada ashabiyyah (nasionalisme), orang yang berperang karena ashabiyyah, serta orang-orang yang mati karena ashabiyyah” (HR Abu Dawud).
Begitu pula pada hadis ini :
“Dia yang menyeru kepada ashabiyyah laksana seorang yang menggigit kemaluan bapaknya” (HR Misykat Al-Masabih).
 
Ikatan nasionalisme membuat negeri-negeri Islam saat ini terpecah belah menjadi banyak negara (nation state). Keterpecahan umat Islam saat ini adalah sesuatu yang diharamkan dalam Islam, yang mewajibkan kaum muslim bersatu dalam satu kepemimpinan. Nabi bersabda :
“Orang -orang yang beriman seperti satu tubuh; jika matanya sakit, maka seluruh tubuhnya akan merasakan sakit pula” (HR Muslim).
Nasionalisme juga membuat para pemimpin mereka berpikir egois, hanya memikirkan kepentingan mereka semata; tanpa peduli saudara seakidah mereka muslim Palestina tengah meregang nyawa. Ditambah para pemimpin negeri Islam telah terjangkiti penyakit “wahn” alias cinta dunia dan takut mati, sehingga mereka lebih menyamankan diri mereka sendiri.
 
Kini harapan hanya pada sistem Islam yang jelas memberikan rasa aman, nyaman, dan menyejahterakan.  Rasa aman di sini adalah rasa aman yang nyata. Islam, melalui Khilafah sebagai satu-satunya institusi penerapnya, akan menjadi perisai (pelindung). Sabda Nabi :
“Sesungguhnya seorang Imam (Khalifah) laksana perisai, di mana orang-orang menjadikannya sebagai pelindung (bagi dirinya) dan akan berperang dibelakangnya.”
 
Perlindungan yang nyata ini terbukti pada sepanjang jejak sejarah Khilafah selama 13 abad lamanya, yang telah melindungi dua pertiga peta dunia lama, bahwa seorang saja dizalimi itu cukup bagi Khalifah untuk mengirimkan pasukan dalam rangka membelanya. Ini terlihat pada apa yang dilakukan Khalifah Al-Mu’tashim Billah. Dikisahkan, pada Tahun 837 Masehi, ada seorang budak muslimah yang dilecehkan oleh kaum Romawi. Perempuan ini merupakan keturunan Bani Hasyim. Ketika tengah berbelanja di pasar, budak muslimah ini dilecehkan oleh sekelompok kaum Romawi. Kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika berdiri, terlihatlah sebagian auratnya. Wanita muslimah itu berteriak memanggil nama Khalifah Al-Mu’tashim billah dengan kalimat yang legendaris: “Waa Mu’tashimaah!” yang artinya “Di mana engkau wahai Mu’tashim Billah”. Kabar ini lantas tersebar dan sampai ke telinga Al-Mu’tashim. Hal ini membuat sang khalifah menerjunkan puluhan ribu pasukannya untuk menyerbu Ammuriah. Dengan pasukannya ini mereka mengepung Ammuriah selama lima bulan. Pada pertempuran itu, pasukan muslim berhasil membebaskan kota tersebut dari tangan Romawi. Sebanyak 30 ribu tentara Romawi terbunuh dan 30 ribu lainnya dijadikan tawanan. Al-Mu’tashim mencari laporan tentang wanita yang memanggil namanya itu. Kemudian berkata “Wahai Saudariku, apakah aku telah memenuhi seruanmu atasku?”. Sang wanita itu pun mengangguk terharu. Beliau lantas memutuskan untuk memerdekakan sang wanita muslimah itu.
 
Masya Allah! Sungguh luar biasa pembelaan Khalifah, seorang pemimpin Khilafah, dalam membela seorang muslimah yang dilecehkan. Apalagi jika Khilafah tegak saat ini, saat 30.000 nyawa umat muslim Palestina telah dibunuh oleh zionis yahudi dan 60.000 terluka karena kezaliman mereka, bisa dibayangkan betapa lebih dahsyatnya pembelaan seorang Khalifah pada rakyatnya ini. Ternyata hanya Khilafah yang akan mampu mengembalikan nurani manusia, untuk membela umat yang terzalimi.
 
Oleh karenanya, kini waktunya umat Islam bangun dari tidurnya yang panjang. Saatnya kini umat Islam kembali pada misi utama mereka hidup di dunia, yaitu hanya untuk beribadah padaNya. Seperti firman Allah :
“Tidak kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah padaku” (Az-Zariyat 56).
Maka visi utama umat Islam adalah bagaimana agar Islam secara kafah (menyeluruh) bisa tegak, sebagai konsekuensi keimanan padaNya, sehingga bisa mengembalikan kehidupan Islam di bawah naungan Khilafah. Tidak ada pilihan lain kecuali umat kembali menapaki metode dakwah yang telah ditelandankan oleh Rasulullah saw. Mulai dari melakukan pembinaan para sahabat, melakukan dakwah secara terang-terangan di tengah masyarakat, melakukan upaya meminta pertolongan pada kabilah-kabilah untuk meminta kekuasaan mereka dalam rangka melindungi Islam dan kaum muslimin, kemudian menegakkan Daulah Islam di Madinah. Dengan demikian umat Islam yang terzalimi, termasuk umat Islam Palestina, akan terentaskan dari penjajahan.
Wallahualam Bisawab
 
Catatan Kaki :
(1)       https://kumparan.com/kumparanbisnis/jelang-ramadan-israel-ketakutan-kurma-buatannya-tak-laku-imbas-aksi-boikot-22HKHzjN08n
(2)       https://www.cnbcindonesia.com/syariah/20240317131118-29-522637/fatwa-mui-konsumsi-kurma-israel-haram-hukumnya
(3)       https://www.tvonenews.com/berita/nasional/193088-soal-seruan-boikot-kurma-israel-ini-kata-pbnu

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 15

Comment here