Oleh Bunda Dee (Member Akademi Menulis Kreatif)
wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA— Saat ini, generasi milenial banyak dilibatkan dalam ajang pemilihan duta, baik skala nasional ataupun Internasional. Sebut saja duta Mahasiswa Antikekerasan, Wisata dan Ekonomi Kreatif, Lingkungan dan lain sebagainya. Yang terbaru dari gelaran ajang ini adalah terpilihnya dua pelajar dari Kabupaten Bandung; Arum Rumaesih dan Dina Rahmadina yang mewakili Indonesia di ajang Best Diplomats di Istambul, Turki, dari tanggal 1-4 Maret 2024. Sebuah acara yang digelar sebuah organisasi berbasis di New York, dikenal dengan simulasi diplomatiknya yang melibatkan badan internasional bergengsi seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa, Uni Afrika, dan lainnya.
Rifki Fauzi, Ketua DPD KNPI Kabupaten Bandung, memberikan apresiasi tinggi kepada keduanya dan bangga karena mereka adalah salah satu contoh pemuda-pemudi Indonesia yang memiliki potensi luar biasa. Mereka di sana akan mempromosikan kebudayaan dan pariwisata serta potensi lainnya dan membawa pulang pengalaman serta pengetahuan yang berharga bagi generasi muda pada umumnya. Menurutnya ini adalah langkah penting dalam perjalanan untuk menjadi pemimpin masa depan yang dapat menciptakan perubahan positif di panggung internasional. (Ketik.co.id/Sabtu/16 Maret 2024)
Perhelatan di atas diharapkan bisa menciptakan pemuda yang bisa mendorong kemajuan bangsa atau menjadi agen perubahan. Juga menjadi critical thinker yang mampu melihat permasalahan utama bangsa, kemudian memberikan kontribusi, partisipasi, dan solusi. Adanya para duta dianggap sebagai tindakan heroik untuk melibatkan kaum muda dalam menyelesaikan persoalan bangsa dan negara, seolah-olah mereka telah berpartisipasi dalam pembangunan. Namun, sejatinya semua itu adalah jebakan untuk membajak potensi mereka.
Fenomena problematik bangsa ini sejak dahulu hingga kini terlihat ruwet dan susah apabila dicari ujung pangkalnya. Mulai dari kasus korupsi yang merajalela, penegakan hukum yang diskriminatif, kriminalisasi ajaran agama dan para ulama, hingga problematik ekonomi. Anak muda dengan kemampuan kepemimpinannya dianggap layak turut terlibat menjadi pendobrak dan pemimpin untuk menyelesaikan berbagai problem bangsa. Pertanyaannya, apa relevansi dari pemilihan Duta ini dengan harapan adanya perubahan kondisi bangsa?
Bila kita mengikuti tolok ukur jangka pendek dengan pencapaian indeks pembangunan generasi saat ini nyatanya masih rendah. Terlihat dari beberapa indikator, di antaranya tentang pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan di Indonesia yang masih sangat rendah. Ditambah kondisi ekonomi yang terus menurun dan sempitnya lapangan kerja, semakin memperburuk kondisi yang ada.
Dengan demikian, pemilihan Duta Pemuda menjadi tidak relevan dengan perubahan yang diharapkan, bahkan hal itu disinyalir sebagai bentuk propaganda penguasa dalam menangkal radikalisme dan intoleransi beragama, yang sebenarnya tidak memiliki landasan kuat. Dan menjadi strategi barat untuk mengintensifkan peran pemuda di tiga pilar, yaitu perdamaian dan keamanan, HAM, dan pembangunan berkelanjutan. Untuk mengeksploitasi pandangan dan gagasan pemuda agar sesuai dengan arahan mereka.
Jika ditelaah lebih lanjut, problem utama negeri ini adalah akibat diterapkannya sistem pemerintahan demokrasi dan ekonomi kapitalisme oleh oligarki dan penguasa. Agama tidak lagi digunakan sebagai aturan bernegara yang akhirnya menyebabkan problem yang tidak kunjung usai. Apabila hal ini tidak diselesaikan, bagaimana mungkin bisa terwujud Indonesia Emas 2045?
Kita tentu ingin generasi saat ini bisa menjadi agen perubahan bagi kemajuan suatu bangsa, dan berharap akan lahir para critical thinker yang menghasilkan berbagai inovasi dan memunculkan para pemimpin yang bisa mengubah kondisi menjadi lebih baik. Namun sayang, saat ini justru terjadi bias dan ketidaksinambungan semangat para pemuda dengan arah perubahan. Ajang best diplomats semakin menunjukkan bahwa potensi anak muda telah dibajak untuk kepentingan pihak tertentu. Terlebih pelaksanaan acaranya pun di Turki yang bertepatan dgn seabad umat hidup tanpa penerapan hukum Islam dalam pemerintahan.
Dambaan terciptanya perubahan akan terwujud manakala pemuda paham tentang mindset yang benar, yakni memahami bahwa dunia hari ini diliputi berbagai masalah, memahami penyebabnya yaitu karena diterapkannya kapitalisme sekular, juga memahami solusinya.
Dengan demikian, para pemuda akan termotivasi dan melakukan segala aksi untuk mewujudkan peran sebagai agen perubahan menuju kebangkitan hakiki yaitu dengan mewujudkan Islam ideologi sebagai pengganti sistem rusak kapitalisme.
Hanya dalam sistem Islam, duta pemuda ditujukan untuk mengemban dakwah ke seluruh penjuru dunia, melakukan aktivitas amar makruf nahi munkar, berjihad, dalam rangka menyebarkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Wallahualam Bishawab
Views: 19
Comment here