Opini

Mencetak Generasi Gemilang

blank
Bagikan di media sosialmu

<strong>Oleh : Elis Sondari, S.Pd.I | Aktivis Muslimah

Wacana-edukasi.com, OPINI-– Beberapa hari ini yang lalu masyarakat Indonesia digegerkan dengan berita yang menyesakkan dada, hal yang menambah keprihatinan adalah sebagian besar krisis moral terjadi pada anak-anak yang mengenyam bangku pendidikan, bahkan anak-anak berprestasi baik akademik maupun non akademik. Kerusakan moral mereka semakin menjadi-jadi. Seperti kasus terjadi, yaitu pelajar gadis SMP berusia 15 tahun di Kabupaten Lampung Utara diperkosa 10 pria. Korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan di sebuah gubung di wilayah Lampung Utara pada Sabtu (17/2/2024). Ini terjadi berawal dari teman pria di ajak untuk melihat pertandingan futsal dengan kendaraan, namun diperjalanan malah berbelok ke arah perkebunan dan di ajak ke gubuk dan di dalam gubuk ternyata ada 9 orang pria menunggu kedatangannya lalu gadis ini disekap selama 3 hari tidak dikasih makan. (regional.kompas.com)

Belum lagi kasus yang lain yaitu ‘Perang sarung’ sesama pelajar di Kabupaten Bekasi memakan korban. Dilansir dari ccnindonesia.com, tawuran “perang sarung” terjadi di jalan arteri Tol Cibitung, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi mengakibatkan satu orang tewas. Kapolsek Cikarang Barat Kompol Gurnald Patiran mengatakan aksi tawuran ‘perang sarung’ itu bermula dari ajakan korban melalui pesan WhatsApp.

Sungguh inilah beberapa fakta yang sangat memprihatinkan. Penyimpangan perilaku yang terjadi di kalangan masyarakat Indonesia memang semakin meyebar cepat dan meluas. Berbagai perilaku tersebut mulai dari perkelahian dan tawuran antar pelajar, perilaku seks bebas, pemerkosaan, pembunuhan, gaya hidup yang tak beraturan merupakan beberapa bukti kemerosotan moralitas anak bangsa saat ini. Hal ini sudah menjadi rahasia umum dikalangan masyarakat sebab krisis moral generasi muda saat ini sedemikian merebak hingga pada taraf yang mengenaskan. Fenomena seks bebas di kalangan remaja semakin terang-terangan, bahkan sudah menjurus pada tindak kekerasan seperti pemerkosaan. Sungguh sangat miris memang, generasi muda yang dijuluki sebagai agen perubahan masa depan bangsa saat ini justru sebaliknya bak bumerang yang menghancurkan masa depan.

Kerusakan generasi muda ini diakibatkan banyak faktor. Penyebabnya kompleks, saling terkait dalam sebuah sistem. Di dalamnya ada faktor keluarga, sekolah, masyarakat serta negara. Keluarga memang pilar utama dan penting dalam membentuk moral anak, khususnya orang tua. Namun, nyatanya benteng keluarga dalam sistem kapitalis sekuler saat ini sangat mudah rusak dan rapuh. Kesulitan ekonomi dan kesibukan orang tua untuk memenuhi kebutuhan membuat rumah kering kasih sayang, sehingga anak-anak di dalamnya mencari perhatian ke luar rumah, di tengah-tengah pergaulan dan lingkungan sekitar juga dunia maya. Keluarga dalam sistem kapitalisme juga sulit untuk menjadi keluarga ideal.

Mahalnya kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan, juga tuntutan materialisme, sering membuat mereka harus mengutamakan pekerjaan dan mengabaikan anak-anak. Pada akhirnya, boleh jadi anak lantas diasuh oleh lingkungan yang belum tentu steril dari kerusakan. Bahkan, bisa dikatakan itu menjadi mula dari kerusakan, seperti masuknya nilai-nilai liberal, paham elgebete, dan sebagainya.

Selain itu faktor sekolah, kurikulum pendidikan yang mengacu pada liberalisme menjadikan para pelajar lemah dari nilai moral dan akhlak. Paham sekularisme yang menjauhkan agama dari aspek-aspek kehidupan pun ikut berperan besar di dalamnya. Pencapaian pendidikan dalam sistem saat ini hanya bersifat materialistik seperti prestasi, kecerdasan, kekayaan, dan sebagainya.

Tidak jauh berbeda dengan kondisi masyarakat saat ini. Mereka cenderung apatis, tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Banyak juga kalangan yang mempertanyakan tanggung jawab dan peran negara dalam menyelesaikan masalah krisis moral generasi muda. Memang benar, negara seharusnya memiliki peran penting dalam hal ini. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan kekuasaan sudah seharusnya mengambil berbagai langkah untuk mencegah kemerosotan moral yang lebih parah pada generasinya. Sayangnya, saat ini negara seakan tidak serius menyikapi persoalan amoral generasi bangsa. Alih-alih memperkuat serta memperbaiki dasar pendidikan dengan nilai-nilai agama yang benar justru pemerintah mengadopsi program deradikalisasi dan moderasi beragama untuk pelajar. Harusnya di tangan penguasa juga mempunyai wewenang untuk memblokade masuknya konten-konten atau tontonan yang mengandung pornoaksi dan atau pornografi yang jelas merusak pemikiran dan moral anak bangsa.

Krisis moral generasi muda ini hanya bisa diselesaikan dengan perubahan sistemis. Meninggalkan sistem yang rusak dan kembali pada sistem yang benar. Jika penerapan sistem saat ini terbukti hanya melahirkan generasi yang tidak bermoral, maka sudah selayaknya sistem ini di singkirkan. Digantikan dengan sistem yang mengatur semua aspek kehidupan sesuai syariat. Hanya dalam sistem Islam, negara menaungi dan menjaga generasi muda sesuai fitrah. Islam memiliki sejumlah aturan yang komprehensif. Pemahaman yang menyeluruh terhadap seluruh hukum-hukum Islam mampu menjadi benteng setiap individu dari kemaksiatan. Negara dalam sistem Islam menerapkan kurikulum pendidikan berdasarkan akidah Islam, sehingga melahirkan individu yang bertakwa.

Dari aspek sosial, negara juga mengatur sistem pergaulan dan interaksi antara perempuan dan laki-laki sesuai ketentuan syariat. Hanya Islamlah yang mampu melahirkan generasi yang gemilang seperti Muhammad al-Fatih yang akan membangkitkan umat dan mengantarkan Islam pada puncak kegemilangannya.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 12

Comment here