Surat Pembaca

Banjir Berulang, Perlu Kebijakan Politik Islam

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Ketua Satgas Penerangan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kalimantan Barat, Daniel, mengatakan pasca bencana banjir besar Maret 2024, setidaknya ada 435 kepala keluarga mengungsi dan 216 rumah terendam banjir. Bencana alam yang melanda menimbulkan kerusakan, kesusahan dan penderitaan bagi manusia dan lingkungan hidup.

Daniel mengatakan, pada Maret 2024, setidaknya delapan wilayah Kalimantan Barat terdampak banjir antara lain Sambas, Bengkayang, Ketapang, Sintang, Melawi, Sekadau, Kubu Raya Kapuas Hulu. Di antara delapan kabupaten tersebut, setidaknya 24 kecamatan, 196.29.237 KK dan 102.131 jiwa terdampak banjir. Banyak kejadian bencana alam sulit diprediksi, terutama waktu kejadiannya. Dampak bencana alam sebenarnya bergantung pada fenomena penyebab bencana, kekuatan atau skala fenomena tersebut dan ketahanan unsur-unsur terhadap bencana tersebut (www.antaranews.com 16/04/2024).

Fenomena alam yang kerap menimbulkan bencana di Kalimantan Barat antara lain banjir, angin puting beliung, tanah longsor, dan kebakaran hutan dan lahan. Beberapa kabupaten telah menetapkan status siaga darurat banjir, seperti Sanggau dengan status darurat hingga Desember Sekadau hingga Juli 2024, dan Provinsi Kalimantan menetapkan status siaga banjir, longsor, dan banjir hingga Mei 31 Agustus 2024.

Dampak fenomena alam begitu serius hingga menimbulkan kerusakan dan penderitaan bagi masyarakat. Langkah-langkah perencanaan dan mitigasi untuk menghadapi bencana di masa depan masih lemah. Pemerintah harus fokus pada perbaikan sistem dini untuk menginformasikan masyarakat secara cepat dan akurat tentang ancaman bencana yang akan datang. Ada tindakan preventif atau evakuasi cepat.

Perlu juga dilakukan pembiayaan infrastruktur keamanan seperti tanggul, saluran air dan sistem pengairan yang harus ditingkatkan, karena infrastruktur yang kokoh dapat mengurangi risiko banjir dan longsor di kemudian hari. Tentunya tidak lagi bergantung pada swasta, apalagi dengan mengandalkan penanaman modal asing.

Jika banyak sekali saran, kontribusi dan hasil penelitian di negeri ini, kenapa negara tidak melakukan evaluasi sendiri? Seharusnya ada normalisasi dan peremajaan sungai agar efektif membantu mengurangi risiko banjir. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu penyebab banjir adalah kerusakan lingkungan. Selain itu, proses konversi yang dibarengi dengan pembangunan yang asal-asalan namun mengabaikan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), juga menyebabkan banjir dan bahkan tanah longsor.

Hujan adalah rahmat. Sedemikian teliti Allah menggambarkan proses terjadinya hujan. Kita pun dianjurkan membaca doa “allahumma shayyiban naafi’aan” saat turun hujan agar hujan tersebut menjadi hujan yang bermanfaat.

Dengan solusi Islam, fungsi ekologis hujan pasti seimbang di suatu wilayah tertentu. Untuk itu, solusinya tidak lain adalah dengan kembali kepada aturan Allah sebagai pedoman dalam kehidupan, termasuk dalam pengambilan berbagai kebijakan politik oleh penguasa dalam mengatasi bencana. Semua itu semestinya tecermin dari pembangunan dan pengelolaan bumi yang tidak melulu demi reputasi, alih-alih kapitalisasi dan angka-angka semu pertumbuhan ekonomi.***

Yeni
Pontianak-Kalbar

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 20

Comment here