Surat Pembaca

Kematian Tinggi Akibat DBD di Bandung

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Rengganis Santika A.

wacana-edukasi.com, OPINI-– Setiap peralihan musim (pancaroba), bukan berita baru merebaknya penyakit Demam berdarah Dengue (DBD) secara nasional. Fakta ini terus berulang, bahkan kota Bandung menjadi daerah tertinggi kasus DBD. Terlebih lagi kabupaten (kab.) Bandung berdasarkan data dinas kesehatan menjadi daerah dengan angka kematian akibat DBD tertinggi di Indonesia.

Fakta dan data tersebut tentu sangat ironis ditengah gencarnya Kab. Bandung meningkatkan kuantitas dan kualitas faskes (fasilitas kesehatan). Seiring bertambahnya Rumah sakit dan faskes, diharapkan meningkat pula kesadaran masyarakat akan kesehatan lingkungan. Namun mengapa justru angka kematian akibat DBD di kab. Bandung tertinggi? Inilah fakta yang perlu diungkap untuk menjadi ‘warning’ bukan hanya bagi warga kab. Bandung tapi juga bagi kita semua.

Kasus Berulang, Siapa yang Salah?

Data berbicara, dilansir dari Liputan6.com, Jakarta. Bahwa dalam sepekan saja telah terjadi penambahan kasus kematian akibat DBD sebanyak 81. Pada pekan ke 17 tahun 2024 Kemenkes RI mencatat ada 621 kasus kematian akibat DBD.

Sementara itu pada pekan yang sama (pekan ke – 17) tahun lalu jumlahnya jauh lebih rendah yakni di angka 209. Dari data pekan ke-17 2024 yang dibagikan Kemenkes.RI, ada 88.593 kasus DBD. Bila menilik data tahun lalu pada periode yang sama ‘hanya’ ada 28.579 kasus DBD.

Berikut rincian lima kab. dan kota dengan kasus DBD tertinggi hingga pekan ke-17 2024. Kota Bandung 3.468. Kab. Tangerang 2.540, Kota Bogor 1.944, Kota Kendari 1.659. Kab. Bandung Barat 1.576 kasus.

Sementara itu untuk angka kematian tertinggi di Kab. Bandung yaitu 29 kematian akibat infeksi virus dengue. Disusul Kab. Jepara sebanyak 21 kematian, Kota Bekasi 19 kematian. Lalu, Kab. Subang 18 kematian, Kab. Kendal 17 kematian. DBD ditularkan lewat gigitan nyamuk ‘Aedes Aegypti’.

Nyamuk ini senang hidup di habitat dengan udara hangat dan lembab (cuaca pancaroba). Nyamuk betina bertelur justru di air bersih yang tergenang. DBD adalah penyakit akibat virus dengue yang ditularkan lewat vektor nyamuk Aedes aegypti. Terdapat empat stereotip virus dengue, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV. Pihak-pihak terkait seperti pemerintah, dinas kesehatan, nakes, termasuk warga.

Seharusnya bisa melakukan antisipasi dan mitigasi, apalagi kondisi ini terus berulang. Namun mengapa korban justru meningkat?

Kapitalisme Sekuler Didunia Kesehatan.

Cuaca bahkan fenomena el nino seringkali dituding menjadi biang masalah. Kalau bukan cuaca, maka kesadaran masyarakat tak luput jadi sasaran kesalahan. Lantas kemana negara? padahal sejatinya negara dalam hal ini pemerintah yang dipilih rakyat untuk mengemban amanah mengurus rakyat termasuk dalam hal kesehatan, sigap bertindak. Bukan malah lempar masalah.

Dukungan teknologi canggih ditambah prediksi BMKG yang akurat, seharusnya bisa meminimalisir kasus dan korban. fenomena alam bukan lagi masalah. Penanganan bisa dilakukan sedini mungkin. Pemerintah juga perlu melakukan sosialisasi kesadaran lingkungan. Sayangnya disatu sisi masyarakat diberi edukasi seperti lewat PKK, dinkes, atau iklan layanan masyarakat. Namun disisi lain eksploitasi lingkungan, perampasan ruang hidup dan hijau, terus terjadi oleh oligharki dan pengusaha didepan mata negara.

Kemiskinan tak terelakkan, sehingga akses rakyat ke faskes rendah. Akibat mahalnya biaya berobat dan ke rumah sakit.
Daya dukung lingkunganpun memburuk dan kumuh. Jalan penuh genangan air, kualitas udara buruk, sanitasi lingkungan alakadarnya. Imunitas warga menurun.

Rakyat miskin hanya berpikir bisa makan saja sudah “aĺhamdulillah” tak peduli lingkungan kotor dan kumuh. Sementara paradigma kapitalisme adalah profit tak peduli nasib rakyat. Banyak RS dan faskes dibangun demi laba dan bisnis. “Ada uang ada servis” atau “ada fulus pelayanan mulus”.

Rakyat kecil hanya gigit jari ditengah banyaknya RS. Fakta BPJS dengan paradigma kapitalisme sekuler juga banyak menuai masalah. Maka wajar bila kasus DBD dari tahun ke tahun meningkat. Muara semua ini krn mesin kapitalisme sekuler terus bekerja .

Islam Menyolusi Kesehatan Masyarakat Secara Komprehensif.

Islam menyelesaikan problem kesehatan tidak secara tunggal namun sistemik paradigmatik. Pemimpin (khalifah) adalah pengurus rakyat. Aturan syariat dari Allah swt diterapkan untuk menyolusi masalah umat termasuk kesehatan.

Islam memandang kesehatan adalah kebutuhan dharuri/urgen setiap individu rakyat tanpa dibeda-bedakan baik kaya atau miskin, muslim atau non muslim. Kesehatan hak seluruh rakyat.

Maka pelayanan kesehatan harus gratis berkualitas (meliputi faskes, riset kesehatan, SDM nakes terdidik’).
Semua dilakukan pemimpin negara atas dorongan tanggung jawab dihadapan Allah.
Kesehatan bukan lahan bisnis seperti kapitalisme, dimana negara berhitung untung rugi dengan rakyatnya sendiri. Islampun melihat kesehatan adalah salah satu mata rantai kehidupan rakyat yang terkait dengan rantai ekonomi, sosial politik dan lingkungan. Rakyat sehat makmur sejahtera dan bahagia itulah filosofi negara yang menerapkan syariat islam secara kaaffah. Wallahu ‘alam.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 10

Comment here