Oleh Sindi Laras Wari (Aktivis Muslimah)
wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Saat ini prestasi tidak bisa menjamin kita bisa ikut duduk dibangku perkuliahan. Sebab banyak calon mahasiswi baru yang berprestasi, tetapi mengundurkan diri dari bangku perkuliahan disebabkan uang kuliah tunggal kian melambung tinggi. Apa ada jaminan yang bisa didapatkan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya? Atau kita hanya dimanfaatkan oleh para kapital?
Calon mahasiswa baru (Camaba)sekitar 50 orang yang lolos Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) di Universitas Riau (Unri) memutuskan untuk mundur dari Universitas Riau karena tidak sanggup dengan biaya kuliah yang sering disebut uang kuliah tunggal (UKT) (kompas.com, 20/05/2024).
Kenaikan UKT untuk semester ganjil nantinya membuat sebagian calon mahasiswa baru merasa sangat keberatan, dikarenakan Universitas yang mematok harga UKT dengan sangat tinggi. Padahal, UKT tersebut sudah termasuk UKT yang termurah, tetapi masih terasa mahal bagi banyak calon mahasiswa baru. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan untuk menaikkan UKT universitas negeri, seharusnya universitas negeri mampu mendidik serta memfasilitasi mahasiswa untuk menempuh pendidikan ke perguruan tinggi.
Mahalnya UKT juga bertentangan dengan konsep bahwa pendidikan merupakan hak bagi setiap rakyatnya. Hal yang paling miris lagi ialah jika calon mahasiswa yang sudah dinyatakan diterima oleh pihak kampus, tetapi mahasiswanya tidak menindak lanjuti maka asal sekolahnya akan diblacklist dari universitas tersebut. Maka keadaan ini akan merugikan banyak pihak yang pastinya sangat ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Beginilah potret hidup dalam belenggu sistem kapitalisme yang di mana semua dipandang dan dilakukan demi keuntungan semata. Menjadikan sistem pendidikan untuk menuntut ilmu sebagai sumber cuan yang sangat menguntungkan. Dapat kita lihat dengan jelas abainya negara dalam tanggung jawabnya memenuhi kebutuhan pendidikan setiap warga negaranya, sehingga dengan legowo nya menaikkan UKT di universitas negeri.
Masyarakat tidak didukung penuh untuk menjadi manusia yang berpendidikan tinggi dan menikmati bangku perkuliahan. Bagaimana bisa negara tidak ikut andil dalam kemajuan sumber daya manusianya. Seharusnya negara mampu mendukung sumber daya manusianya agar tidak tertinggal dengan negara maju lainnya. Hal inilah yang menyebabkan permasalahan semakin kompleks dalam kehidupan masyarakat Indonesia seakan-akan orang miskin dilarang untuk duduk dibangku perkuliahan, walaupun memiliki prestasi yang mumpuni untuk menduduki bangku perkuliahan. Pada akhirnya hanya menghasilkan sumber daya manusia minim pendidikan perkuliahan.
Hal ini sangat berbanding terbalik dengan sistem pemerintahan Islam. Pasalnya sistem pemerintahan Islam yang menerapkan aturan Islam menjadikan pendidikan sebagai kebutuhan pokok rakyatnya. Dengan demikian bisa dipastikan setiap warga negaranya berhak mendapatkan pendidikan dengan kualitas yang terbaik. Masalah biaya masyarakat yang hidup di bawah naungan negara Islam tidak perlu khawatir, sebab pendidikan bisa didapatkan dengan biaya yang sangat murah bahkan gratis. Bahkan setiap warga negaranya memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang disediakan oleh negara Islam.
Negara Islam mampu menyediakan pendidikan dengan biaya murah hingga tanpa dipungut biaya karena negara Islam memiliki sumber pendapatan yang banyak serta dikelola dengan baik dan dikembalikan lagi untuk kebutuhan rakyat. Salah satu contohnya ialah sumber daya alam yang dikelola oleh negara dan keuntungannya dikembalikan lagi untuk memfasilitasi kebutuhan rakyatnya, sehingga rakyat terjamin kesejahteraannya. Hal ini tidak didapatkan dalam sistem kapitalis di mana sumber daya alamnya dikelola oleh individu, sehingga yang memiliki harta hanya individu itu saja. Serta yang lainnya tetap hidup dalam kemiskinan.
Begitu sejahteranya hidup dalam sistem negara Islam yang telah terbukti mampu berdiri kokoh selama 13 abad lamanya, apakah tidak tertarik dengan kehidupan yang sejahtera seperti dalam negara Islam?
Hal ini juga terbukti seperti sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Anbiya’ ayat 107 yang artinya, ”Dan tiadalah kami mengutus kamu Muhammad, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (rahmatan liralamin)”
Wallahualam bissawab.
Views: 11
Comment here