Oleh: A Tenri Sarwan, S.M.
wacana-edukasi.com, OPINI–Tak kenal maka tak sayang. Hingga kita luput mengilmui dan akhirnya salah dalam menyikapi. Berhenti dan berputar pada solusi yang sama dan tak kunjung memberikan hasil berarti. Lebih parah jika masih juga ada yang keliru dan berdiri dipihak yang salah.
Sebuah gambar buatan AI yang menampilkan tenda-tenda pengungsi Palestina dan slogan bertuliskan “All Eyes on Rafah” menjadi perbincangan hangat di media sosial. Gambar dan slogan tersebut menjadi viral setelah serangan udara Israel dan kebakaran yang terjadi di sebuah kamp pengungsi Palestina di Kota Rafah, Gaza selatan, awal pekan ini.
Serangan Israel tersebut mendapat kecaman internasional yang luas, tapi disebut oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai “kecelakaan tragis”.(bbc.com, 31/05/2024)
Disisi lain, gelombang demo besar-besaran terus meluas. Para akademisi turun ke jalan menunjukkan solidaritas terhadap warga Palestina. Mulai dari Amerika Serikat, Eropa, hingga ke Asia. Seluruh mahasiswa unjuk rasa menuntut pemerintah dunia mengambil tindakan tegas agar Israel berhenti melancarkan operasi militernya di Gaza. Mereka terus menyerukan gerakan agar perguruan tinggi melakukan divestasi dari perusahaan yang mendukung Israel.(cnbcindonesia.com, 11/05/2024)
Seluruh mata dunia tertuju padanya, tetapi mengapa semakin waktu, masalah ini kian membesar tak kunjung gwenchana?
Belum Juga Gwenchana ?
Gwenchana ‘baik-baik saja’ sepertinya masih jadi ucapan kosong bagi saudara-saudara seiman kita. Puluhan ribu korban jiwa sejak 7 Oktober lalu, terhitung butuh puluhan tahun membangun kembali kota-kota yang luluh lantak. Mulut-mulut penguasa negeri muslim hanya berisi ujaran kebencian. Lebih menjijikkan saat mata yang merupakan jendela hati tak menunjukkan rasa bersalah seakan sudah cukup hanya dengan berdiri di depan pers dan mengucapkan beberapa kalimat kutukan.
Tuntutan perdamaian, gencatan senjata, solusi 2 negara adalah isu basi yang terus berulang namun sejatinya tak akan pernah terealisasi. Lembaga Internasional berkedok penjaga perdamaian nyatanya tak punya kuasa sehebat julukannya. Mereka hadir untuk menjaga perdamaian atau merampas kehidupan?
Kaum muslim masih saja termakan solusi basi yang terus dijajakkan, seakan itulah solusi termutakhir yang paling bisa dilakukan. Aksi solidaritas, boikot, blockout, mengirim bantuan kemanusiaan, serta doa yang tiada hentinya terus dilakukan. Tapi, apa sudah membuat Palestina gwenchana? Apa usaha kita sudah cukup? Apa sudah tepat semua yang kita lakukan?
Perang di Kepala Kaum Muslim?
Kaum muslim mungkin belum juga menyadari bahwa sejatinya perang sedang terjadi di kepala-kepala kaum muslim.
Sejak awal kaum muslim telah secara sadar menerima ide-ide asing yang berhasil mengaburkan kaum muslim dari solusi hakiki, bukan hanya untuk masalah Palestina tetapi untuk seluruh masalah di setiap negeri-negeri muslim.
Maka membangun terlebih dahulu kesadaran kaum muslim adalah langkah pertama yang harus direalisasikan. Kesadaran bahwa kaum muslim itu ibarat satu tubuh, yang jika bagian tubuh lain sakit maka bagian tubuh lainnya ikut merasakan sakit. Bukan memandang ini hanya sebagai masalah kemanusiaan semata, hanya melihat kejadian 7 Oktober, lalu lupa bahwa ini sudah terjadi sejak 76 tahun yang lalu. Dampak yang harus diterima tersebab hilangnya junnah kaum muslim.
Palestina bukan hanya tentang sebuah negara dengan luas tertentu yang telah di bagi-bagi para penjajah. Tapi, Palestina adalah wilayah kaum muslim yang selamanya akan menjadi milik kaum muslim. Dan bukan hanya kaum muslim yang berada di wilayah sekitarnya yang bertanggung jawab menjaga tanah tersebut tapi seluruh kaum muslim bertanggung jawab atas tanah itu.
Tentu, kita tak lupa hadirnya sosok-sosok pemimpin sekelas Umar Bin Khattab dan Shalahuddin al-Ayyubi, dalam kepemimpinan yang tegak di atas aqidah Islam yang mampu mewujudkan kemuliaan bagi kaum muslim. Maka, kasus Palestina hari ini harusnya memantik kesadaran kaum muslim, bahwa kepemimpinan hari ini bukanlah kepemimpinan yang layak mengatur urusan ummat. Sejatinya kepemimpinan hari ini justru adalah alat penjajahan yang merusak kaum muslim. Maka bagaimana langkah seharusnya?
Siap Merealisasikan Solusi Hakiki?
Sejatinya saudara-saudara kita di Palestina telah memulai langkah maka jangan biarkan apa yang telah mereka mulai sia-sia. Ini adalah pemantik. Saatnya lebih memaksimalkan peran untuk membangun kesadaran di tengah-tengah ummat. Rasulullah Saw. telah memberikan roadmapnya, tinggal bagaimana kaum muslim yang telah lebih dahulu memiliki kesadaran menjalankan peran terbaiknya.
Melanggengkan opini, bahwa solusi yang ditawarkan oleh sistem hari ini hanya akan semakin mencerai-beraikan dan menghancurkan kaum muslim. Dan solusi hakiki masalah Palestina serta masalah di negeri-negeri muslim lainnya hanya akan terwujud jika itu hadir dari ummat sendiri yang menginginkannya. Solusi termutakhir tersebut hanya terwujud jika kita berada dalam naungan Daulah Islam. Siapkah kita merealisasikannya?
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَقُلْ جَآءَ الْحَـقُّ وَزَهَقَ الْبَا طِلُ ۗ اِنَّ الْبَا طِلَ كَا نَ زَهُوْقًا
“Dan katakanlah, “Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sungguh, yang batil itu pasti lenyap.”
(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 81)
Wallahu’alam bishshawab.
Views: 4
Comment here