Opini

Fitrah Anak Terkikis dalam Kapitalisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Sumariya (Anggota LISMA Bali)

wacana-edukasi.com, OPINI-– Sungguh miris, hari ini perilaku anak terhadap orang tua semakin jauh dari nilai-nilai agama. Anak durhaka kian bermunculan, bukan lagi durhaka karena perilakunya yang tidak menunjukkan sopan santun kepada orang tua, tetapi durhaka karena menjadi pelaku pembunuhan orang tua sendiri.

Baru-baru ini viral di sosial media seorang pedagang ditemukan tewas di sebuah toko perabot kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur. Hasil penyelidikan polisi, pelaku nyatanya dua anak kandungnya sendiri yang berusia 16 tahun dan 17 tahun.
(www.liputan6.com)

Kasus pembunuhan terhadap orang tua juga terjadi di Pesisir Barat, Lampung. Seorang anak tega membunuh ayahnya yang sedang menderita stroke, hanya karena kesal saat diminta tolong diantarkan atau dibopong ke kamar mandi. Anak yang masih berusia 19 tahun itu memukuli bapaknya berkali-kali, hingga harus dilarikan ke rumah sakit dan dinyatakan meninggal dunia.
(www.beritasatu.com)

Pembunuhan anak terhadap orang tua menggambarkan rapuhnya keluarga Muslim dan rusaknya generasi Muslim. Hal ini disebabkan karena sistem Sekulerisme-Kapitalisme yang diterapkan oleh negara saat ini telah merusak dan merobohkan pandangan mengenai keluarga. Sekularisme melahirkan manusia-manusia miskin iman yang tidak mampu mengontrol emosinya, rapuh dan kosong jiwanya. Kapitalisme menjadikan materi sebagai tujuan, sehingga abai pada kewajiban untuk berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain).

Sungguh sistem pendidikan sekuler yang diterapkan oleh negara tidak mengarahkan peserta didik dengan serius, agar memahami birrul walidain dan mengamalkannya dalam kehidupan. Alhasil, lahirlah generasi rusak, rusak dalam membangun hubungan dengan Allah subhanahu wa ta’ala maupun manusia lainnya, termasuk orang tua.

Penerapan sistem hidup Kapitalisme gagal memanusiakan manusia. Fitrah dan akal tidak terpelihara, sehingga menjauhkannya dari tujuan penciptaannya, yaitu sebagai hamba dan Khalifah pembawa rahmat bagi semesta alam. Sistem Sekulerisme memandang Islam sebagai agama ritual telah menghilangkan jati diri generasi.

Generasi tidak memahami bahwa setiap perbuatannya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala kelak di hari akhir. Mereka pun berperilaku sebebas-bebasnya tanpa peduli halal-haram. Mereka hanya berpikir bagaimana mendapatkan kesenangan materi sebanyak-banyaknya. Orang tua pun dipandang sebagai objek yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan tersebut. Jika orang tuanya membawa manfaat materi akan disayang, sebaliknya jika orang tua telah menjadi beban hingga dipandang menghalangi dari capaian materi akan dibuang, sebagaimana dalam beberapa kasus yang disebutkan.

Akibat penerapan sistem Kapitalisme, banyak orang di seluruh penjuru negeri mengalami gejala yang sama, yaitu sama-sama tidak hormat terhadap orang tuanya dan sama-sama memandang orang tuanya dari kacamata manfaat. Inilah efek negara yang hanya berperan sebagai regulator, negara abai terhadap pembentukan kepribadian warga negaranya agar mereka menjadi pribadi yang taat dan takwa. Oleh karena itu, selama sistem Sekularisme-Kapitalisme diterapkan di negeri ini, perilaku buruk anak terhadap orang tua akan terus ditemukan.

Berbeda dengan penerapan sistem Islam dalam naungan Khilafah Islamiyah. Islam mendidik generasi menjadi generasi yang memiliki kepribadian Islam yang akan berbakti dan hormat pada orang tuanya serta memiliki kemampuan dalam mengendalikan emosi. Pasalnya, Islam telah melarang keras durhaka kepada orang tua. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

“Dosa besar yaitu menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua.”
(HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)

Dalam Al-Qur’an Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “uff” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
(QS. al-Isra [17]: 23)

Inilah salah satu aturan Islam terkait hubungan antara anak dan orang tua. Kalau berkata “uff” (membentak orang tua) saja tidak boleh, apalagi sampai memukul hingga membunuh mereka, tentu haram hukumnya.

Negara dalam Islam, yakni Khilafah akan serius dalam mengurusi generasi, karena paham betul sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

“Seorang Imam (pemimpin) adalah pengurus urusan rakyatnya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap rakyatnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Islam memiliki mekanisme dalam menjauhkan generasi dari kemaksiatan dan tindak kriminal. Melalui sistem pendidikan Islam, generasi dididik berlandaskan akidah Islam, sehingga terbentuklah generasi berkepribadian Islam secara massal, yaitu generasi yang pola pikir dan pola sikapnya sesuai dengan Islam. Mereka tidak akan menimbang-nimbang segala hal dengan kacamata manfaat, akan tetapi segala aktivitasnya selalu disesuaikan dengan halal dan haram. Alhasil, mereka tidak akan melakukan hal-hal yang dilarang oleh syariat dan selalu berusaha menaati syariat serta tidak terbersit sedikit pun dalam pikirannya untuk berbuat jahat apalagi sampai membunuh orang tuanya sendiri.

Pendidikan ini juga dilakukan terhadap keluarga agar mereka memahami hak dan kewajibannya dalam keluarga, sehingga terbentuk suasana kasih sayang dan ketakwaan.

Masyarakat dalam Khilafah adalah masyarakat yang benci dengan kemaksiatan dan mencintai ketaatan, sehingga akan terjadi kontrol masyarakat melalui aktivitas saling menasehati. Jika dengan upaya-upaya ini masih ditemukan kemaksiatan, termasuk kekerasan anak kepada orang tua, maka Khilafah menegakkan sistem sanksi Islam yang menjerakan bagi pelaku. Sanksi ini dapat mencegah anak-anak lainnya melakukan kejahatan yang serupa.

Demikianlah mekanisme Islam dalam membentuk generasi muslim yang taat dan senantiasa berbakti kepada orang tua.

Wallahu a’lam bishshawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 7

Comment here