Syiar Islam

Idul Adha Berbeda (Lagi), Urgensi Persatuan Umat!

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Ismawati

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Idul Adha adalah momentum hari Raya ibadah haji di Tanah Suci Mekkah saat bulan Dzulhijjah. Bagi yang belum mampu melaksanakan ibadah haji, maka berkurban adalah salah satu cara untuk beribadah, mendekatkan diri kepada Allah Swt. Idul Adha ditetapkan pada tanggal 10 Zulhijjah berdasarkan kalender Hijriyah.

Hanya saja, di tahun 2024 ini pemerintah Indonesia dan Arab Saudi berbeda dalam penentuan Hari Raya Idul Adha. Pemerintah Arab Saudi menetapkan Idul Adha 2024 jatuh pada tanggal 16 Juni 2024, sementara untuk Indonesia pada tanggal 17 Juni 2024. Mengutip detiknews.com, (8/6), Wakil Menteri Agama Republik Indonesia (RI), Saiful Rahmat usai Konferensi Pers sidang Isbat di Kantor Kementrian Agama (7/6), mengatakan bahwa perbedaan itu terjadi karena berbagai faktor, mulai dari elongasi hingga perbedaan kondisi alam. Namun, ia menegaskan semua itu tak masalah selama masih sesuai kriteria Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).

Bukan hanya di 2024, penetapan Idul Adha juga berbeda pada tahun 2023. Dimana Indonesia menetapkan Idul Adha pada tanggal 28 Juni 2023, sementara Indonesia 29 Juni 2023. Alasan yang dikemukakan juga sama yakni karena faktor perbedaan waktu atau wilayah negara.

Mengutip tulisan Ustaz Shiddiq al Jawi dituliskan bahwa khilafiyah penentuan Idul Adha berbeda dengan Idulfitri. Dimana jika khilafiyah Idul Adha ulama seluruh mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali) telah sepakat mengamalkan rukyat yang sama untuk Iduladha. Rukyat yang dimaksud adalah rukyatulhilal (pengamatan bulan sabit) untuk menetapkan awal Zulhijah yang dilakukan oleh penduduk Makkah. Rukyat ini berlaku untuk seluruh dunia. Di antara salah satu dalilnya adalah Sabda Nabi Saw.

“Idulfitri adalah hari saat umat manusia berbuka, dan Iduladha adalah hari ketika umat manusia menyembelih korbannya.” (HR Tirmidzi dari ‘Aisyah ra.). Selain itu, Imam Tirmidzi juga meriwayatkan hadis Nabi saw. dengan lafaz berbeda: “Berpuasa (Ramadan) adalah saat mereka berpuasa, Idulfitri adalah saat mereka berbuka dan Iduladha adalah masa mereka menyembelih (hewan korban).” (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah ra.)

Dalam riwayat Abu Dawud, Rasulullah Saw. bersabda,

Bahwasanya Amir Makkah (Wali Makkah) berkhotbah dan menyatakan, ‘Rasulullah saw. memerintahkan kita agar memulai manasik (haji) berdasarkan rukyat. Apabila kita tidak melihat (rukyat)nya, sementara dua orang yang adil menyaksikan (munculnya hilal), maka kita harus memulai manasik dengan kesaksian dua orang tersebut.’

Sayangnya, karena sekat nasionalisme penentuan Idul Adha berbeda karena perbedaan waktu antara Arab Saudi dan Indonesia. Jika dalam penentuan dengan rukyatulhilal seharusnya sama, karena hilal (bulan) hanya satu di bumi ini.

Oleh karena itu, Idul Adha adalah momentum tepat urgensi kepemimpinan yang menyatukan umat. Kepemimpinan sahih yang senantiasa menjadikan al-Qur’an dan Hadits sebagai rujukan. Setiap perkara diambil landasan rujukannya adalah dalil terkuat, bukan sekat negara seperti hari ini.

Sekat nasionalisme berhasil mengotak-kotakkan negara atas nama kebangsaan. Umat tercerai berai tanpa ikatan yang jelas. Alhasil, kapitalisme makin mudah mendominasi negeri-negeri ini.

Sesungguhnya, berdasarkan dalil yang dipaparkan di atas bahwa dalam penentuan Idul Adha adalah sejatinya sesuai dengan rukyatulhilal penduduk Makkah. Dengan persatuan umat melalui satu kepemimpinan, umat Islam akan berhari raya di waktu yang sama. Dalam satu komando kepemimpinan, hidup dalam jaminan keamanan dan kesejahteraan sesuai dengan syari’at Islam.

Sungguh, melihat perbedaan ini, amat penting menegakkan sistem Islam yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Sejatinya kaum Muslim adalah umat yang satu, akidah, perasaan, dan aturannya. Umat Islam terdahulu adalah umat yang unggul, beriman, dan bertakwa. Hidup dalam naungan sistem Islam dalam kehidupannya.

Terlebih, keberkahan pun akan kita raih apabila menerapkan hukum Allah Swt. dalam seluruh aspek kehidupan. Allah Swt. berfirman,

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf : 96).

Wallahua’lam bisshawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 0

Comment here