Opini

Ada Cuan di Balik Tawuran?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh. Tety Kurniawati

Wacana-edukasi.com, OPINI-– Aksi tawuran lagi-lagi pecah di Jalan Basuki Rahmat (Bassura), Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Dugaan sengaja buat mencari cuan melalui medsos pun muncul dibalik terjadinya aksi tawuran.

Diketahui, tawuran tersebut melibatkan warga RW 01 dan RW 02 pada Kamis (27/6), sekitar pukul 05.30 WIB. Para pelaku tawuran itu menggunakan berbagai benda, seperti batu, petasan, dan senjata tajam.Tawuran kali ini terjadi dipicu warga saling ejek. Pada awal tahun lalu, telah dibuat deklarasi damai buntut terjadinya tawuran serupa. ( detiknews.com, 30/06/2024 )

Senada dengan hal tersebut, 6 remaja Surabaya diamankan Polres Pelabuhan Tanjung Perak, Kamis (04/07/2024) dini hari lantaran hendak bikin konten tawuran dengan membawa senjata tajam. Dari hasil penyelidikan polisi, keenam remaja itu tergabung di dalam kelompok Gangster Team Error.

Kasi Humas Polres Pelabuhan Tanjung Perak, Iptu Suroto mengatakan keenam remaja itu diamankan oleh gabungan Sat Samapta dan Jatanras Polres Pelabuhan Tanjung Perak di wilayah Kalianak Barat. Keenam remaja itu adalah MVA (14) warga Jalan Kalianak Surabaya, FQ (15) warga Jalan Tambak Asri Surabaya, ARPI (16) warga Jalan Kalianak Timur Surabaya, NAA (14) warga Jalan Kalianak Timur, DAR (16) warga Jalan Kalianak Barat dan MIU (15) warga Jalan Morokrembangan Surabaya. ( beritajatim.com,07/06/2024 )

Tawuran Demi Cuan

Miris dan ironis. Kerusakan generasi hari ini kian tragis. Tak segan melakukan tindak kekerasan, berpotensi terluka hingga bertaruh nyawa. Demi sekedar mendapatkan serpihan kenikmatan dunia. Pemuda yang seharusnya menjadi tonggak peradaban dunia Justru larut dalam aktivitas yang kontra produktif bagi masa depannya. Sibuk dengan aksi tawuran berbahaya. Bahkan menjadikannya sebagai modus mengais cuan secara live di _social media_.

Tawuran hari ini telah bertransformasi baik tujuan dan cara eksekusi di lapangan. Tak hanya sekedar mengejar eksistensi, tapi lebih kepada pencapaian duniawi. Terkenal dan dibanjiri materi. Wajib dimiliki sebagai tolak ukur kebahagiaan diri. Halal haram dalam cara mendapatkannya tak dihiraukan lagi. Menjadi bukti kuat akan parahnya kerusakan generasi.

Disisi lain, profil generasi hari ini menjadi indikator kegagalan dunia pendidikan dalam mencetak generasi unggulan, calon pemimpin masa depan. Mereka tumbuh dengan perilaku anarkis, hedonis, rapuh, minim adab dan menyimpang dari aturan Islam. Mumpuni secara keilmuan, namun cacat secara moral. Tidak mampu membedakan lagi antara kesalahan dan kebenaran. Semua layak dipertaruhkan demi mendapatkan cuan.

Kondisi tersebut diperparah dengan lajunya arus globalisasi dan digitalisasi. Akses informasi mudah dan tanpa filterisasi. Hingga tontonan jadi tuntunan yang niscaya diikuti. Tanpa sadar apa yang ter-duplikasi, melekat jadi jati diri generasi.

Problem Sistemik

Jika dicermati maraknya kasus tawuran yang terus berulang dengan berbagai modus kekiniannya adalah sebuah problem Sistemik. Problem yang muncul sebagai buah dari penerapan sistem sekuler kapitalisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Akibatnya generasi terdidik dengan nilai sekuler dan gaya hidup barat yang jauh dari aturan Islam. Nilai sekuler ini pula yang membentuk lingkungan yang permisif terhadap kemaksiatan, individualistis, dan minim empati dalam pergaulan. Sementara pencapaian materi dipandang sebagai standar kebahagiaan dan kesuksesan dalam kehidupan.

Oleh karenanya, memperbaiki kerusakan generasi tidaklah cukup dengan penyelesaian sektoral di ranah individu dan keluarga semata. Namun perlu penyelesaian sistemis dan komprehensif sebagai solusinya.

Sistem Islam Pencetak Generasi Terbaik

Islam memiliki tujuan pendidikan yang luhur yakni mencetak generasi yang bertaqwa. Generasi yang cakap dalam ilmu, namun tetap santun dalam perilaku. Mampu bertahan hidup dalam situasi apapun dengan senantiasa terikat dengan aturan Allah dan RasulNya.

Islam memberikan support sistem terbaik dalam 3 pilar. Pertama, pembentukan karakter generasi yang baik. Pembentukan karakter generasi dimulai dari lingkungan terdekatnya. Dukungan keluarga sangat berperan di tahap ini, khususnya orang tua. Mereka berperan penting dalam mendidik anak sesuai panduan Islam. Hingga anak paham hakikat kehidupan beserta tujuan hidupnya.

Kedua, lingkungan sosial yang positif. Hal ini terwujud pada pergaulan yang saling support dalam kebaikan antar anggota masyarakat. Kontrol sosial aktif dalam mencegah potensi munculnya bibit kemaksiatan. Adat dan norma kesopanan yang bersendikan syariat Islam, bukan tergantung selera manusia kebanyakan. Kesemuanya memastikan ketentraman dan kenyamanan mewujud nyata dalam kehidupan.

Ketiga, negara menerapkan aturan tegas dan sanksi pelanggaran yang memberi efek jera. Islam melarang tegas setiap bentuk tindakan kekerasan, menyakiti diri sendiri dan orang lain, melakukan kejahatan baik verbal maupun fisik, termasuk tindakan men-viralkan konten kekerasan yang bertujuan memprovokasi pihak lain untuk melakukan hal yang serupa. Setiap pelanggaran atasnya termasuk didalamnya tawuran dan kenakalan remaja akan di sanksi dengan hukuman yang berefek jera. Hingga tidak akan ada lagi pemuda yang melakukan kesalahan yang sama dikemudian harinya.

Penerapan Islam kaffah juga akan memastikan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dengan kurikulum berlandaskan aqidah Islam. Halal haram menjadi panduan generasi dalam berkehidupan. Teraihnya ridho Illahi menjadi tolak ukur kebahagiaan. Hingga tiap warga negara terdorong bersinergi dengan setiap elemen bernegara untuk menjadikan setiap aktivitas hidupnya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Sang pengusaha kehidupan. Wallahualam.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 5

Comment here