wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Pada puncak Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 Tahun 2024 yang bertemakan “Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas”. Menurut Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, yang saat itu mewakili Presiden RI Joko Widodo, mengatakan bahwa keluarga merupakan penentu dan kunci kemajuan suatu bangsa.
Maka dari itu, saat ini pemerintah tengah berupaya keras untuk menyiapkan keluarga Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing dimulai sejak prenatal (masa sebelum kehamilan), masa kehamilan, dan masa 1000 hari pertama kehidupan manusia. Yang menjadi intervensi adalah perempuan, dengan mempersiapkan mereka sejak remaja dengan memberikan tablet tambah darah, bimbingan perkawinan, cek kesehatan, dan berbagai macam pengecekan lainnya, (KEMENKO PMK, 30/6/2024).
Pemerintah juga menyiapkan keluarga yang berkualitas dengan menyediakan fasilitas pemantauan kesehatan dan gizi ibu dan bayi yang terstandar di Posyandu dan Puskesmas dengan berbagai peralatannya. Muhadjir juga berharap, BKKBN dapat terus mengawal keluarga Indonesia, dan juga mengawal upaya pemerintah dapat mempercepat penurunan stunting sesuai target Presiden Joko Widodo.
Berbagai rangkaian menjadikan keluarga berkualitas dalam Harganas 2024 hanya seremonial saja. Pada faktanya, hari ini fungsi keluarga tidak bisa terwujud dengan baik, yang nampak dengan berbagai problem serius pada keluarga, seperti tingginya kemiskinan, stunting, KDRT, terjerat pinjol, judol, juga perceraian dan lain-lain. Semua itu diakibatkan dari banyaknya kebijakan negara yang mengakibatkan masalah pada keluarga. Kondisi saat ini yang menyebabkan perempuan dalam hal ini adalah ibu, tidak memposisikan dirinya sebagai ibu yang harus mendidik anak-anaknya, harus terabaikan karena dipaksa untuk bekerja.
Remaja yang menjadi target dari program ini pun tidak bisa hanya diberikan tablet tambah darah dan bimbingan, kalau tanpa adanya keimanan yang terjadi adalah banyak ibu muda yang terkena kesehatan mental bahkan tidak sedikit ibu yang menganiaya anaknya.
Begitu pun dengan persoalan anak stunting, belum terselesaikan dengan baik. Kondisi kehidupan yang serba sulit, harga bahan pangan yang terus melonjak naik membuat masyarakat tidak mampu membeli kebutuhan sehingga sulit juga untuk mendapatkan gizi yang cukup.
Semua hal tersebut terjadi akibat penerapan sistem kapitalisme sekuler, membentuk generasi emas yang akan diwujudkan pun tidak jelas, bahkan hanya orientasi duniawi, serta meminggirkan aspek akhirat. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat pertama dilahirkannya seorang individu, serta seharusnya yang pertama kali memperkenalkan anggota keluarganya akan Rabb mereka, tapi hal itu tidak terjadi saat ini. Pemikiran sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan membuat fungsi keluarga menjadi mandul.
Meskipun masyarakat Indonesia mayoritasnya muslim, tetapi negaranya tidak menerapkan aturan yang berasal dari Sang Maha Pencipta. Sehingga ketika ingin mewujudkan keluarga yang berkualitas hanya berorientasi pada solusi duniawi semata.
Keluarga merupakan sebuah institusi terkecil dalam masyarakat. Di dalam keluarga pula akan terbentuk generasi yang tangguh yang akan membangun peradaban yang mulia, sebagaimana ketika sistem Islam diterapkan dulu di muka bumi ini. Dari keluargalah terlahir tokoh-tokoh besar, para ahli dan ilmuwan.
Firman Allah SWT, di dalam QS. At-Tahrim ayat 6, yang artinya;
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang telah diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Dalam rangka menerapkan perintah Allah SWT dalam ayat diatas, tentu membutuhkan sebuah institusi negara yang menerapkan aturan Allah secara kafah. Dengan adanya negara tersebut, fungsi negara sebagai pengayom masyarakat akan terwujud. Karena negara dalam Islam adalah pelaksana syariat Allah. Dengan begitu akan terwujud individu-individu yang bertakwa dan senantiasa terikat dengan hukum syara.
Dalam Islam, negara akan menjamin keberlangsungan hidup masyarakat. Negara juga yang akan menyediakan kebutuhan keluarga dimulai dari menyediakan fasilitas pekerjaan bagi para kepala keluarga serta menyediakan pendidikan gratis sehingga seorang ayah hanya fokus pada menafkahi keluarga saja tanpa bingung memikirkan biaya pendidikan. Pendidikan dalam Islam akan membentuk kepribadian Islam karena berasaskan akidah Islam.
Dengan berbagai mekanismenya, negara Islam akan mewujudkan keluarga yang berkualitas. Sementara di dalam sistem kapitalisme sekuler mewujudkan keluarga berkualitas hanya seremonial saja. Wallahu’alam bishshawab
Sumiati
Views: 7
Comment here