Oleh: Sherlina Dwi Ariyanti, A.Md.Farm.
(Farmasi, Aktivis Dakwah Remaja)
wacana-edukasi.com, OPINI-– Masalah mental atau dikenal dengan mental illness menjadi permasalahan yang hingga saat ini belum bisa teratasi. Kasus mental ini, bukan hanya merusak dari segi pemikiran, tapi juga mendorong kepada perilaku mengakhiri hidup atau bunuh diri. Dilansir dari cnnindonesia.com(02/07/2024) Data Pusat Informasi Kriminal Indonesia (Pusiknas) Polri menyebut laporan kasus bunuh diri di Bali sepanjang 2023 angkanya mencapai 3,07. Suicide rate atau tingkat bunuh diri dihitung berdasarkan jumlah kasus bunuh diri dibandingkan dengan jumlah penduduk.
Dokter spesialis kejiwaan atau psikiater RSUP Prof Ngoerah, Anak Ayu Sri Wahyuni membeberkan penyebab tingkat bunuh diri di Bali paling tinggi di Indonesia. Penyebab utamanya adalah secara biologis karena memang ada kelainan mental pada seseorang seperti depresi, skizofrenia, atau gangguan bipolar. Kemudian, psikososial seperti terbelit utang, terutama saat ini adalah pinjol (pinjaman online). Kasus ini tak hanya menyerang kalangan rumah tangga melainkan juga remaja.
Mental Generasi Lemah di Bawah Sistem Kapitalisme
Bukan hal baru lagi, kondisi mental illness menyerang generasi muda. Dilansir dari RRI.co.id(16/05/2024) bahwa Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2022, menyebutkan bahwa 1 dari 3 remaja Indonesia berusia 10-17 tahun mengalami masalah kesehatan mental. Angka tersebut setara dengan 15,5 juta remaja. ini bukti bahwa mental illness menghantui generasi muda yang didominasi oleh gen-z.
Dilansir dari cnbcindonesia.com(14/07/2023) Menurut survei kepada lebih dari 42 ribu responden dari 26 negara tersebut, lebih dari sepertiga responden gen-z mengaku menghabiskan lebih dari dua jam sehari untuk menggunakan media sosial. Mereka mengaku, media sosial sangat memengaruhi kesehatan mental. Sebagian besar perempuan Gen Z mengaku, media sosial memberikan dampak negatif berupa rasa takut tertinggal tren baru atau Fear of Missing Out/FOMO sebanyak 32%. Khawatir terhadap citra tubuh sebanyak 32% dan kepercayaan diri sebanyak 13%.
Data ini sangat sesuai dengan Indonesia yang tak bisa dipungkiri kondisi remajanya, terobsesi mengikuti trend yang berlaku dimedia sosial. Namun, hal ini menimbulkan pertanyaan terkait asal-usul standar yang ditetapkan di media sosial.
Inilah kondisi yang harus dipahami oleh masyarakat, bahwa kehidupan sosial termasuk media sosial sangat dipengaruhi oleh sistem pengaturan wilayah masyarakat itu sendiri. Dimana sistem pengaturan berasal dari ideologi yang diterapkan oleh negara. Jika ditarik dari konsep ini. Maka harus diperhatikan bahwa ideologi yang diterapkan oleh banyak negara termasuk Indonesia adalah ideologi Kapitalisme.
Ideologi ini berorientasi terhadap uang, keuntungan, kenikmatan, dan perolehan materi semata. Hal ini akan mendorong, segala aktivitas yang akan dihasilkan sudah pasti ditujukan sesuai orientasi ideologi tersebut. Ketika dilihat kembali, fakta kasus mental illness terjadi akibat trend media sosial. Trend tersebut terlahir dari konsep ideologi Kapitalisme yang menghasilkan tingkah laku masyarakatnya.
Dimana trend tersebut tentu tidak akan terlepas dari keuntungan materi. salah satunya, kondisi trend fashion yang dibawa oleh negara-negara asing berhasil menyentuh market dikalangan remaja Indonesia. Hal ini terjadi karena kemudahan akses media sosial yang dimiliki oleh remaja saat ini.
Wajar dengan kondisi seperti ini, sebagai gen-z yang memiliki tabiat ingin selalu mencoba hal baru dan mengikuti trend mendorong mereka untuk menikmat fashion tersebut. Otomatis, ini akan meningkatan income bagi orang asing atas fashion yang dibawa. Tak hanya fashion, makanan, hiburan dan lain-lain juga mereka bawa.
Tapi sayangnya, konsep kapitalisme tidak bisa dilepaskan dari konsep dasarnya yaitu Sekularisme. Dimana konsep ini memisahkan agama dari kehidupan. Konsep ini menyebabkan fashion dan seluruh produknya sudah pasti tidak akan sesuai dengan aturan agama.
Kondisi ini jelas sangat bertentangan dengan konsep Islam. terlebih lagi Indonesia mayoritas kaum muslim. Tapi apalah daya, Indonesia juga tidak mampu melawan kondisi ini karena negeri ini juga penganut Kapitalisme yang bersumber dari barat.
Khilafah Melahirkan Generasi Mental Taat Syariat
Menjadi suatu kewajiban dari Khilafah atau negara Islam untuk menjamin terlahirnya generasi yang memiliki mental yang kuat. Mental kuat disini adalah mental yang tangguh serta kokoh untuk taat syariat Allah. Semua itu dimulai dari pengaturan kehidupan generasi muda yang jauh dari tindakan sia-sia apalagi tindakan yang melanggar syariat. Aturan ini tidak bisa terlaksana jika bukan negara yang menerapkan.
Didalam Khilafah, negara akan memastikan bahwa kondisi lingkungan harus memastikan karakter generasi sesuai syariat. Mulai dari akidah, didalam negara Khilafah generasi muda akan dididik untuk memiliki akidah yang kuat terhadap Allah SWT. Dan didukung melalui peran keluarga. Oleh karena itu, negara wajib memastikan bahwa kepala keluarga menjamin pendidikan akidah kepada anak-anak. Dengan mekanisme ini, sangat kecil kemungkinan generasi muda didalam Khilafah mengalami mental Ilness karena sejak dini mereka sudah memahami keyakinan terhadap ketetapan Allah.
Selain mendidik akidah generasi, negara Khilafah akan memastikan segala media yang diakses generasi tidak mengandung konten yang menjerumuskan kepada kemaksiatan seperti halnya perjudian online yang terbungkus dalam permainan.
Dilansir oleh muslimahnews.id(26/12/2024) selain menjaga media, negara Khilafah akan menciptakan kehidupan masyarakat yang terbiasa beramar makruf nahi mungkar, saling tolong dan penuh rasa empati, juga kasih sayang. Maka, seperti kasus judi online tidak akan sampai menjamur, karena masyarakat telah memiliki kesadaran untuk saling menjaga diri dari kemaksiatan.
Namun semua mekanisme ini hanya bisa dilakukan jika ada khilafah. Sedangkan kenyataan hingga saat ini bahwa Khilafah tidak ada dimuka bumi. Maka, kehidupan generasi bisa terselamatkan dengan tegaknya khilafah dimuka bumi. Seperti firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 96 “Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan”. Semua ini sudah menjadi alasan kuat agar umat islam memperjuangkan tegaknya khilafah untuk penerapan Islam kaffah. Wallahu A’lam Bishawab.
Views: 34
Comment here