Oleh: Anisa Rahmi Tania
wacana-edukasi.com, OPINI-– Indonesia terkenal dengan negeri yang kaya akan sumber daya alam. Baik sumber daya alam yang tampak di permukaan maupun di kedalaman. Beragam tanaman, pohon, maupun beragam rempah tumbuh dengan baik karena kualitas tanah negeri ini yang subur. Begitu pula dengan kekayaan di kedalaman bumi, yakni barang tambang. Sebutlah batu bara, nikel, tembaga, emas, dan sebagainya menjadi rebutan pada investor. Namun dengan segala kekayaan alam tersebut Indonesia menjadi juara pengangguran se-ASEAN. Bukankah seharusnya kekayaan alam yang berlimpah tadi menjadikan rakyatnya mudah untuk mendapatkan mata pencaharian?
Juara Pengangguran di ASEAN
Dilansir dari media inilah.com (25/7/2024), IMF melalui laporan World Economic Outlook April 2024, menempatkan Indonesia di posisi pertama sebagai negara dengan jumlah pengangguran tertinggi di ASEAN. Data tersebut berdasar pada tingkat presentase angkatan kerja. Yakni penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang tengah mencari pekerjaan.
Dalam data tersebut, tingkat pengangguran Indonesia sebesar 5,2 persen. Dari total keseluruhan penduduk Indonesia 279,96 juta orang, total pengangguran per April 2024 sebanyak 14,6 juta orang. Angka ini terhitung hanya turun 0,1 persen dibanding tahun sebelumnya.
Menyusul di posisi kedua yaitu Filipina sebesar 5,1 persen dari total penduduknya sebanyak 114,16 juta orang setara dengan 5,8 juta pengangguran. Sementara di posisi ketiga adalah Malaysia. Negeri paling dekat dengan Indonesia ini tercatat mempunyai pengangguran sebesar 3,5 persen. Dilanjutkan Vietnam di posisi keempat sebesar 2,1 persen, Singapura sebesar 1,9 persen, dan Thailand 1,1 persen.
Namun apa yang sebenarnya menjadi penyebab banyaknya pengangguran di tanah kaya ini?
Kekayaan dan Aturan Pengelolaan
Harta seseorang yang kaya akan sekejap mata habis tidak bersisa jika tidak dikelola dengan benar. Sama halnya dengan kekayaan pada suatu negeri. Sekaya apapun negeri tersebut hanya akan tertindas oleh negeri lain ketika tidak punya pengelolaan dan pengaturan yang benar. Fenomena tersebut ada di hadapan kita, masyarakat Indonesia.
Indonesia selalu disebut negara berkembang. Padahal potensi alamnya melimpah ruah. Negara asing berebut investasi. Setiap daerah yang memiliki potensi tambang, langsung diambil alih negara asing, dalam skema investasi tambang.
Akhirnya rakyat Indonesia menjadi kuli di negeri sendiri. Kini malah juara pengangguran se-ASEAN. Walau pemerintah berdalih TKA secara kuantitas jauh lebih sedikit dari TKI. Namun, seharusnya menjadi perhatian pemerintah karena di tengah hadirnya TKA, masih banyak TKI yang belum mempunyai pekerjaan.
Inilah salah satu efek dari tidak terkelolanya sumber daya alam secara mandiri oleh pribumi. Selain adanya persaingan yang sengit dengan asing pada segi keterampilan yang mumpuni maupun penguasaan teknologi maju. Inilah sebenarnya PR besar pemerintah.
Kapitalisme, sistem yang kini diterapkan negara, pengelolaan sumber daya alam memang tidak harus oleh negara. Tetapi boleh dilakukan oleh perusahaan-perusahaan swasta lokal maupun internasional. Sehingga tidak heran jika asing berbondong-bondong datang ke Indonesia. Mereka mendirikan perusahaan, pabrik, dan lain-lain dengan dalih investasi. Negara pun tersenyum lebar dan menyambut dengan gembira.
Dalam teori sistem ini, investasi dianggap jalan mulus untuk menjamin berlangsungnya pembangunan ekonomi secara terus menerus. Dengan banyaknya investasi dipandang akan menyerap tenaga kerja sehingga menekan angka kemiskinan. Dengan harapan akan menjadi jawaban atas usaha mencapai kesejahteraan rakyat secara keseluruhan.
Akan tetapi, faktanya sumber daya alam dieksploitasi oleh asing. Alam banyak yang rusak. Sementara, kesejahteraan rakyat belum meningkat. Pengangguran pun masih belum terjawab, kini malah menjadi nomor satu di ASEAN.
Begitulah tabiat asli sistem kapitalisme. Faham yang selalu mencari keuntungan di setiap proyek yang dijalankan. Termasuk dalam teori investasi. Maka, sistem inilah yang menjebak bangsa ini untuk mendapatkan untung yang berlimpah. Pada akhirnya, rakyatlah yang menjadi korban. Tinggal di negara kaya, namun banyak yang tidak memiliki mata pencaharian.
Islam Mengatasi Pengangguran
Dalam suatu riwayat, Rasulullah saw menunjuki seseorang yang tidak mempunyai pekerjaan dan meminta bantuan beliau. Beliau memintanya mengambil satu barang dari rumahnya lalu dijual di pasar. Lantas dengan uang tersebut, setengah diberikan ke keluarganya. Setengah lagi disuruh untuk dibelikan kapak. Dengan kapak itu disuruhnya laki-laki tersebut mencari kayu bakar dan dijual di pasar. Begitulah sikap seorang pemimpin terhadap rakyatnya.
Sementara di masa pemerintahan Umar bin Khathab dikisahkan saat beliau memasuki masjid di luar waktu shalat fardhu. Beliau mendapati dua orang yang sedang berdoa kepada Allah SWT. Umar bertanya “Apa yang kalian lakukan sementara orang lain sedang sibuk bekerja?” Mereka menjawab: “Kamu adalah orang yang bertawakal kepada Allah.” Mendengar jawabannya Umar marah dan berkata, “Kalian hanyalah orang yang malas bekerja, padahal kalian tahu langit tidak akan menurunkan hujan emas dan perak.” Umar pun mengusir keduanya namun memberi mereka setakar biji-bijian. Beliau mengatakan, “Tanamlah dan bertakwalah pada Allah SWT.” (republika.co.id, 23/02/2023)
Dari kisah tersebut tergambar bahwa seorang pemimpin atau penguasa wajib memberika sarana pekerjaan pada setiap orang. Artinya menciptakan lapangan pekerjaan adalah keharusan bagi seorang pemimpin (negara). Begitulah Islam memandang. Dengan begitu masyarakatnya akan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam sistem Islam, Islam menjalankan setiap kebijakannya dengan menerapkan sistem politik ekonomi Islam. Dalam politik ekonomi Islam tujuan utama dan pertama yang ingin dicapai dari kebijakan yang diterapkan adalah mengurusi dan menyelesaikan permasalahan ekonomi masyarakat.
Politik ekonomi ini dijalankan pemerintah untuk menjamin tercapainya pemenuhan seluruh kebutuhan masyarakat. Yakni kebutuhan primer setiap individu secara merata. Termasuk pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier dengan mekanisme tertentu. Mekanisme ini menjadi jaminan agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan mereka sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Salah satunya adalah dengan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya. Pemerintah tidak akan mempekerjakan tenaga kerja asing ketika masih banyak masyarakat yang tidak punya pekerjaan dan sulit memenuhi kebutuhan hidup. Karena hal tersebut telah menyalahi sistem politik ekonomi Islam.
Maka, sumber daya alam akan sepenuhnya dikelola oleh negara. Karena dengan begitu akan bisa menyerap banyak tenaga kerja. Negara pun akan memberikan pendidikan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan. Begitulah negara menjamin terpenuhinya lapangan pekerjaan bagi masyarakat Islam. Dengan selalu mengedepankan keterikatan pada syariat Islam.
Wallahu’alam bishawab
Views: 11
Comment here