Oleh : Halimah
wacana-edukasi.com, OPINI-– Produk manufaktur Cina terus menggempur pasar domestik Indonesia. Belakangan yang mencuat diantaranya tekstil hingga keramik. Ada kekhawatiran industri Indonesia tidak sanggup dengan gempuran itu tersebut, dan akhirnya keok. Apalagi impor barang murah Cina terus melakukan inovasi dan penetrasi pasar Indonesia melalui penguatan efisiensi dan skala ekonomi, sehingga biaya rata-rata yang rendah menyebabkan komoditi mereka semakin kompetitif, (CNBC Indonesia, 26/07/2024).
Sepanjang tahun 2023 terdapat ribuan karyawan di PHK, hal ini terjadi saat adanya China ASEAN Free Trade Agreement (CAFTA) pada tahun 2012. Cina sudah sejak lama menjadi global leader dan menguasai lebih dari 50% produksi tekstil dunia sejak 2014 tidak heran Indonesia menjadi target pasar bagi produsen tekstil Cina.
Sebelum berlakunya CAFTA ini sudah banyak yang mengingatkan bahwa berdagang dengan Cina siap-siap aja akan merugi, dan apabila Indonesia memaksakan diri bergabung dalam liberalisasi perdagangan ini akan berbahaya bagi siklus ekonomi dalam negeri, buktinya betul sekarang ini industri tekstil dalam negri ambruk dan sudah di prediksi ekonom sebelum CAFTA diberlakukan. Namun kenyataannya pemerintah tetap saja menyambut dengan hangat kebijakan ini yang nyata-nyata merugikan Indonesia.
Bahkan yang terjadi sekarang ini Indonesia sudah terjebak dalam perdagangan bebas. Seperti banjirnya Produk impor yang membuat industri dalam negri sekarat lalu tewas dan selalu bergantung dengan impor. Itulah yang terjadi pada industri tekstil Indonesia saat ini.
Seharusnya apa yang terjadi pada industri tekstil Indonesia menjadi sinyal kuat bagi pemerintah terhadap sektor industri lain yang bergantung pada impor dan bersaing dengan produk impor. Bahkan yang diimpor adalah barang-barang konsumsi yang sebenarnya bisa di produksi di dalam negeri. Akibatnya industri dalam negeri terpukul karena harus bersaing dengan barang murah dari Cina. Produksi Cina bisa murah karena pemerintah Cina mendukung industri manufaktur baik dari sisi perizinan, tenaga kerja, maupun insentif ekspor. Baru-baru ini pemerintah Cina memperluas bisnis e-commerce lintas batas dan membangun gudang-gudang di luar negri.
Saat digitalisasi makin meluas, liberalisasi kian marak, hampir 90% produk e-commerce berasal dari produk asing, tidak terelakan lagi mengingat Indonesia merupakan pasar terbesar e-commerce di Asia Tenggara, bisa kita lihat pasar tradisional maupun modern di banjiri produk asing.
Seiring dengan liberalisasi ekonomi, jebakan investasi pun mengikuti. Saat banyak pabrik tutup, pemerintah malah membuka keran investasi asing dengan dalih membuka lapangan kerja. Padahal sudah terbukti jika investasi asing selama ini tidak menjamin terbukanya lapangan pekerjaan, apalagi investasi Cina selalu mengutamakan warga negara mereka untuk menjadi karyawannya, akibatnya serbuan TKA Cina memasuki industri di Indonesia yang membuat kesenjangan sosial yang tinggi antara pekerjaan asing dan pekerja Indonesia. Seperti halnya yang terjadi di sektor nikel di morowali utara.
Akibat dari semua ini pastilah rakyat indonesia yang akan di rugikan.
Kondisi ini terjadi karena Indonesia bersifat kapitalistik, yaitu pemerintah hanya mementingkan keuntungan semata baik itu keuntungan yang bersifat pribadi penguasa , kelompok bisnisnya, serta para kroninya yaitu para importir. Mereka mendapatkan keuntungan besar atas setiap barang yang masuk ke Indonesia, tanpa peduli sekaratnya produksi dalam negeri. Inilah profil negara kapitalis yang hanya mementingkan keuntungan belaka tidak mengurusi kepentingan umat.
Solusi semua ini ada dalam sistem Islam. Islam hadir rahmat bagi seluruh alam. Sistem Islam yang dihadirkan dengan tegaknya Khilafah Islamiyyah menerapkan hukum negara yang bersumber dari wahyu Allah yang Maha Benar dan Maha Adil bagi kehidupan manusia. Posisi negara merupakan pelayan rakyat sehingga negara harus bertanggung jawab dalam memenuhi segala kebutuhan rakyat dan memfasilitasi segala hal agar rakyat mampu menjalankan kewajibannya sebagai manusia dan hamba Allah secara sempurna.
Khilafah Islamiyyah merupakan profil negara maju yang rakyat harapkan. Sistem yang diterapkannya mampu mensejahterakan individu per individu. Negara secara mandiri mampu membangun industri untuk memenuhi seluruh kebutuhan negara dan rakyat, tanpa ketergantungan pada pihak asing. Industri menjadi perhatian utama Khalifah, karena banyak kebutuhan rakyat dan kemaslahatan negara bergantung pada industri. Bahkan, syariat telah menetapkan industri berbasis jihad, di mana industri dibangun dengan asas pertahanan negara.
Oleh karena itu khalifah akan menyiapkan industri, mulai dari industri berat, seperti industri penghasil mesin industri, persenjataan, hingga pakaian dan makanan. Dengan demikian, pasti negara akan membangun visi politik industri yang mandiri, maju, dan terdepan sehingga mampu menyaingi negara lain. Anggaran pun disiapkan dari baitul mal yang memiliki tiga pos pemasukan (kharaj, dan fai, sedekah dan kepemilikan umum )yang mencukupi untuk membiayai pemerintahan dan melaksanakan kewajibannya melayani dan memenuhi hajat hidup rakyat, termasuk membangun industri. Apalagi ditambah sumber-sumber tidak tetap, seperti harta tidak sah dari penguasa dan pegawai negara, harta hasil usaha yang terlarang dan denda, khumus, rikaz, harta yang tidak ada ahli warisnya, harta orang murtad, juga dharibah.
Sesungguhnya Indonesia memiliki sumber kepemilikan umum yang sangat banyak, seperti tambang emas, minyak dan gas, batu bara, besi baja, dan tambang lainnya. Jika semua yang disediakan Allah Swt. ini dikelola negara dan swasta/asing dilarang untuk memiliki dan berinvestasi, dapat dipastikan hasilnya lebih dari cukup untuk membiayai infrastruktur dan teknologi industri, mulai dari industri berat sampai industri konsumsi.
Demikianlah, paradigma Islam terkait industri dalam Khilafah menjadi solusi untuk politik industri secara keseluruhan demi mewujudkan negara mandiri, kuat, dan terdepan. Bukan negara yang penuh ketergantungan. Pasrah pada membanjirnya produk asing yang mematikan produk dalam negeri. Sehingga rakyat selalu hidup susah.
Oleh karena itu sekaranglah saatnya umat ini bersatu untuk tegaknya Islam kafah yang mampu memberi solusi, mampu memberi kebahagiaan dari setiap individu. Sejahtera yang dinanti pun menjadi benar-benar terjadi.
Wallaahu a’laam bisshawaab.
Views: 14
Comment here