Opini

Wanita Bervisi Islam di Era Kapitalis

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Hexa Hidayat

Wacana-edukasi.com, OPINI--Berbicara tentang wanita, sosoknya adalah yang paling menentukan lahirnya kehidupan. Wanita adalah kunci lahirnya peradaban. Di tangan wanita, kecerdasan anak bisa terbentuk. Di tangan wanita pula peradaban cemerlang bisa memimpin dunia. Tetapi, narasi-narasi seperti ini sering disalahartikan oleh kaum liberalis untuk menghancurkan para wanita dan menenggelamkannya dalam jurang yang paling dalam.

Apalagi di era kapitalis hari ini, sosok wanita diharuskan berganti peran dengan sosok laki-laki. Misalnya, dalam hal mencari nafkah saja, wanita harus bisa berperan layaknya sosok laki-laki yang tangguh. Mereka bisa menjadi militer tentara, pemadam kebakaran, kuli bangunan dan berbagai pekerjaan berat yang harusnya dibebankan kepada laki-laki. Pemahaman kapitalis sekuler terkadang menjadikan wanita rela melakukan berbagai pekerjaan berat tersebut dengan dalih mencari uang untuk membantu suami menghidupi anak-anak atau sekadar demi gaya hidup hedonis untuk memenuhi nafsu eksistensi diri.

Di era kapitalis seperti hari ini, ketika ingin sekolah atau pun melanjutkan ke jenjang perkuliahan, para pelajar remaja hanya mempertimbangkan apakah ketika tamat sekolah atau kuliah mereka bisa dengan mudah untuk mendapatkan pekerjaan. Mereka mencari jurusan-jurusan yang banyak dibutuhkan perusahaan. Pada akhirnya jurusan yang tidak dibutuhkan perusahaan banyak yang tidak diminati.

Tren Wanita Pekerja

Saat ini, banyak wanita yang berlomba-lomba bekerja untuk mencari nafkah, meski itu bukaj kewajibannya. Sebagai contoh, sedikit sekali wanita hari yang memilih jurusan pertanian. Mereka beranggapan bahwa tidak banyak perusahaan yang membutuhkan sarjana pertanian di tengah kondisi lahan yang memang nyaris tidak ada. Sebagian dari mereka juga beranggapan sarjana pertanian bekerja untuk menjadi petani saja, sehingga tak cocok untuk wanita.

Demikian juga ketika memilih calon menantu wanita, para ibu banyak yang memilih wanita pekerja. Harapannya bahwa hidup mereka dan anak-anak mereka ketika berkeluarga tidaklah susah. Untuk urusan cucu, para nenek rela menjadi pengasuh dari pagi hingga petang. Pada akhirnya dengan jiwa yang renta, para nenek harus merelakan hak-haknya hingga kelelahan di usia senja. Semua itu fakta di dalam era kapitalis hari ini. Di era ini, semua dinilai dengan uang. Sesuai dengan sistemnya yaitu kapitalisme, bagi yang memiliki modal itulah yang lebih dimuliakan, dihargai, disanjung bahkan dihormati.

Sejatinya, wanita harus memiliki visi, sehingga mereka bisa hidup mulia. Visi yang bisa menghantarkan kepada kemuliaan seorang wanita, baik sebagai anak maupun orang tua adalah visi bukan hanya terkait nikmat dunia tapi juga sampai kepada nikmat akhirat.

Manusia tidak mungkin hidup selamanya di dunia. Semua manusia pasti mengalami kematian dan hidup setelah mati itulah sebenarnya nikmat yang sesungguhnya. Hal ini hanya bisa didapatkan dari Islam. Hanya Islam yang mengajarkan adanya kehidupan setelah kematian, tidak ada reinkarnasi atau pun tiba-tiba langsung masuk surga tanpa adanya pertanggungjawaban.

Wanita bervisi Islam bukan hanya menjadikaj Islam sebagai agama. Islam harus dijadikan sebagai pedoman hidup atau way of life. Islam tidak hanya mengajarkan hubungan kepada Tuhannya, tetapi juga mengajarkan hubungan terhadap dirinya sendiri dan hubungannya terhadap sesama manusia.

Islam mengajarkan hubungannya dengan Tuhannya terkait ibadah mahdah, seperti sholat, puasa, zakat, dzikir, haji, umroh, dan lain sebagainya. Dalam mengatur hubungan dengan dirinya sendiri. Islam mengajarkan tentang bagaimana menutup aurat dengan benar, makan dan minum yang halal, berakhlak yang mulia baik sebagai anak atau pun ibu.

Islam juga mengatur hubungan dengan sesama manusia, seperti aturan bermuamalah atau bekerja yang sesuai tuntunan syariat, bergaul dengan benar, dan lain-lain.

Wanita bervisi Islam harus memiliki standar yang tinggi. Sebab, yang mereka cari bukan lagi remah-remah dunia, tetapi nikmat akhirat yang tanpa batas. Wanita harus membranding diri mereka sebagai sosok yang mampu menyumbangkan segala apa yang mereka miliki untuk tegaknya sebuah peradaban.

Wanita yang bervisi Islam akan mulai mempersiapkan pendidikannya dengan nilai-nilai akidah yang benar. Ilmu yang mereka dapatkan akan menjadi alat pengabdian kepada negara. Wanita yang cerdas tidak hanya ingin tamat sekolah dan mendapatkan pekerjaan, tetapi mereka ditarget untuk mampu mempersiapkan umat dengan bekal ilmu yang mereka miliki. Entah mereka menjadi seorang dokter, ahli ekonomi, atau sarjana pertanian sekalipun.

Ketika menjadi seorang ibu, wanita bervisi Islam akan mencari pasangan yang saleh dan salehah bagi anak-anak mereka. Anak-anak mereka akan dididik untuk menjadi seorang ibu yang mampu mengurus anak-anaknya nanti. Sebab, mendidik anak adalah kewajiban utama seorang ibu. Seorang ibu harus menjadi madrasah pertama bagi anak-anak mereka dan menjadi pengatur rumah tangga.

Mereka tidak akan memilih melakukan perbuatan mubah seperti bekerja mencari uang dibandingkan melakukan perbuatan wajibnya, yaitu mengurus anak-anak mereka. Seorang ibu akan mulia, karena anaknya bisa menjadi sosok berbakti pada orang tua, tetapi juga bertanggung jawab pada pendidikan anaknya. Tentu saja kesempatan emas ini hanya bisa dirasakan oleh wanita yang bervisi Islam.

Di era kapitalis hari ini, sulit mencari sosok wanita bervisi Islam. Keberadaan mereka tidak didukung oleh sistem yang ada. Sistem kapitalisme dengan asasnya sekulerisme membuat wanita dengan sekehendaknya melakukan apa yang mereka suka. Sistem ini berpaham kebebasan, sehingga visinya hanya eksistensi diri.

Hal ini sangat berbeda dengan Islam. Visi Islam adalah menuju keridhoan Allah Swt., sebab wanita bervisi Islam tahu tentang hakikat kehidupan, mereka berasal darimana, untuk apa diciptakan dan akan kemana setelah mereka mati. Jadi, aktivitas mereka terikat dengan aturan Allah Swt.

Oleh sebab itu, untuk menjadi wanita bervisi Islam harus memiliki misi terlebih dahulu, yaitu belajar mengenal Islam sebagai pedoman hidup bukan hanya sebagai agama ritual semata. Untuk itu, wanita harus mengajak umat untuk bersama-sama memperjuangkan visi wanita muslimah, sampai visinya menuju keridaan Allah Swt.

Seperti ungkapan para ulama, jika ingin menghancurkan sebuah peradaban, maka hancurkanlah karakter wanitanya. Begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, wanita memiliki peran yang sangat penting untuk tegaknya kembali peradaban Islam mulia yang diridai Allah SWT

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 41

Comment here