Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Baru-baru ini, beredar kabar bahwa Seleksi Masuk Universitas Indonesia (Simak UI) tercemar oleh keberadaan joki ujian dan ‘orang dalam’ yang mengklaim bisa membantu pendaftar diterima sebagai mahasiswa baru. Isu ini mencuat setelah muncul tangkapan layar di media sosial X yang menunjukkan seorang peserta seleksi mandiri Kelas Khusus Internasional (KKI) UI mengerjakan ujian Simak UI online dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) (detik.com, 19/07/2024)
Fenomena joki tugas online sedang viral di media sosial, dengan banyak akun penyedia jasa ini memiliki ribuan pengikut. Jasa joki mengerjakan tugas untuk siswa SMP, SMA, dan mahasiswa hingga S2 dengan harga bervariasi, misalnya Rp4 juta untuk tesis. Bisnis ini memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk menjaring konsumen, yang kemudian diarahkan ke WhatsApp untuk deskripsi tugas. Keberadaan joki tugas mencerminkan krisis kredibilitas pendidikan di Indonesia, di mana ijazah tidak lagi mencerminkan kemampuan sebenarnya.
Pengguna jasa joki dan pelakunya cenderung menghalalkan segala cara demi nilai dan gelar, dengan pendidikan kapitalistik yang lebih menekankan keuntungan materi. Pemerintah tidak mengambil tindakan tegas untuk menyelesaikan masalah ini, sementara sistem pendidikan yang ada justru mendukung budaya instan dan moral hazard.
Dalam pandangan islam, joki ujian dan tugas adalah bentuk kecurangan yang jelas-jelas dilarang. Islam sangat menekankan pentingnya kejujuran, integritas, dan usaha yang halal dalam mencapai tujuan.
Rasulullah saw. bersabda :
“Barang siapa mempelajari ilmu yang dengannya dapat memperoleh keridaan Allah Swt., (tetapi) ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan kesenangan duniawi maka ia tidak akan mendapatkan harumnya surga di hari kiamat nanti.” (HR Abu Daud).
Untuk menghadapi maraknya joki ujian dan tugas di era digital, sungguh perlu adanya perbaikan fundamental dalam sistem pendidikan yang mampu menanamkan nilai-nilai integritas dan kejujuran sejak dini. Sistem pendidikan harus mampu membangun kesadaran bahwa pecapaian yang diperoleh melalui usaha sendiri lebih berharga daripada hasil instan yang diperoleh dengan cara curang. Pendidikan juga perlu mengintegritaskan teknologi dengan bijak, memberikan pengawasan yang ketat untuk mencegah penyalahgunaan, serta memperkuat pendidikan karakter yang mengajarkan pentingnya kejujuran dan kerja keras.
Solusi jangka panjang melibatkan penetapan tujuan pendidikan yang sahih, seperti dalam sistem pendidikan Islam. Pendidikan Islam fokus pada pembangunan kepribadian islami dan keahlian di berbagai ilmu, menekankan halal-haram, serta menghargai proses belajar. Dalam sistem Islam, kurikulum disusun untuk membentuk ketakwaan dan keahlian, dengan mekanisme penilaian yang mengukur kemampuan siswa secara rill, mencegah plagiarisme, dan menghasilkan generasi berakhlak mulia serta ahli dalam ilmu pengetahuan. Dan sistem pendidikan Islam terbukti sukses membawa kemajuan intelektual dan menghasilkan banyak ulama dan ilmuwan terkenal.
Wallahu a’lam bishowab
Nabia
Bandung, Jawa Barat
Views: 19
Comment here