Oleh : Elok Sri Mulyati
(Mahasiswi ULM Banjarmasin dan Member of Revowriter)
Merdeka? Benarkah negeri kita sudah merdeka? Jika keinginan untuk bisa sekolah harus bayar selangit. Ingin mempunyai rumah yang aman, tentram, asri, dan sejahtera lingkungannya, harus membayar keamanan bulanan yang terbilang cukup mahal. Ingin keluar rumah atau pulang kerja sedikit kemalaman saja, malah dihadang begal di jalanan. Serba mahal tapi belum tentu menjamin kita aman.
Benarkah kita sudah merdeka?
Tapi kenapa masih banyak rakyat yang menderita? Bahkan, kurva kemiskinan semakin melonjak. Banyak yang tidak mendapatkan hak-haknya. Selain itu, kekerasan ada di mana-mana. Inikah yang dinamakan merdeka?
Benarkah kita sudah merdeka?
Tapi kenapa kita masih terjajah dari segala sisi. Bagaimana bisa dikatakan merdeka? Jika kekayaan alam, harta milik negara kita dicuri oleh yang memiliki jabatan tinggi. Kekayaan yang seharusnya dinikmati secara merata oleh kita semua.
Benarkah kita sudah merdeka?
Tapi kenapa hampir di setiap jalan lampu merah, masih ada anak-anak jalanan? Masih ada yang duduk-duduk dengan tatapan kosongnya. Masih ada yang sekadar duduk-duduk menatap mobil lalu-lalang saja. Bahkan harapan dan cita-cita mereka sudah terbunuh dengan keadaan memilukan. Bagi mereka keluar dari kondisi tersebut sudah termasuk kebahagiaan dan kebersyukuran yang luar biasa.
Benarkah kita sudah merdeka?
Tapi kenapa masih terdapat rakyat yang setiap tarikan napasnya dipenuhi dengan asap kendaraan? Masih ada yang badannya seperti tinggal tulang. Bajunya kumal dan dekil saat dipandang. Menandakan tidak terjaminnya kesehatan, kebutuhan gizi, kehidupan layak, dan kesejahteraan.
Lalu, di mana peran negara yang dulu pernah pekik lantang akan janjinya untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa? Terealisasikah janji itu dan kata merdeka ini? Jika masih saja terdapat anak-anak yang berkeliaran di mana-mana. Apakah mereka bisa mendapatkan hak sekolah layaknya anak pada umumnya? Apakah kehidupan yang layak dan sejahtera itu hanyalah hak mereka yang berpunya? Apakah orang miskin dianggap beban saja? Astaghfirullahal’azhim. Ada apa dengan negeri kita? Dari sisi mana negara kita melihat? Apakah sudah buta sehingga tak bisa melihat dengan jernih penampakan menyedihkan ini?
Di dalam islam tidak akan ditemui hal seperti itu. Pemimpin adalah raa’in, yaitu pengurus urusan semua umat.
Rasulullah saw bersabda :
“Imam (kepala negara) itu laksana penggembala, dan dialah penanggung jawab atas rakyat yang digembalakannya.”
Konsep kepemimpinan yang ditawarkan Rasulullah saw itu cukup sederhana. Kepemimpinan layaknya penggembala. Yakni bertanggung jawab akan semua gembalaannya. Agar senantiasa terpelihara, makan-minum, sehat, dan gemuk dengan baik serta terpelihara dari binatang bertaring dan berkuku tajam.
Tidak mungkin kita menemui seorang penggembala yang sengaja membiarkan gembalaannya mati kelaparan bukan? Begitulah seyogyanya peran pemerintah negara kita dalam memimpin rakyatnya. Sehingga rakyat akan terjamin kesejahteraannya. Baik dari segi ekonomi, fisik, dan pemikiran secara keseluruhan.
Jadi, kepemimpinan menurut sabda Rasululullah saw tersebut adalah konsep pemeliharaan urusan rakyat. Tidak memandang apakah rakyat yang kaya ataupun miskin. Justru rakyat yang miskin wajib didahulukan oleh negara dalam mengurusnya. Kepemimpinan itu tidak hanya berdimensi dunia, tetapi juga akhirat.
Kesimpulannya, jika negeri kita masih banyak kemiskinan, anak putus sekolah atau belum bisa mendapatkan pendidikan yang baik, angka kriminalitas menjulang tinggi, halal dianggap haram dan maksiat di mana-mana. Maka, sejatinya negeri kita belum merdeka. Karena merdeka itu saat kita tidak menjadi hamba dari siapapun. Kecuali hanya menghamba kepada Allah swt, pencipta dan pemilik segala kehidupan. Karena merdeka itu saat seluruh masyarakat dan negara memiliki pemikiran, perasaan dan aturan yang ditegakkan di dalamnya adalah aturan Allah swt semata.
Wallahu’alam bishawab.[]
Views: 19
Comment here