Opini

Scary! Pengangguran Menghantui Generasi

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Emmy Harti Haryuni

Wacana-edukasi.com, OPINI– Dibutuhkan segera tenaga kerja laki-laki dan perempuan. Lulusan SMA, usia maksimal 30 tahun, bisa mengendarai motor. Mampu mengoperasikan komputer, sanggup bekerja dalam tim, berpenampilan menarik. Diutamakan memiliki kemampuan berbahasa Inggris.

Tidak butuh waktu lama. Ratusan pelamar pun langsung secepat kilat berusaha mengisi lowongan pekerjaan tersebut. Betapa tidak, hari demi hari para pemuda kita tak henti mencari lowongan pekerjaan untuk bisa mengais rezeki.

Pernah viral berita membludaknya antrian pelamar kerja di Taman Safari Bogor padahal hanya membutuhkan 20 tenaga kerja. Bukan hanya itu, termasuk antrian pelamar kerja di warung seblak, toko Hp, atau pabrik yang hingga puluhan ribu pelamar kerja. Menjadi bukti betapa pengangguran demikian membludak.

Kisah para pelamar kerja yang mulai antri sejak jam lima pagi, datang dari tempat yang jauh. Mereka antri berjam-jam hingga lemas dan berdesak-desakan sehingga ada yang terluka. Sungguh sebuah potret sedih menyayat hati generasi muda kita. Mereka sangat membutuhkan pekerjaan untuk melangsungkan hidupnya.

Seperti yang belum lama ini riuh menjadi obrolan. Baik di media sosial maupun media massa, tentang data pengangguran di Indonesia yang semakin menjulang tinggi terkhusus pada Gen Z. Merespon fakta tersebut, Anggota Komisi IX DPR, Charles Meikyansah, mendorong pemerintah untuk mengerahkan perhatian yang ekstra dengan pembahasan yang menyeluruh.
(wartaekonomi.co.id, 10/8/2024)

Bagaimana tidak, dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) per Februari 2024, sebanyak 3,6 juta Gen Z usia 15-24 tidak memiliki pekerjaan atau pengangguran. Separuh dari total jumlah pengangguran adalah para Gen Z menyumbang 50,29 persen dari total pengangguran yang ada.

Betapa miris, gen Z yang sejatinya mereka generasi yang tumbuh dalam masa kemajuan teknologi digital yang sangat canggih. Mereka memiliki kemampuan yang sangat mudah untuk mengakses perangkat seluler. Baik untuk menjalankan aktivitas kehidupan dan pendidikannya. Sehingga cepat mengakses informasi kemajuan apapun.

Bukan hanya itu saja, gen Z pun menjelang pemilu kemarin menjadi sasaran yang sangat diperhitungkan. Dibutuhkan suaranya untuk memenangkan konstelasi politik mengingat jumlahnya sangat banyak. Tapi ternyata nasib gen Z saat ini justru sangat memprihatikan. Mereka menjadi pengangguran terbanyak.

Sehingga terkesan hanya dibutuhkan suaranya untuk menduduki kursi tertentu. Setelah itu mereka pusing tujuh keliling hingga hopeless of job, terancam putus asa mencari pekerjaan yang tak kunjung didapat. Maka tak heran generasi muda wira-wiri dari satu kantor menuju kantor lain untuk mencari pekerjaan menjadi pemandangan kini.

Pengangguran Kekal Abadi Dalam Sistem Kapitalisme

Jika kita membayangkan sosok yang menyeramkan adalah makhluk menyeramkan. Seperti kuntilanak, genderuwo, monster, dan lain sebagainya. Maka itu sebuah kesalahan, karena sejatinya hal yang paling menyeramkan adalah pengangguran.

Benarlah apa yang dikatakan anggota komisi IX DPR bahwa pemerintah harus memberikan perhatian yang ekstra untuk memikirkan solusi dari meledaknya jumlah pengangguran generasi muda kita. Mengapa? Karena dari pengangguran, akan muncul banyak sekali masalah pelik kehidupan.

Kemiskinan, stres, depresi, ganguan jiwa, masalah kesehatan, perceraian, broken home, anak-anak terlantar. Hingga bisa memicu tingginya angka kriminalitas atau kejahatan. Bahkan pertikaian, perkelahian, masalah sosial, dan kasus-kasus KDRT banyak yang terjadi dari efek pengangguran.

Menurut wikipedia, kapitalisme merupakan suatu paham dimana pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih laba atau keuntungan sebesar-besarnya. Maka demi prinsip tersebut, pemerintah atau negara tidak boleh melakukan intervensi. Kapitalisme adalah pihak yang paling bertanggungjawab. Biang kerok atas terjadinya berbagai krisis, resesi, dan berbagai permasalahan ekonomi di dunia.

Tidak hanya di Indonesia. Tetapi juga di mana pun, termasuk negara adidaya Amerika. Pengangguran di sana menjadi permasalahan pelik yang tidak pernah selesai bahkan bertambah parah.

Pengangguran yang membludak adalah konsekuensi dari diterapkannya sistem ekonomi Kapitalisme. Bahkan pengangguran memang sengaja diciptakan dan dilanggengkan. Agar tenaga kerja tidak punya posisi tawar terkait upah, jam kerja, masa cuti, dan kebijakan ketenagakerjaan lainnya. Sehingga para pengusaha kapitalis bisa memberi upah minimum dan mengeksploitasi tenaga kerja demi keuntungan sebesar-besarnya.

Jadi dalam sistem kapitalisme, negara bukan hanya gagal mengatasi masalah pengangguran. Akan tetapi, negara juga tidak akan bisa mengatasinya selama-lamanya. Zero pengangguran adalah hal yang imposible atau hanya mimpi dalam sistem kapitalisme seperti sekarang ini. Inilah sistem yang bukan hanya tidak manusiawi, tapi juga tidak punya belas kasih. Karena semua yang dilakukan demi ego kepentingan pribadi semata.

Islam Sebagai Problem Solving

Masa muda masa yang berapi-api, darah muda darahnya para remaja. Waspadalah dalam melangkah, agar tidak menyesal akhirnya. Bukan sekadar syair lagu oleh Roma Irama, tapi benar adanya.

Gen Z berada dalam masa muda, masa dimana fisik, tenaga, dan syahwat sedang dalam fase besar-besarnya atau berapi-api. Sayang sungguh sayang, bila potensi dahsyat ini tidak berada dalam penjagaan yang benar. Hingga terbuang mubazir begitu saja.

Oleh karena itu, Islam memandang gen Z adalah bagian dari umat yang harus diri’ayah dengan sebaik-baiknya. Sehingga, tidak ada istilah pengangguran. Agar potensi yang ada bisa digunakan untuk membangun peradaban dan kejayaan Islam.

Sekali lagi, pengangguran merupakan konsekuensi dari diterapkannya sistem ekonomi kapitalisme. Sistem ini yang menjadikan tata kelola SDAE (sumber daya alam dan energi) diperuntukan bagi asing dan juga swasta. Inilah yang kemudian juga melahirkan seperangkat peraturan yang malah mempersulit pemuda untuk memperoleh pekerjaan. Yakni efek dari terjadinya deindustrialisasi.

Dalam naungan Islam yang melaksanakan sistem ekonomi dan politik Islam, termasuk juga soal managemen dan pengelolaan SDAE yang merupakan harta kekayaan milik umum. Pengelolaan SDAE dilakukan oleh negara. Tentunya hal ini meniscayakan tersedianya lapangan kerja yang memadai dan juga jaminan kesejahteraan untuk umat.

Sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan Al-Hakim, dari Ibnu Abbas, “Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara, waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, hidupmu sebelum datang kematianmu.”

Wallahu’alambishshowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 6

Comment here