Oleh : Irawati Tri Kurnia (Ibu Peduli Umat)
Wacana-edukasi.com, OPINI-– Menyedihkan. Sebanyak 5.848 anak di Kabupaten Lumajang Jawa Timur memilih untuk tidak melanjutkan Pendidikan (www.surabaya.kompas.com, Kamis 15 Agustus 2024) (1).
Pelaksana tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang Yusuf Ageng Pangestu mengatakan banyak faktor yang menyebabkan anak-anak usia sekolah di Lumajang enggan bersekolah, diantaranya faktor ekonomi dan pergaulan. Ada faktor ekonomi karena orang tua tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan anaknya. Tapi di sisi lain, banyak orang tua yang sebenarnya mampu, tapi sang anak justru lebih memilih bekerja di tambang pasir dibanding sekolah. Alasannya bekerja di tambang sebagai kuli angkut pasir bisa menghasilkan uang tunai hingga Rp200.000 per hari.
Generasi penerus saat ini terkungkung dalam paham materialistik yang merendahkan martabat manusia. Standar kebahagiaan, kesuksesan, ketenangan hidup; dilihat dari seberapa banyak uang yang dimiliki. Standar demikian menancap kuat di tengah rakyat, karena fakta saat ini sangat mendukung. Sekolah identik dengan mahal tapi tidak ada jaminan mendapat pekerjaan. Sementara setiap individu memiliki kebutuhan hidup, yang ironisnya kebutuhan hidup saat ini juga semakin mahal. Hal ini diperkeruh dengan kebijakan negara yang membiarkan dan melegalkan komersialisasi pendidikan yang mengakibatkan pendidikan semakin tidak terjangkau oleh rakyat. Jadilah orang tua berpikir pragmatis, lebih baik bekerja daripada sekolah. Ini akhirnya menjadi pemikiran umum yang menancap kuat dalam benak rakyat. Jika hal ini terus terjadi, maka membuat kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) di negeri ini akan diisi oleh generasi bermental pekerja, bukan generasi berilmu. Beginilah kehidupan yang diatur oleh sistem materialistik bernama kapitalisme. Sistem batil menciptakan generasi berpikir rendah, sebatas berstandarkan materi.
Berkebalikan dengan Islam. Allah SWT telah memberi anugerah yang luar biasa kepada umat manusia berupa akal. Dengan akal itu, manusia diarahkan untuk mencari ilmu agar tertunjuki pada jalan keimanan; khususnya keimanan pada Allah SWT. Mengacu pada firman Allah :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” (Ali Imran ayat 190 ).
Yang tercerdaskan oleh cahaya keimanan, akan membentuk pemahaman tentang kehidupan yang sahih; yaitu mengarahkan kecenderungan dalam memenuhi berbagai kebutuhan agar tunduk hanya pada syariat Allah SWT dan ridanya. Hal inilah yang menjadi tujuan utamanya; bahwa ilmu dipandang hal yang penting dalam Islam sebab hanya dengan ilmu, kekufuran dan kebodohan bisa diberantas.
Islam tidak hanya memberi dorongan kepada individu untuk menjadi orang yang berilmu. Agar kecintaan kepada ilmu menjadi budaya dan kebiasaan di tengah generasi, sebagai ideologi Islam memerintahkan negara untuk terlibat langsung dalam menyiapkan orang-orang yang berilmu. Negara yang bisa mengemban amanah ideologi Islam hanyalah Daulah Islam Khilafah. Perintah ini dapat dipahami dari hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas, bahwa tatkala Rasulullah saw menjadi kepala negara Islam di Madinah, beliau mengeluarkan kebijakan bagi para tawanan perang Badar yang bisa baca tulis mereka akan dibebaskan jika mau mengajari umat Islam atau anak-anak Ansar tentang baca tulis pengajaran itu sebagai bentuk tebusan mereka.
Seorang mujtahid abad ini, Syekh Taqiyuddin An-Nabhani dalam kitabnya “Mukadimah Dustur” pasal 173 menjelaskan bahwa; negara wajib menyelenggarakan pendidikan berdasarkan apa yang dibutuhkan manusia di dalam kancah kehidupan bagi setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan. Dalam dua jenjang pendidikan, yakni pendidikan dasar dan pendidikan menengah, Khilafah akan menyelenggarakan pendidikan bagi seluruh warga negara secara gratis. Mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melanjutkan pendidikan tinggi secara gratis. Sehingga dalam sistem Islam, generasi penerus akan mendapatkan pendidikan secara gratis dari Khilafah.
Khilafah menyediakan semua sarana dan prasarana pendidikan. Mulai dari gedung sekolah, gedung kampus, perpustakaan,, laboratorium, aula, klinik, dan fasilitas lainnya. Khilafah juga wajib menyediakan para tenaga pengajar professional. Tak hanya itu, para pelajar juga mendapatkan uang saku setiap bulannya. Mereka juga berhak menempati asrama, mendapatkan buku pelajaran, alat tulis, baju ganti, makanan, dan minuman. Dan hebatnya, semua fasilitas ini akan dinikmati oleh semua lapisan warga negara Khilafah; baik mereka adalah orang kaya atau miskin muslim, atau kafir dzimmy. Untuk pembiayaan Pendidikan bagi Khilafah tidak menjadi kendala besar, karena Khilafah mempunyai kas negara Baitul Mal yang mempunyai banyak sumber pembiayaan dalam jumlah fantastis. Salah satunya adalah kekayaan SDA (Sumber Daya Alam) yang dimiliki negeri-negeri Islam yang statusnya kepemilikan umum alias milik rakyat dan oleh Khilafah akan dikelola dan hasilnya sepenuhnya untuk kebutuhan rakyat, salah satunya untuk pembiayaan pendidikan.
Sebagai salah satu contoh praktis adalah Madrasah Al-Muntansiriyah yang didirikan Khalifah (pemimpin negara Khilafah) Al Muntansir Billah di kota Baghdad pada abad pertengahan. Di sekolah ini, setiap siswa wajib menerima beasiswa berupa emas seharga 1 Dinar (4,25 GR emas). Kehidupan keseharian mereka dijamin sepenuhnya oleh Khilafah. Fasilitas sekolah disediakan, seperti perpustakaan beserta isinya, rumah sakit, dan pemandian; dengan jaminan penuh. Maka jika seperti ini, tentu akan fokus belajar, agar mereka menjadi orang-orang berilmu.
Dalam kitab usus attlim Fi Daulah Al-Khilafah, Syekh Atha bin Kholil menjelaskan bahwa kurikulum sistem pendidikan Islam akan mencetak generasi menjadi insan yang berkepribadian Islam, sekaligus mampu menjadi problem solver atas semua masalah manusia. Mereka akan memahami permasalahan-permasalahan krusial rakyat dan menyelesaikannya dengan ilmu yang dimiliki.
Jika sistem pendidikan yang dirasakan oleh generasi adalah sistem pendidikan Islam, bisa dipastikan tidak akan ada satupun anak-anak yang akan putus sekolah. Karena mereka semua memiliki paradigma bahwa manusia akan mulia dengan ilmu dan semua biaya pendidikan akan ditanggung oleh negara Khilafah, sehingga tidak akan ada alasan lagi untuk tidak bersekolah. Sayangnya sistem pendidikan Islam hanya akan bisa dirasakan jikalau umat hidup dalam naungan Daulah Khilafah.
Wallahualam Bisawab.
Catatan Kaki :
(1) https://surabaya.kompas.com/read/2024/08/15/124552678/5848-anak-di-lumajang-putus-sekolah-ini-penyebabnya?utm_source=Whatsapp&utm_medium=Referral&utm_campaign=Top_Mobile
Views: 8
Comment here