Oleh : Lely Novitasari (Aktivis Generasi Peradaban Islam)
Wacana-edukasi.com, OPINI– Sejak 7 Oktober 2023 dunia mulai membuka mata melihat dengan terang benderang kondisi Gaza. Mudahnya masyarakat mengakses sosial media menjadi jalan terbukanya kondisi Gaza yang sesungguhnya. Kini propaganda zionis dan sekutunya pun kian pudar.
Tuduhan Barat terhadap Hammas dengan menarasikannya sebagai biang keladi terjadinya konflik tidak lagi dianggap. Aksi demonstrasi maupun seruan boikot produk terafiliasi zionis pun menggema hampir di seluruh penjuru dunia agar Menyerukan penghentian pembantaian penduduk Gaza oleh zionis yang realitanya adalah genosida.
Seiring waktu berjalan, memasuki bulan demi bulan hampir satu tahun lamanya korban terus bertambah hingga menembus angka 40 ribuan. Algoritma gaung pembebasan mulai tertutupi kabar lain tentang dunia. Media mainstream pun tak segencar sebelumnya mengabarkan tentang Gaza.
Di sisi lain, zionis makin menjadi. Dilansir AntaraNews pada Agustus 2024, tentara Israel semakin mengurangi zona kemanusiaan yang aman dan hanya menyisakan menjadi 35 kilometer persegi, atau 9,5 persen dari total wilayah Gaza. Zona aman yang terus tergerus ini jelas kian memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza. Resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata seolah hanya pemanis di bibir sebab tidak adanya aksi nyata.
Bencana Sistemik
Sistem kapitalisme-sekuler serta ide nasionalisme memainkan peran signifikan atas eksistensi penjajahan zionis yang telah membuat derita rakyat Palestina begitu dahsyat.
Sistem dan ide inilah yang menjadi landasan utama berbagai kebijakan politik global berbagai negara di dunia. Atas pertimbangan kestabilan ekonomi dan politik nasional, berbagai pemimpin dunia bahkan pemimpin negeri-negeri Islam semakin menampakkan kemunafikannya. Mereka menjelma menjadi singa ompong podium tanpa aksi nyata untuk menghentikan kebiadapan zionis. Hasilnya, secara tidak langsung merekalah pendukung keberlangsungan penindasan dan penjajahan atas bumi Palestina.
Ideologi Kapitalisme-sekuler yang mengangkangi dunia saat ini menjelma menjadi monster yang melahirkan sistem oligarki. Sistem yang mendasarkan nilai-nilai tertinggi materialistik ekonomi dan pemisahan antara agama dari negara.
Sistem inilah yang mendorong negara dan para kapitalis bersinergi simbiosis mutualistik meraih keuntungan ekonomi yang sebesar-besarnya, hingga mengesampingkan isu-isu kemanusiaan apalagi lingkungan.
Dalam konteks Palestina, banyak negara dan korporasi yang mendukung pendudukan Israel karena kepentingan ekonomi mereka. Misalnya, investasi besar-besaran di sektor teknologi dan militer Israel memberikan keuntungan yang signifikan bagi banyak negara Barat, yang membuat mereka enggan untuk menekan Israel agar menghentikan pembantaiannya atas gaza.
Lobi politik yang kuat dari kelompok pro-Israel di negara-negara super power semakin memperparah situasi. Di antaranya kebijakan luar negerinya, negara-negara besar seringkali dipengaruhi oleh tekanan lobi mereka untuk memastikan dukungan politik dan militer terhadap Israel tetap kuat.
Bahaya Nasionalisme
Nasionalisme yang menjadi warisan penjajahan kolonial, menekankan kepentingan bangsa sendiri di atas bangsa lain, juga telah memperburuk konflik di Gaza. Paham nasionalisme yang memecah persatuan umat Islam mengkerdilkan potensi umat Islam yang sesungguhnya sangat kuat dan besar. Alhasil, bantuan yang diberikan hanya sebatas bantuan logistik, obat-obatan, dan makanan dan semisalnya. Itupun dipersulit dengan akses perizinan di pintu Rafah Mesir yang harus disetujui oleh zionis itu sendiri.
Di sisi lain, nasionalisme Arab yang sempit tidak memberikan solusi yang efektif untuk rakyat Gaza. Mereka lebih fokus pada kepentingan nasional masing-masing negaranya, tanpa adanya upaya kolektif yang sungguh-sungguh dan konsisten untuk mendukung kemerdekaan Gaza, sehingga melanggengkan pendudukan zionis.
Makar Negara Barat
Hegemoni dari kapitalisme-sekuler dan nasionalisme telah menciptakan lingkungan global yang menjadikan penderitaan rakyat Gaza sering diabaikan. Alih-alih memberikan solusi tuntas, pengadilan internasional dari kumpulan negara-negara adidaya juga negeri-negeri Islam baru sebatas kecaman tanpa aksi nyata. Kebijakan yang diambil lebih menguntungkan secara ekonomi atau politis bagi negara-negara besar yang cenderung diutamakan, sementara hak-hak dasar rakyat Gaza terus dilanggar.
Dukungan militer dan politik yang terus-menerus kepada Israel dari negara-negara barat, seperti Amerika Serikat dan Eropa adalah contoh nyata persatuan negara imperialis melanggengkan konflik ini. Bantuan ini memungkinkan Israel untuk terus melanjutkan pendudukannya dan memperluas pemukiman ilegal di tanah Gaza.
Satu Kepemimpinan Umat Islam
Realita bahwa semakin terpuruknya kondisi Gaza, menunjukkan kurangnya kesatuan umat Islam di bawah bayang-bayang garis khayal bernama nasionalisme yang memecah potensi kekuatan umat Islam selayaknya tidak lagi diemban.
Meskipun Mahkamah Internasional mengatakan kependudukan Gaza sebagai bentuk genosida, nyatanya keputusan dan kecaman dari Mahkamah Internasional juga PBB tidak memberikan dampak besar ataupun solusi tuntas pada Gaza.
Semakin jelas genosida di Gaza sesungguhnya adalah perang ideologi. Sayangnya ideologi Islam kini baru diemban sebatas perkara individual dan belum diemban oleh negara. Inilah yang menjadi penyebab utama pembebasan Palestina dari genosida juga pendudukan zionis terus berlangsung.
Konflik ini adalah perang melawan negara, sehingga membutuhkan tegaknya negara berideologi Islam, yaitu khilafah yang akan menyerukan jihad kepada seluruh negeri-negeri muslim. Maka, tegaknya Khilafah membutuhkan kesadaran yang sama di tengah umat. Dengan Khilafah, umat yang besar ini akan memiliki satu kepemimpinan yang mempunyai potensi dahsyat. Hampir 2 milyar jumlah kaum muslimin tersebar di seluruh dunia, tentu sangat mampu mengusir pendudukan yang dilakukan zionis yang jumlahnya tidak seberapa.
Untuk tegaknya Khilafah diperlukan adanya kelompok dakwah ideologis.
Sebagaimana perintah Allah Swt dalam firmanNya di Qs. Al Imran ayat 104 :
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Keberadaan kelompok ideologis memerankan peran sangat penting untuk menyadarkan umat urgensi menerapkan Islam secara kaffah yang tidak hanya akan menyelesaikan penjajahan zionis atas Palestina, tetapi juga ribuan permasalahan umat Islam lainnya di berbagai belahan dunia.
Wallahu’alam bishowab.
Views: 11
Comment here