Oleh : Neti Ernawati
Wacana-edukasi.com, OPINI-– Dalam setahun terakhir, terdapat sekitar 131.200 orang warga Selandia Baru yang diperkirakan pindah ke luar negeri. Perpindahan ini merupakan yang tertinggi, setelah negara tersebut dikabarkan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Harga-harga yang tinggi, suku bunga yang tinggi, terbatasnya kesempatan kerja, dan meningkatnya pengangguran menjadi alasan warga Selandia Baru untuk meninggalkan negara. Australia menjadi negara yang paling sering dituju. Australia memiliki keadaan ekonomi yang lebih baik, selain itu, australia juga memberi kemudahan dalam aturan perpindahan penduduk. Sejak Juli 2023, warga negara Selandia Baru yang telah tinggal dan bekerja minimal selama empat tahun di Australia, dapat langsung mengajukan permohonan kewarganegaraan (beritasatu.com, 08/09/24)
Pandemi Berdampak Terhambatnya Pertumbuhan Ekonomi
Tidak dipungkiri pandemi Covid 19 memberikan efek yang cukup besar terhadap kegiatan perekonomian pada beberapa negara, termasuk negara maju seperti Selandia Baru. Pada masa pandemi, Selandia Baru menjadi salah satu negara yang turut menerapkan isolasi yang ketat, dan memberikan insentif bagi sejumlah bisnis yang tidak dapat beroperasi.
Insentif pun berakhir berbarengan dengan berakhirnya masa pandemi. Sayangnya, sejumlah usaha masih mengalami kesulitan lantaran permintaan belum kembali seperti semula. Selandia Baru mengalami inflasi yang terus meningkat, hingga mengurangi daya beli konsumen sekitar lima juta konsumen di negara tersebut. Bahkan, inflasi level tertinggi selama lebih dari tiga dekade telah dialami Selandia Baru pada kuartal Juni 2022, yakni mencapai 7,3%.
Meski tingkat inflasi Selandia Baru menurun dan hingga saat ini telah mencapai 3,3%, namun selama satu setengah tahun terakhir, ekonomi Selandia Baru mengalami perlambatan. Generasi muda mulai kehilangan pekerjaan dan memutuskan untuk pindah. Diketahui, hingga bulan Juni 2024, lebih dari 50% emigran Selandia Baru adalah mereka yang berusia antara 20 hingga 39 tahun, dengan kelompok paling besar pada usia antara 25 hingga 29 tahun.
Asas Manfaat, Buah Neoliberal dan Kapitalisme
Ibarat pepatah, habis manis sepah dibuang, fenomena perpindahan warga negara Selandia Baru ini pun kemudian menjadi ironi. Betapa tidak, ketika negara tersebut berhasil menjadi salah satu negara berpredikat negara maju, warga dari luar berbondong-bondong masuk dan mengajukan kewarganegaraan pada negara tersebut. Kini, ketika ada permasalahan perlambatan kemajuan ekonomi, sebagian warganya pun berbondong-bondong pindah ke negara lain yang memiliki keadaan ekonomi yang lebih baik.
Inilah sesungguhnya dampak dari neoliberalisme, yang membuat setiap orang bebas melakukan apa saja dalam usaha memperoleh keuntungan dan meningkatkan standar hidupnya. Seorang filsuf abad 18, John Locke menyatakan bahwasanya kaum liberal adalah orang-orang yang mengusung hak untuk hidup, merdeka, dan sejahtera. Mereka ini adalah orang-orang yang bebas untuk bekerja, bebas dalam mengambil kesempatan apapun, dan bebas mengambil keuntungan apapun, termasuk dalam kebebasan untuk menghancurkan diri sendiri, seperti bebas hidup tanpa tempat tinggal, dan bebas hidup tanpa pekerjaan.
Paham kebebasan yang diusung liberalisme cenderung membuat orang menilai segala sesuatu dengan takaran keuntungan atau materi. Apakah sesuatu itu memberikan keuntungan bagi orang tersebut atau tidak. Jika sesuatu tersebut bernilai atau memberi manfaat maka sesuatu tersebut akan diambil, tapi jika tidak bermanfaat maka akan ditinggalkan. Kebebasan ini juga cenderung diartikan sebagai memiliki hak dan menggunakan hak tersebut dengan tidak terpengaruh campur tangan siapa pun termasuk campur tangan pemerintah.
Kapitalisme membanggakan kebebasan-kebebasan yang diusung neo liberal sebagai hakikat dari penciptaan paham tersebut. Dalam keberlangsungannya, kapitalisme selalu menyesuaikan dan menjaga kebebasan yang diusung neoliberal. Kapitalisme selalu memberi ruang pada kebebasan seperti ini. Tak heran bila kemudian muncul negara bernuansa kapitalis seperti Australia yang memberikan tawaran kewarganegaraan bagi warga pendatang dari Selandia Baru.
Islam Solusi Inflasi dan Perkuat Ekonomi
Inflasi biasa dianggap sebagai keadaan menurunnya nilai mata uang terhadap nilai komoditas. Keadaan ini memberi dampak negatif pada perekonomian karena menyebabkan gangguan fungsi uang, perubahan harga, menimbulkan ketidak adilan dan ketegangan sosial di masyarakat.
Ekonomi Islam memberikan solusi untuk mengatasi inflasi diantaranya melakukan perubahan pada sistem pembayaran yaitu mengganti penggunaan uang kertas menjadi penggunaan uang emas dan perak, sehingga memunculkan hubungan antara kuantitas peredaran uang dengan kuantitas produksi. Sistem ekonomi Islam juga mengajarkan untuk mengarahkan belanja ke hal-hal yang penting, melarang gaya hidup berlebihan, mencegah praktik penimbunan barang dan meminimalisir impor.
Solusi lain yang diterapkan ekonomi Islam dalam mengatasi inflasi adalah dengan melakukan beberapa kebijakan, diantaranya memaksimalkan penghimpunan zakat dan pengoptimalan penggunaan zakat, mengenakan biaya atas dana yang disimpan atau menganggur melalui zakat mal, serta menggunakan prinsip bagi hasil pada setiap transaksi atau segala jenis usaha. Sistem Islam menjalankan perekonomian tanpa praktik riba atau pinjaman dengan bunga. Meski begitu sistem ekonomi Islam tetap menjaga ketersediaan dana pinjaman dan pasokan uang.
Islam mewajibkan negara untuk membangun sistem ekonomi yang kuat dan sehat, dengan memprioritaskan pada sektor industri berat. Sektor tersebut lebih memiliki ketahanan dalam menghadapi kondisi perdagangan. Dengan begitu keadaan ekonomi negara akan tetap kuat bertahan meski keadaan perdagangan sedang memburuk.
Views: 3
Comment here