Opini

Tepatkah Solusi Stunting dengan Makan Siang Gratis?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Nur Oktafian, S.Tr.Gz.

Wacana-edukasi.com, OPINI-– Berangkat dari isu global, ketahanan pangan dan kesehatan anak, melalui Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, angka stunting di Indonesia yang cukup tinggi, di solusi dengan wacana program makan siang gratis dengan menu bergizi oleh presiden terpilih. Salah satu menu bergizi yang di sebut-sebut itu adalah susu ikan sebagai alternatif susu sapi. Epi Taufik, Ahli Ilmu dan Teknologi Susu, Dosen Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB), menuturkan, susu ikan seharusnya berasal dari jenis ikan mamalia (mammae). Sedangkan susu ikan yang di kenalkan sebagai alternatif susu sapi merupakan produk ekstraksi protein ikan, bukan hasil perah ikan (Kompas.com, 11/9/24)

Media asing seperti The Strait Times dan The Sydney Morning Herald ikut menyoroti terkait susu ikan yang bakal menjadi alternatif susu sapi pada wacana program makan siang gratis. Media tersebut juga mempertanyakan terkait dampak kesehatan dan apakah bisa mempertahankan nilai gizi serta nutrisi yang terkandung dalam susu sapi. Selain itu media tersebut juga menyoroti besarnya anggaran dana yang dibutuhkan dalam menyukseskan program ini. (Cnnindonesia, 13/9/24)

Dilema program makan siang gratis, antara harapan dan kenyataan. Banyak pihak yang berharap, melalui program ini dapat memangkas tingginya angka kurang gizi di Indonesia, sehingga generasi yang terbentuk adalah SDM yang bermutu.

Namun program makan siang gratis ini pula, menjadi tanda tanya di tengah masyarakat, pasalnya negeri ini masih gagal dalam menciptakan ketahanan dan kedaulatan pangan di tengah sumber daya yang melimpah ruah, akibatnya muncul masalah kesehatan yang cukup kompleks di tengah masyarakat berkaitan dengan gizi. Inilah salah satu yang menginisiasi lahirnya wacana program makan siang bergizi gratis.

Disisi lain solusi yang di tawarkan atas masalah ini tidak menyentuh akar masalah sehingga terkesan tambal sulam. Padahal sebenarnya ikan segar adalah salah satu sumber protein hewani terbaik, selain itu harganya lebih murah dan mudah di dapatkan oleh masyarakat. Karena Indonesia dikenal sebagai negara maritim yang memiliki hasil laut yang melimpah.

Namun pemerintah malah memilih memproduksi pangan hasil laut dengan jalan panjang dan mahal. Selain itu proses produksi yang di lakukan menggunakan pemanasan suhu tinggi bisa jadi dapat berpotensi merusak protein pada ikan.

Solusi yang ditawarkan ini seolah sangat berpihak pada rakyat, namun nyatanya tetap masih memberi peluang korporasi dan oligarki. Sebab strategi pemerintah mendatang, dalam memproduksi susu ikan secara besar-besaran adalah industrialisasi. Hal ini sudah pasti, pemerintah akan menggaet para investor.

Inilah wajah buram negara dengan penerapan sistem ekonomi kapitalisme, negara setengah hati dalam mengurus rakyatnya. Lebih teganya lagi menunggangi isu global terkait kesehatan generasi untuk menyukseskan proyek industrialisasi, dimana pemerintah tidak lebih hanya sebagai perpanjangan tangan dari korporasi.

Berbeda halnya negara dengan penerapan sistem Islam, pemimpin benar-benar peduli dan ikhlas melayani masyarakatnya, terlebih pada generasi, sebab generasi dipandang sebagai tongkat estafet pembangunan suatu peradaban yang mulia.

Oleh sebab itu negara akan memaksimalkan pemenuhan hak-hak dasar generasi seperti kebutuhan pokok berupa sandang, pangan dan papan. Selain itu penjaminan pendidikan, kesehatan dan keamanan akan negara berikan dengan jaminan yang berkualitas dan gratis. Jaminan ini akan di dapatkan oleh seluruh masyarakat tanpa terkecuali melalui konsep yang telah di tetapkan oleh syariat.

Kesejahteraan yang diciptakan negara Islam oleh seorang pemimpin yang adil di topang oleh konsep keuangan negara yang kokoh yaitu baitul mal dimana seluruh pendanaanya di ambil dari situ.

Negara akan memastikan setiap kepala keluarga atau pencari nafkah bisa mendapatkan pekerjaan yang layak agar dapat memberi nafkah halal dan cukup bagi keluarganya dengan membuka lapangan kerja seluas-luasnya. Alhasil generasi dapat terpenuhi kebutuhannya terutama gizinya melalui nafkah orang tuanya.

Disamping itu dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, Islam memiliki prinsip-prinsip syariah, dimana negara akan mengsupport penuh pengadaan bahan pangan, berupa sarana dan prasarana dibidang pertanian dan peternakan. Negara akan mengontrol jalannya pengadaan bahan pangan mulai hulu hingga hilir, Sehingga kecil kemungkinan terjadinya pelanggaran syariat dalam pemenuhan pangan. Alhasil masyarakat khususnya generasi dapat terpenuhi gizinya dengan baik.

Negara akan fokus membangun politik industri yang mandiri, yaitu dengan mengadakan alat-alat dan teknologi pengembangan produksi yang menunjang pengadaan bahan pangan dengan pendanaan yang di ambil dari baitul mal. Sehingga negara tidak akan bergantung pada pihak swasta apalagi asing.

Begitulah mekanisme negara Islam dalam membangun ketahanan dan kedaulatan pangan, sehingga generasi yang lahir adalah generasi berkualitas yang kuat fisik dan juga berkepribadian. Wallahu ‘alam bishowab[]

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 3

Comment here