Opini

Maraknya Pemuda, Melakukan Kriminalitas

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ummu Azmi (Aktivis Muslimah)

Wacana-edukasi.com, OPINI– Pemuda, banyak harapan berada dalam dirinya. Banyak pula gelar yang dapat disematkan padanya. Tidak henti-hentinya sebagai orang tua berjuang demi masa depan anaknya.

Namun kenyataanya, mewujudkan harapan tidak lah semudah seperti membalikan telapak tangan. Ada banyak hambatan dan gangguan-gangguan. Tidak hanya dari orang lain, tapi juga dari diri pemuda itu sendiri. Banyak tingkah dari pemuda yang rasanya tidak manusiawi. Termasuk tawuran yang sering kali terjadi.

Mengutip dari rri.co.id (22/9/2024), polisi berhasil mengamankan lima belas orang beserta satu bilah pisau, satu bilah golok, dan kendaraan roda dua, yang diduga akan terlibat tawuran.

Masalah pemuda ini pun membuat Kapolrestabes Semarang, Irwan Anwar, bersuara. Beliau mengatakan bahwa peningkatan bukan hanya ranah kenakalan remaja, tapi juga berbau kriminal. Tentu saja, hal ini menjadi PR di Semarang untuk bisa mengantisipasi kejadian tersebut. (detik.com, 20/9/2024)

Di tempat yang lainnya, polisi menangkap satu orang anggota geng motor ketika akan melakukan tawuran di Jalan Durung, Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan. (medan.tribunnews.com, 22/9/2024)

Selain itu, beredar sebuah video di media sosial dan grup percakapan yang diduga merupakan aksi tawuran. Senjata tajam jenis klewang terlihat dibawa oleh sejumlah pelaku tawuran tersebut. (metrotvnews.com, 20/9/2024)

Sangat disayangkan sekali, pemuda yang kuat dan berani tersebut menyia-nyiakan potensi dalam dirinya. Bukan untuk kebaikan, mereka justru menggunakannya untuk kejahatan. Apakah mereka tidak memikirkan tentang konsekuensi nya? Lalu, mengapa mereka bisa melakukan hal seperti itu?

*Faktor-Faktor Penyebabnya*

Sistem sekularisme membuat manusia bertindak tanpa tuntunan agama. Manusia merasa bebas berbuat, meskipun dengan menyakiti orang lain, seperti tawuran. Sistem hidup yang seperti ini tidak memanusiakan manusia.

Karena sekularisme ini, kontrol diri yang ada pada diri para pemuda pun menjadi lemah. Banyak dari pemuda tidak lagi mempertimbangkan tindakan yang dilakukannya apakah hal tersebut halal ataukah haram. Mereka seolah tidak memedulikan dosa yang nantinya akan ditanggung. Dan, mereka juga seakan masa bodoh akan konsekuensi yang nantinya diterima, baik di dunia maupun di akhirat.

Mereka menjadi mudah terbakar emosinya. Tanpa iman dan takwa yang kuat, emosi mereka menjadi tidak terkendali. Tawuran pun bisa terjadi hanya karena celaan di media sosial. Sangat disayangkan sekali.

Kemudian, banyak pemuda saat ini, termasuk mereka yang tawuran, pun seperti kehilangan jati diri. Mereka tidak paham tujuan mereka hidup di dunia ini, sehingga mereka melakukan sesuatu yang dapat menunjukkan eksistensi diri mereka. Emosi mereka berapi-api, tapi mereka tidak tahu bagaimana mengendalikan atau bahkan meredam emosi tersebut.

Pemuda ini membutuhkan penyaluran energi ke arah yang positif, contohnya seperti melakukan olahraga. Namun, tidak semua fasilitas olahraga dapat digunakan ataupun diikuti secara gratis. Contohnya, ingin ikut beladiri pun nyatanya harus membayar dengan biaya yang tidak sedikit.

Kapitalisme juga ternyata menuntun mereka menjadi puas atas capaian materi atau kesenangan duniawi. Sekularisme liberal membuat mereka bebas melakukan apapun untuk meraih materi maupun kesenangan duniawi tersebut. Akhirnya, mereka mudah hanyut dalam pergaulan yang salah.

Sayangnya, para pemuda tersebut kurang mendapatkan kontrol atau bahkan tidak di kontrol oleh orang tuanya. Dengan alasan sibuk, kedua orang tuanya tidak memberikan pendidikan dan tidak pula mengawasi anaknya. Orang tua mungkin juga tidak memberikan nasihat-nasihat kepada anaknya sebagai bekal untuk menjalani kehidupan.

Bahkan, mungkin saja ada orang tua yang sudah merasa cukup dengan memberikan materi pada anaknya. Dengan materi yang cukup tersebut, orang tua mungkin merasa anaknya akan bahagia. Ditambah lagi dengan ibu yang ikut membantu bekerja, baik karena terpaksa ataupun karena ingin berkarir saja. Namun, ibu tersebut melalaikan perannya sebagai pendidik dan juga harus memberi kasih sayang pada anaknya. Sehingga, bisa saja anaknya mencari kebahagiaan di luar.

Lingkungan pun memberikan dampak pada perkembangan generasi. Berteman dengan orang yang kurang paham agama akan sedikit banyak memengaruhi. Lingkungan sekitar yang cuek pun seolah membiarkan bibit-bibit kekerasan berkembang. Bukannya menasihati, masyarakat terkadang tidak mau tahu urusan yang bukan bagian keluarga nya, meskipun kesalahan ada di depan mata.

Lingkungan pendidikan atau sekolah yang sekuler juga tidak mampu mencetak pemuda yang beriman dan bertakwa. Dari pendidikan yang sekuler seperti ini akan mungkin melahirkan pemuda yang arah hidupnya hanya sekadar untuk mendapatkan materi. Asalkan materi didapatkan, mereka akan senang, tidak peduli dengan cara halal ataupun haram.

Media juga memberikan dampak pada generasi. Media dengan tayangan atau konten yang merusak seakan dibiarkan. Padahal, para artis, influencer, yang ada di media sosial, menjadi salah satu rujukan para pemuda saat ini. Maka, jika konten nya negatif, bukan tidak mungkin generasi akan mengikutinya. Bahkan, tawuran saja sudah menjadi konten. Mengerikan!

Selain itu, sistem ekonomi kapitalis nyatanya tidak mampu menyejahterakan rakyat. Harga-harga pun kian merangkak naik. Sehingga, rakyat kesulitan membeli. Pada akhirnya, orang tua sibuk bekerja, baik ayah maupun ibu. Juga, gaya hidup yang penuh godaan membuat kebutuhan dan keinginan menjadi tersamarkan. Hal ini membuat kesibukan bagi orang tua dalam bekerja dan lalai dalam mendidik anak-anaknya.

Hukum dalam sistem ini pada kenyataannya tidak bisa membuat jera. Pelaku tawuran diberi hukuman ringan dengan alasan masih dibawah umur. Akibatnya, anak-anak lainnya merasa tidak takut jika nanti akan dihukum ketika melakukan kriminalitas.

*Solusi Islam*

Tawuran pemuda yang terjadi berulang kali, akan dapat tertuntaskan dengan Islam. Dalam Islam, pendidikan akan berlandaskan pada akidah Islam. Hasilnya, pemuda akan memiliki kepribadian yang mulia. Pemuda juga akan memiliki iman dan takwa yang kukuh, karena pondasi mereka kuat. Tujuan hidup mereka adalah mencari rida Allah Swt.. Dengan memahami tujuan hidupnya, pemuda akan mengupayakan di setiap perilakunya sesuai dengan apa yang Allah perintahkan. Pemuda tidak akan melakukan hal-hal yang bebas tanpa tuntunan, seperti menyakiti atau membunuh orang lain yang mungkin terjadi ketika tawuran.

Dengan pendidikan Islam ini, pemuda akan taat pada aturan Allah Swt., termasuk menjauhi maksiat atau kriminalitas. Kegiatan mereka akan diisi oleh aktivitas yang bermanfaat, seperti belajar dengan rajin, olah raga, atau pun aktivitas produktif yang lain. Potensi yang diarahkan pada hal yang positif akan mencegah adanya tawuran.

Lalu, dalam Islam, keluarga, masyarakat, dan kebijakan yang diambil oleh negara akan kondusif. Orang tua akan menjalankan perannya untuk mendidik anaknya, sebagai wujud ketaatan pada Allah Swt..

Dalam Islam pun, masyarakat akan melakukan amar makruf nahi mungkar. Hal ini akan mencegah dan mengecilkan kemungkinan adanya kemaksiatan maupun kriminalitas. Dengan begitu, pemuda pun akan mendapatkan pendidikan dari masyarakat.

Dalam Islam, negara akan menjamin kesejahteraan rakyat dengan cara membuka lapangan kerja yang luas bagi laki-laki dengan gaji yang layak untuk menafkahi. Sehingga, para ibu tidak perlu terpaksa ikut membantu perekonomian keluarga dengan mengabaikan anak di rumah. Ibu akan fokus mendidik anak di rumah. Negara juga akan memberikan fasilitas pendidikan, kesehatan, dan keamanan secara gratis.

Dalam Islam, negara juga memberikan sanksi yang tegas dan membuat jera para pelaku kriminalitas. Sanksi ini berlaku bagi siapapun yang sudah balig, meskipun umurnya belum dewasa. Ketika pemuda melukai orang lain, ada firman Allah Swt.,
Kami telah menetapkan bagi mereka (Bani Israil) di dalamnya (Taurat) bahwa nyawa (dibalas) dengan nyawa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya (balasan yang sama).” (QS Al-Maidah [5]: 45).

Dengan berbagai aturan Islam yang diterapkan, akan melahirkan para pemuda yang cerdas, tangguh, beriman, bertakwa, dan bermanfaat bagi umat. Mereka akan menjadi pengisi peradaban dengan Islam. Para pemuda akan mengkaji Islam, mendakwahkannya, dan ikut dalam perjuangan Islam. Sehingga, mereka akan menebarkan kebaikan bagi seluruh alam. Wallahualam.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 0

Comment here