Oleh. Siti Rohmah, S.Ak. (Pemerhati Kebijakan Publik)
Wacana-edukasi.com, OPINI– Tawuran atau bentrokan antar kelompok di kalangan pemuda maupun pelajar masih marak terjadi di Indonesia, bahkan banyak yang menjadi agenda perkelahian turun temurun antar geng atau sekolah yang terkenal dengan rivalitas yang tinggi.
Tawuran antar pelajar terjadi kembali di Brebes, Tegal- Purwokerto. Aksi tawuran tersebut diposting oleh akun Instagram @insta_bumiayu. Dalam video tersebut menampilkan sejumlah pelajar turun dari sepeda motor dan terlibat bentrokan sambil mengacungkan senjata tajam mirip celurit berukuran panjang. Kejadian tersebut pun dibenarkan oleh AKP Hasari Kapolsek Tonjong. Beliau menyampaikan bahwa tawuran pelajar tersebut melibatkan dua kelompok pelajar yakni dari salah satu SMK di Bumiayu dan SMK di Sirampog (Detik.com, 26-09-2024).
Selain itu, adanya laporan masyarakat tentang geng motor yang meresahkan yang diduga akan melakukan aksi tawuran maka, Polsek Cidaun Cianjur menindaklanjuti sehingga berhasil mengamankan lima belas orang pemuda yang di duga akan terlibat tawuran. Dengan barang bukti satu buah golok dan pisau, serta kendaraan motor. Peristiwa tersebut terjadi pada hari Minggu (22/09/2024) sekitar pukul 00.15 WIB (rri.co.id, 22-09-2024).
Buah Sistem Sekuler
Kriminalitas yang dilakukan oleh pemuda, salah satunya tawuran terus terjadi, bahkan sering terus berulang dan makin kesini makin mengerikan. Pastinya banyak faktor pemicu, di antaranya yaitu lemahnya kontrol diri, krisis identitas, disfungsi keluarga dan tekanan ekonomi/hidup, ditambah lingkungan rusak yang dipengaruh media. Pemuda saat ini tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas, mereka kebanyakan mengikuti hawa nafsunya, mencari kesenangan dan eksistensi dengan berbagai cara. Maka, tak heran di sistem saat ini melahirkan pemuda yang sukanya tawuran.
Hal ini menunjukkan, adanya kegagalan pendidikan dalam mencetak generasi yang berakhlak baik. Sistem pendidikan sekuler saat ini melahirkan generasi sekuleristik (yang jauh dari ajaran agama) sehingga membuat pelajar/pemuda rentan menjadi generasi amoral bahkan kriminal.
Selain itu lemahnya penerapan hukum dan penegakannya membuat remaja atau pemuda yang dianggap di bawah umur tidak membuat efek jera. Inilah buah penerapan sistem sekuler kapitalis yang tidak memanusiakan manusia, merusak pemikiran dan budaya, menjadikan negara abai terhadap tugas membentuk generasi berperadaban mulia, yang malah menyia-nyiakan potensi besar pemudanya.
Padahal, masa muda seharusnya diisi oleh hal-hal yang positif di tengah jiwa gelora muda. Namun sayang, dalam sistem sekuler potensi pemuda banyak terbajak oleh hal-hal yang negatif yang merusak. Bukankah peran pemuda sangat penting untuk kemajuan negara?
Butuh perubahan besar dan mendasar untuk menyelamatkan potensi para pemuda agar berjalan sesuai perannya yaitu sebagai agent of change. Perubahan itu tidak bisa melalui sistem atau aturan buatan manusia. Perubahan besar dan mendasar itu hanya melalui sistem yang berdasarkan wahyu yaitu Islam.
Islam Solusinya
Dalam sistem pendidikan Islam yg konsen dalam penguatan akidah dan pembentukan syaksiyah(kepribadian) akan sangat mampu untuk mencetak generasi mulia, sehingga akan mencegah individu menjadi pelaku kriminalitas. Dalam pandangan Islam, pendidikan bukan hanya sekedar media transfer ilmu pengetahuan. Pendidikan juga digunakan sebagai pembentuk kepribadian islami dan pola sikap islami pada peserta didik. Pola pikir islami berkaitan dengan pemahaman peserta didik terhadap hukum hukum Islam, sedangkan pola sikap islami berkaitan dengan perilaku peserta didik yang sesuai dengan hukum Islam di semua aspek kehidupan.
Pemuda merupakan tonggak peradaban, dan calon pemimpin masa depan yang harus diperhatikan. Oleh karena itu, Islam memandang peran pemuda sangatlah penting. Selain memberikan pendidikan yang mempunyai visi dan misi yang jelas, Islam juga memberikan lingkungan yang kondusif, baik dalam keluarga, masyarakat maupun dari segi kebijakan negara, yang tentunya akan menumbuhkan ketakwaan pada setiap individu serta akan mendorong produktivitas pemuda. dan juga dengan dukungan dari sistem yang lain , maka akan lahir generasi hebat, yang mengarahkan potensinya untuk berkarya dalam kebaikan, mengkaji Islam kemudian mendakwahkannya serta terlibat dalam perjuangan Islam.
Negara Islam juga akan membangun sistem yang menguatkan fungsi keluarga dengan menerapkan aturan yang menjamin kesejahteraan (pemenuhan kebutuhan primer, sekunder) serta sistem lain yg menguatkan fungsi kontrol masyarakat.
Negara juga akan menyiapkan kurikulum pendidikan dalam keluarga, sehingga terwujud keluarga yang harmonis yang senantiasa memberikan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak yang tumbuh di dalam keluarga dan memberikan pengaruh positif kepada lingkungan sekitar. Begitupun dengan pihak sekolah, negara akan berkolaborasi mencetak generasi yg berakhlak mulia.
Dari segi sanksi yang di berikan ketika terjadi pelanggaran hukum, negara akan memberikan sanksi sesuai syarak yang membuat jera para pemuda yang melanggar aturan. Maka hanya dengan diterapkanya hukum Allah secara kaffah di muka bumi ini, segala problematika akan teratasi. Wallahu’alam bissawab.
Views: 13
Comment here