Opini

Sekolah Tak Bergedung, Negara Abai

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Endah Sefria, S.E (Aktivis Muslimah)

Wacana-edukasi.com, OPINI-– Enam tahun sudah SMPN 60 Bandung berdiri. Namun, sejak didirikan, sekolah tersebut tidak memiliki bangunan sekolah sendiri. Hingga kini sebagian siswanya harus belajar di luar kelas demi mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM). Sejak tahun 2018, siswa SMPN 60 Bandung harus menumpang di bangunan SDN 192 Ciburuy, Kecamatan Regol, Kota Bandung. Hal itu dilakukan karena SMPN 60 Bandung belum memiliki bangunan (detik.com, 28/11/2024).

Memang negara kita memiliki anggaran dana dari APBN untuk pendidikan. Namun, pada faktanya dana tersebut tidak tepat sasaran atau lebih banyak dipangkas oleh para koruptor. Permasalahan bangunan sekolah yang tidak memadai di Bandung ini bukanlah berita baru. Banyak diberitakan di media tentang timpangnya fasilitas pendidikan di ibukota negara dengan wilayah pelosok negeri. Karena budaya korupsi seakan sudah mendarah daging di kalangan orang-orang yang memiliki kepentingan. Bahkan sulit untuk di babat habis karena memang sudah tersistem.

Padahal sejatinya, Indonesia adalah negeri yang memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah, sehingga jika pengelolaannya benar, maka kebutuhan-kebutuhan kita akan tercukupi. Apalagi dalam hal pendidikan. Karena pendidikan adalah pilar penting bagi sebuah negara. Maju tidaknya sebuah bangsa dilihat dari pendidikannya. Generasi yang tangguh dan memiliki kepribadian yang baik dilahirkan dari hasil pendidikan yang baik pula.

Pendidikan adalah kebutuhan pokok seluruh masyarakat yang wajib dipenuhi oleh negara. Namun, hari ini seperti pendidikan tidaklah sesuatu yang urgen. Hanya sekolah-sekolah ternama yang mendapatkan fasilitas terbaik. Ketidakmerataan ini membuat kesenjangan di tengah masyarakat. Bahkan hanya untuk mengecap bangku sekolahan saja masih banyak yang belum mampu. Sehingga ada pun sekolah, mereka harus berjuang belajar di tengah sekolah yang hampir roboh dan mengancam jiwa mereka. Belum lagi perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan dengan medan yang rusak mereka tempuh demi mengecap pendidikan.

Carut marut pengelolaan sumber daya alam membuat negara ini terlihat miskin dan menyengsarakan rakyatnya. Harusnya pendidikan adalah kebutuhan pokok yang harus disediakan pemerintah, malah menjadi beban untuk beberapa lapisan masyarakat yang ada. Biaya sekolah yang mahal juga menjadi penyebab banyaknya anak-anak putus sekolah.

Di sinilah Islam punya pengaturan yang sempurna. Baik dalam hal ekonomi, politik, pendidikan, dan sistem hidup yang lainnya. Dalam Islam, pendidikan adalah kebutuhan pokok yang wajib disediakan oleh negara. Rakyatnya memiliki kewajiban menuntut ilmu pula. Di sekolah anak-anak akan ditanamkan akidah yang benar sebagai landasan kehidupan mereka kelak. Serta ilmu-ilmu sains yang dapat menunjang inovasi demi mempermudah kehidupan manusia.

Anak-anak didik adalah cerminan bangsa itu kuat atau tidak. Karena merekalah estafet kepemimpinan nanti. Bangsa yang besar, kuat, mandiri dan hebat tergantung dari kualitas generasi bangsanya. Maka negara yang maju akan konsen terhadap pendidikannya. Sistem pendidikan ini juga bersinergis dengan sistem-sistem yang lain, seperti sistem ekonomi, sistem sosial, sistem politik, sistem kesehatan, dan semua lingkungan yang ada.

Maka, untuk penyediaan fasilitas pendidikan harus bersinergis dengan sistem ekonomi pula. Karena dalam Islam kepemilikan umum berupa kekayaan alam pada hakikatnya harus di kelola oleh negara dan hasilnya benar-benar diperuntukkan bagi kemaslahatan umat. Sedangkan gaji guru dan pegawai lainnya itu diambil dari pos kepemilikan negara, apakah itu dari ghanimah, khumus, jizyah, fa’i dan lain sebagainya.

Allah menganugerahkan begitu banyak sumber daya alam di negeri ini. Andai saja di kelola sesuai syariat, tentu tidak akan ada lagi kemiskinan terstruktur terjadi. Tidak akan ada lagi sekolah yang tidak layak bahkan nyaris membahayakan anak didik. Semua pengaturan itu ada dalam Islam.

Dalam kitab Al-Baghdadi (1996) dalam bukunya Sistem Pendidikan di Masa Khilafah Islam menuliskan bahwa negara memberikan pelayanan pendidikan secara cuma-cuma (bebas biaya) dan kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh warga untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi dengan fasilitas (sarana dan prasarana) sebaik mungkin. Kesejahteraan dan gaji para pendidik sangat diperhatikan. Dana pendidikan ditanggung negara yang diambil dari kas Baitul mal.

Contohnya, Madrasah Al Muntashiriah yang didirikan oleh Khalifah Al Muntashrir di kota Baghdad. Di sekolah ini setiap siswa menerima beasiswa sebesar 1 dinar (4,25 gram emas). Kehidupan keseharian mereka dijamin sepenuhnya. Fasilitas seperti perpustakaan, rumah sakit dan pemandian tersedia lengkap di sana. Begitu juga dengan Madrasah An-Nuriah di Damaskus dan bahkan universitas yang berkualitas dan baik fasilitasnya serta diberikan secara gratis bagi siapa yang mau mengecap ilmu di sana.

Dengan negara memberikan perhatian penuh terhadap kualitas pendidikan, baik dari sisi kurikulum maupun sarana dan prasarananya. Ini memungkinkan akan melahirkan generasi-generasi yang siap memimpin ke depan menjadikan negara ini negara yang besar, kuat dan mandiri. Namun, kesinergisan sistem wajib ada dan Islam adalah sistem paripurna dan akan melahirkan generasi-generasi yang cemerlang pula. Negara Islam dengan kesempurnaan sistemnya akan melahirkan generasi-generasi tangguh yang siap memimpin dunia.

Wallahualam bissawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 15

Comment here