Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA--Beredar sebuah video yang memperlihatkan sejumlah siswa berseragam SMP melakukan kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan beralaskan plastik terpal berwarna biru. Dalam video itu, tidak ada kursi ataupun meja untuk mereka belajar, mereka duduk lesehan untuk mendengarkan pelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Video tersebut ada di salah satu SMP negeri yang ada di kota Bandung yakni, SMPN 60 Bandung (27/9/2024).
Di desa Bojong Loa, Tangerang Banten, ada sekolah Madrasah Ibtidaiyah Al-Khairiyah yang gedung bangunannya rusak parah dan nyaris ambruk. Siswa dan siswi mereka belajar di bawah gedung tersebut selama bertahun-tahun. Hal ini membuat guru dan siswa selalu merasa was-was saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Padahal pihak sekolah sudah berusaha meminta bantuan pemerintah untuk merenovasi dan memperbaiki gedung sekolah tersebut, namun pihak terkait tidak meresponnya. Dengan keadaan gedung yang seperti itu, bagaimana mungkin siswa bisa fokus belajar dan bisa menjadi generasi berkualitas.
Sangat miris melihat kenyataan di atas. Sekolah tanpa gedung adalah hal yang sangat memprihatinkan apalagi terjadi sejak sekolah itu berdiri tahun 2018 dan hanya menumpang dibangunan SD Negeri. Tidak semua kelas dapat tertampung dalam bangunan SD tersebut,padahal itu adalah SMP Negeri. Padahal pendidikan adalah salah satu bidang penting dalam menentukan masa depan bangsa dan merupakan kebutuhan pokok setiap individu rakyat. Hal ini semakin jelas ketika sekolah berdiri karena kebutuhan rakyat, negara tidak memfasilitasi ketersediaan sarana dan prasarana yang di butuhkan untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar.
Negara memang sudah mengalokasikan anggaran pendidikan, namun sayangnya dana sebenarnya sangatlah sedikit. Bahkan terkadang ada banyak hal yang membuat dana tersebut tak dapat diserap sempurna bahkan menjadi ajang korupsi. Padahal dalam hal pendidikan siswa membutuhkan sarana yang aman dan nyaman untuk belajar, agar siswa dapat lebih fokus dalam menyerap pelajaran. Sebagai mana kita ketahui, bahwa pendidikan di dalam tata kelola sistem kapitalisme dipandang sebagai obyek kimersial dan ladang mencari keuntungan.
Untuk urusan pendidikan yang notabenenya sebagai kebutuhan asasi rakyat, pemerintah masih saja berhitung untung rugi. Maka jangan heran jika subsidi pendidikan tetus dikurangi, sedangkan pihak swasta terus diberi jalan untuk menyelenggarakan pendidikan atas semangat bisnis. Lepasnya tanggung jawab pemerintah dalam urusan pendidikan, membuat banyak persoalan yang lambat dalam penyelesaiannya. Demikianlah yang terjadi dalam pengelolaan infrastruktur sekolah di kapitàlisme.
Kondisi ini tentu akan sangat jauh berbeda dengan pengelolaan pendidikan dalam sistem khilafah islamiyah.dimana sistem ini berdasarkan dari hukum-hukum syariah. Dalam Islam negara harus bertanggung jawab penuh untuk mencukupi kebutuhan sarana pendidikan yang bersifat pokok seperti, gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium dan lainnya yang dapat menunjang proses belajar mengajar adalah termasuk kewajiban negara yang tidak boleh ditinggalkan. Negara harus memastikan sepenuhnya bahwa,infrastruktur pendidikan terlaksana dengan baik. Agar sekolah dàpat mencetak generasi bangsa yang berprestasi dan berkualitas.
Jika fasilitas pendidikan terjamin dengan bàik, termasuk gedung sekolahnya yang nyaman agar para penuntut ilmupun akan betah menimba ilmu di sekolah. Sehingga akan banyak terlahir ilmuan-ilmuan muslim yang gigih dalam belajar dan mengajarkan ilmu tanpa ada kata malas dalm belajar hanya karena gedung sekolah yg roboh, atau suasana yàng tidak kondusif. Itulah gambaran kesejahteraan negarà yang meneràpkan aturan syariat Islam. Sehingga fungsi dan peran negara akan berjalan sebagai mana mestinya.karena dilandasi dengan ketakwaan kepada Allah.SWT. Islam diturunkan sebagài aturan yang sempurna dan menyeluruh bagi kehidupan. Menjadi solusi untuk semua persoalan hidup. Karena Islam adalah aturan yang lahir dari aqidah Islam. Maka Islam adalah agama dan ideologi, di mana pemerintahan dan negara merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
Wallahu a’lam bishshowab.
Yani, Bogor
Views: 5
Comment here