Opini

Ajang Kreativitas Anak Usia Dini, Sudahkah Sesuai Harapan?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Riena Enjang

Wacana-edukasi.com, OPINI– Dilansir dari sorot.co (12/10/24), Pemerintah Kabupaten Wonosobo menggelar Ajang Kreativitas Anak Usia Dini 2024 di Aula Don Bosco pada 9 Oktober 2024. Ajang itu bertujuan untuk mengembangkan bakat dan kreativitas anak-anak PAUD dalam bidang seni lukis, musik, dan olahraga. Acara ini melibatkan sekitar 900 siswa beserta pendamping yang diharapkan dapat merangsang minat anak secara positif, serta memberikan stimulasi kecerdasan melalui kegiatan yang menyenangkan.

Menurut Kepala Disdikpora Wonosobo, Musofa, kegiatan ini menjadi wadah bagi anak-anak untuk menampilkan kreativitas, sportivitas, dan kerja sama tim. Bunda PAUD Wonosobo, Chusniatul Muhammad Albar, menekankan pentingnya pendidikan pada usia dini untuk mengembangkan potensi anak, seperti kecerdasan spiritual, emosional, intelektual, dan kinestetik. Pelibatan orang tua dalam acara ini juga dianggap dapat memperkuat sinergi pendidikan anak, meningkatkan kesadaran masyarakat, serta memperbaiki kualitas dan kuantitas pendidikan anak usia dini di Kabupaten Wonosobo.

Memunculkan Bakat Anak

Ajang ini memberi anak-anak kesempatan untuk menampilkan bakat dan mengembangkan potensi mereka dalam bidang seni, musik, dan olahraga. Melalui ajang kreativitas ini, anak dapat mengekspresikan diri, membangun rasa percaya diri, dan mengasah keterampilan sosial. Berbagai lomba dan aktivitas memungkinkan mereka mengeksplorasi minat secara mendalam dalam lingkungan yang mendukung, membuat proses pembelajaran lebih menyenangkan dan bermakna.

Kegiatan ini dirancang untuk anak-anak usia 0-6 tahun. Inilah periode golden age, yaitu periode penting untuk perkembangan otak mereka, memberikan stimulasi untuk mengasah daya pikir dan kreativitas. Selain itu, juga untuk mengoptimalkan kecerdasan, keterampilan sosial Juga sportivitas melalui lomba seni dan permainan interaktif. Dengan suasana yang menyenangkan, anak-anak dapat belajar sambil mengembangkan kreativitas dan rasa percaya diri mereka.

Tantangan Orang Tua

Mendidik anak dan menanamkan akidah di era sekarang memerlukan usaha ekstra dari orang tua karena harus bersaing dengan derasnya pengaruh sekularisme dan liberalisme. Sekularisme akan mendorong anak-anak tidak mengindahkan ajaran agama (Islam). Hal ini karena sekularisme adalah ide yang menjauhkan syariat Islam dari segala bidang kehidupan.

Sedangkan liberalisme, akan mendorong anak-anak bergaya hidup bebas, membuat anak-anak menjalankan agama hanya sebatas ibadah wajib, tanpa mencerminkan kepribadian Islami dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tercermin pada ajang kreativitas yang diadakan, yaitu hanya meliputi bidang mengembangkan bakat dalam bidang seni lukis, musik, dan olahraga. Hal ini sama sekali tidak menyentuh bagaimana membangun karakter yang Islami. Bukankan pesertanya mayoritas muslim?

Selain ide sekularisme dan liberalisme, sistem kapitalisme juga mengajarkan nilai hedonisme, dan menjadikan uang sebagai tujuan utama. Hal ini akan berdampak pada gaya hidup instan, generasi menjadi konsumtif, dan malas bekerja keras. Akibatnya, generasi muda tampak baik secara fisik, tetapi moral dan spiritualnya rusak. Tantangannya adalah bagaimana mendidik anak-anak agar terhindar dari pengaruh negatif ini. Dengan demikian, ajang kreativitas anak yang selama ini diadakan, belum memenuhi harapan dan tujuan pendidikan, yaitu beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia.

Pendidikan Anak Usia Dini dalam Sistem Islam

Dalam sistem Islam, pendidikan anak usia dini akan berfokus pada pembentukan akhlak dan karakter, mengutamakan pengembangan moral dan spiritual. Penghafalan Al-Qur’an juga menjadi bagian penting dalam pendidikan ini. Selain itu, juga mengajarkan nilai-nilai seperti kebaikan, kejujuran, serta membangun ikatan spiritual anak dengan Tuhan.

Orang tua berperan sebagai pendidik utama, menjadi teladan dalam perilaku dan nilai-nilai yang ingin ditanamkan. Dengan keimanan yang ditanam sejak dini, anak akan lebih siap menghadapi tantangan zaman dan mengembangkan karakter yang baik hingga dewasa.

Karakter baik yang dimaksud adalah karakter Islam, yaitu anak memiliki pola pikir dan pola sikap yang senantiasa mengacu pada Islam. Inspirasi dari Nabi Luqman as. mengajarkan pentingnya penanaman akidah yang kuat sejak kecil. Allah berfirman,

وَاِ ذْ قَا لَ لُقْمٰنُ لِا بْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِا للّٰهِ ۗ اِنَّ الشِّرْكَ لَـظُلْمٌ عَظِيْمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberikan pelajaran, ‘Wahai anakku! Janganlah kamu menyekutukan Allah, karena sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah kezaliman yang besar.’” (TQS Luqman : 13).

Demikian juga pada Nabi Ibrahim as. dan Nabi Yaqub as., mereka mewariskan pesan kepada anak-anaknya agar selalu berpegang pada akidah Islam. Inilah hal yang sangat mendasar. Allah Swt. Juga berfirman :

وَوَصّٰى بِهَاۤ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَ يَعْقُوْبُ ۗ يٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَـكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ۗ ‏

اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَآءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُ ۙ اِذْ قَا لَ

لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْ ۗ قَا لُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِ لٰهَ اٰبَآئِكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِ سْمٰعِيْلَ وَاِ سْحٰقَ اِلٰهًا وَّا حِدًا ۚ وَّنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ

“Dan Ibrahim telah mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian juga Yaqub. ‘Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.’ Apakah kamu menjadi saksi ketika Yaqub menghadapi ajalnya, dan berkata kepada anak-anaknya, ‘Apa yang akan kamu sembah setelahku?’ Mereka menjawab, ‘Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishak, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, dan kami hanya berserah diri kepada-Nya.” (TQS Al-Baqarah 132–133).

Alm. KH. Zainuddin MZ pernah menasihati dalam salah satu tausiahnya, “Didiklah mereka dengan jiwa tauhid yang meresap dalam diri mereka, hingga ke inti hati, sehingga saat nyawa berpisah dari tubuh, akidah tetap terpatri dalam hati. Mereka akan dengan tegas berkata, ‘Lebih baik saya hidup dalam kemiskinan karena mempertahankan iman daripada hidup berkecukupan dengan mengorbankan akidah.’”

Oleh karena itu, kita berkewajiban untuk menyiapkan ilmu yang cukup dan berkualitas agar dapat membentuk karakter anak-anak sesuai dengan petunjuk Allah Swt., dan mengikuti semua aturan-Nya, bukan semata-mata mengikuti keinginan hati kita.

Selain itu, peran orang tua dalam pendidikan anak usia dini sangat krusial, terutama dalam menanamkan akidah yang berkaitan dengan hakikat kehidupan. Keyakinan yang kuat akan mempersiapkan anak menghadapi tantangan di masa depan. Teladan dari Nabi Luqman as., Nabi Ibrahim as., dan Nabi Yaqub as. menekankan pentingnya pendidikan akhlak dan iman dalam perkembangan anak.

Wallahualam bisshawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 0

Comment here