Oleh: Khodijah Ummu Hannan
Wacana-edukasi.com, OPINI– Hari Pengentasan Kemiskinan Internasional kembali diselenggarakan. Momentum ini diperingati setiap 17 Oktober. Acara ini dilaksanakan dengan tujuan mengajak seluruh dunia untuk mengambil tindakan nyata dalam mengatasi kemiskinan global. Berbagai aksi solidaritas dilakukan, baik di tingkat lokal maupun global, seperti seminar, kampanye media sosial, serta acara amal untuk mengumpulkan dana dan meningkatkan kesadaran.
Kolaborasi global melalui program PBB, seperti Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), telah mendukung negara-negara dalam mengentaskan kemiskinan melalui layanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan.
Inovasi teknologi, terutama dalam inklusi finansial, serta pendidikan yang inklusif, menjadi kunci utama dalam memutus rantai kemiskinan. Selain itu, kebijakan sosial yang mendukung kelompok rentan juga sangat berperan dalam upaya ini. Peringatan ini menekankan bahwa kemiskinan bisa diatasi dengan langkah nyata dan kolaborasi, memberikan harapan untuk masa depan yang lebih baik bagi semua, (mediaindonesia.com.17/10/24).
Angka Kemiskinan Tinggi
Meski banyak cara pengentasan kemiskinan dilakukan, tampaknya belum membuahkan hasil yang signifikan. Angka kemiskinan masih tetap tinggi, berdasarkan laporan Program Pembangunan PBB, pada Kamis 17 Oktober 2024, bahwa lebih dari satu miliar lebih orang hidup dalam kemiskinan akut, setengahnya menimpa pada anak-anak.
India adalah negara dengan populasi terbesar yang menghadapi kemiskinan ekstrem, memengaruhi sekitar 234 juta dari total 1,4 miliar penduduknya. Setelah India, negara-negara seperti Pakistan, Etiopia, Nigeria, dan Republik Demokratik Kongo juga mengalami hal serupa. Kelima negara ini menyumbang hampir separuh dari total 1,1 miliar orang yang hidup dalam kemiskinan (beritasatu.com, 17/10/24).
Di Indonesia sendiri meskipun angka presentasi kemiskinan menurun, namun tetap terbilang tinggi. Per Maret 2024, angka kemiskinan di Indonesia tercatat 9,03%, turun dari 9,36% pada tahun sebelumnya. Jumlah penduduk miskin mencapai 25,22 juta orang, dengan penurunan yang terlihat baik di perkotaan (7,09%) maupun pedesaan (11,79%) dibandingkan Maret 2023 (setgab.co.id, 5/7/24).
Kapitalisme Penyebab Ketimpangan Sosial
Dunia saat ini menerapkan sistem kapitalisme, yang telah mengakibatkan ketimpangan sosial. Si kaya semakin kaya dan si miskin semakin melarat. Tingginya biaya kebutuhan hidup membuat masyarakat semakin tercekik.
Forbes pada 4 September 2024 merilis daftar sepuluh orang terkaya di dunia, di mana tujuh orang di posisi teratas mengalami kenaikan kekayaan. Elon Musk berada di peringkat pertama dengan total kekayaan sebesar US$241,7 miliar, naik 6,52% dibanding sebelumnya. Sementara itu, negara-negara dengan tingkat kemiskinan multidimensi, seperti India sebenarnya kaya akan sumber daya alam. Sejak tahun 2000, India menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat dan pada 2023 menduduki posisi kelima dalam hal Produk Domestik Bruto (PDB) global. India juga memiliki kekayaan mineral yang signifikan, termasuk bijih besi berkualitas tinggi, mangan, dan kromit.
Ketimpangan global tampak jelas ketika melihat kekayaan yang luar biasa besar di tangan segelintir orang. Laporan Oxfam 2023 mengungkapkan bahwa 1% populasi terkaya menguasai dua pertiga kekayaan dunia. Di Indonesia, laporan World Inequality Report 2022 menunjukkan bahwa 1% penduduk terkaya mengendalikan 30,16% dari total aset nasional. Sementara 50% penduduk terbawah hanya memiliki 4,5%. Dalam hal pendapatan, kelompok terbawah hanya menghasilkan Rp25,11 juta per tahun, sedangkan 1% terkaya mencapai pendapatan hingga US$1,2 miliar per tahun. (mnews.net, 22/10/24).
Ironisnya, masih banyak yang menaruh kepercayaan terhadap sistem ini. Padahal sudah tampak kegagalan dalam memberikan kesejahteraan terhadap umat manusia, selain itu sistem ini juga membuat negara abai terhadap perannya untuk mengurusi rakyatnya. Sehingga rakyat dibiarkan untuk mengurusi berbagai kebutuhan hidupnya sendiri.
Umat juga masih berharap perubahan atau perbaikan dengan adanya pergantian pemimpin. Begitu pula dengan pemberdayaan perempuan. Hingga berharap kepada kepemimpinan perempuan, baik kepala negara, menteri maupun pejabat daerah.
Sesungguhnya harapan itu, ibarat pungguk merindukan bulan. Sebab suatu kemustahilan berharap perubahan baik kepada sistem kapitalisme. Karena sistem ini telah jelas kerusakan dan kegagalannya.
Hidup Sejahtera Hanya dengan Islam
Islam rahmat bagi seluruh alam. Islam datang untuk membawa kabar gembira bagi seluruh manusia. Selain agama, Islam juga sebagai sistem yang datang dari Allah SWT., yang melahirkan beragam aturan untuk menjadi solusi bagi seluruh permasalahan manusia termasuk kemiskinan.
Kemiskinan yang terjadi di dunia saat ini adalah akibat dari diterapkannya sistem kapitalisme, maka untuk menghilangkannya, haruslah dengan mengganti sistem kapitalisme dengan sistem Islam. Yakni dengan penerapan Islam kafah.
Islam menetapkan pemimpin sebagai ra’in (pengurus/penanggung jawab) sebagaimana sabda Rasulullah saw., yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar : كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.”
Maka dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, pemimpin dalam sistem Islam, akan mengurusi rakyatnya dengan baik. Bentuk pengurusan tersebut di antaranya dengan memberikan jaminan kebutuhan pokok kepada setiap individu rakyatnya.
Kisah Umar bin Khattab memanggul gandum terjadi saat ia menjabat sebagai khalifah. Suatu malam, Umar bersama sahabatnya Aslam, menemukan seorang wanita yang memasak air dan batu untuk menenangkan anak-anaknya yang kelaparan. Umar segera kembali ke Baitul Mal, mengisi karung dengan gandum dan bahan makanan, lalu memanggulnya sendiri. Ketika Aslam menawarkan bantuan, Umar menolak, dengan mengatakan bahwa Aslam tidak bisa memikul dosanya di Hari Kiamat. Umar kemudian memasak untuk keluarga itu hingga anak-anaknya kenyang dan tertidur (“Siyar A’lam an-Nubala” dan “Al-Bidayah wa An-Nihayah”).
Kisah di atas menunjukkan betapa besar rasa tanggung jawab Umar bin Khattab sebagai pemimpin dan pelayan rakyatnya.
Selain memiliki pemimpin yang amanah, sistem Islam juga akan menerapkan sistem ekonomi Islam. Sistem ekonomi Islam mengatur distribusi harta kekayaan sehingga harta tidak berputar hanya di segelintir orang (lihat QS. Al-Hasr: 7).
Islam juga mengatur tentang kepemilikan. Dalam Islam ada 3 kepemilikan yaitu kepemilikan individu, umum dan negara. Haram hukumnya individu/ swasta menguasai harta milik umum dan negara, seperti yang terjadi dalam sistem kapitalisme. Dampaknya akan menghambat pendistribusian harta dan hanya berputar di segelintir orang.
Selain itu, negara Islam akan membuka lapangan pekerjaan yang luas. Termasuk membekali rakyatnya dengan beragam pelatihan juga memberikan sokongan berupa modal, dan sebagainya. Sehingga rakyat bisa meningkatkan taraf kehidupannya.
Kesejahteraan menjadi sebuah keniscayaan ketika sistem Islam diterapkan.
“Dan sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pasti Kami akan membuka kepada mereka berkah dari langit dan bumi; tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka, disebabkan perbuatan mereka.”
Wallahualam bii shawab
Views: 9
Comment here