Opini

Pemimpin Baru, Akankah Negeriku Maju?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: H.B. Abdillah (Aktivis Muslimah, Pegiat Literasi, Ngaglik, Sleman)

Wacana-edukasi.com, OPINI– Pasangan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka secara resmi mengemban tugas sebagai Presiden ke-8 dan Wakil Presiden ke-14 Republik Indonesia dengan masa jabatan 2024-2029 pada Minggu, 20 Oktober 2024. Keduanya dilantik dalam Sidang Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dalam rangka Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Masa Jabatan 2024-2029 yang diselenggarakan di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta (presidenri.go.id, 21/10/2024).

Acara pelantikan presiden dan wakil presiden ini turut dihadiri oleh pejabat tinggi negara, antara lain sejumlah kepala negara dan utusan asing khusus, termasuk duta besar dari negara sahabat, juga mantan presiden dan wakil presiden RI. Selain itu tampak hadir pula tokoh-tokoh dalam negeri, para pimpinan lembaga negara dan para ketua umum partai politik nasional seperti, Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Ibu Soraya Hamzah Haz, para Wakil Ketua MPR, Ketua dan para Wakil Ketua DPR, Ketua dan para Wakil Ketua DPD, Ketua Lembaga-lembaga Negara, para Ketua Umum Partai Politik yang hadir, Jaksa Agung, Panglima TNI, Kapolri, dan para Kepala Staf Angkatan, serta menghadirkan Orchestra Symphony Praditya Wiratama Unhan RI. (Biro Humas Setjen Kemhan) (kemenhan.go.id, 20/10/2024).

Pada pidatonya, Presiden Prabowo siap melanjutkan estafet kepemimpinan. Siap bekerja keras menuju Indonesia Emas. Agar menjadi bangsa yang kuat, merdeka, berdaulat, adil, dan makmur, juga menitikberatkan pemerintahannya ke depan untuk fokus pada swasembada pangan dan energi. Diyakininya bahwa paling lambat 4 sampai 5 tahun ke depan Indonesia akan menjadi swasembada pangan bahkan, siap menjadi lumbung pangan dunia.

Harapan baru atau harapan palsu

“Pemimpin baru, harapan baru, menuju Indonesia maju, itulah yang saat ini menjadi jargon ala demokrasi yang terus digaungkan untuk meninabobokan kondisi masyarakat yang semakin hari semakin terjepit akibat ketidakjelasan situasi ekonomi maupun kebejatan moralitas yang tak hanya melanda Gen-Z. Mulai dari kemiskinan, stunting, kriminal, bullying, kekerasan terhadap perempuan dan anak, trafficking, dsb terus mewarnai kehidupan masyarakat negeri ini.

Ditambah lagi, angka kemiskinan yang tinggi, PHK kian meningkat, pengangguran tak terkendali, tarif pajak membesar, daya beli masyarakat menurun karena mahalnya berbagai kebutuhan pokok dan rendahnya penghasilan secara umum. Sehingga, beban ekonomi masyarakat semakin berat. Masih juga terimpit dengan tingginya biaya pendidikan dan kesehatan yang kian hari semakin tidak terjangkau dan membuat masyarakat banyak yang apatis. Sehingga mengantarkan banyak orang depresi, putus asa, hingga pada kasus bunuh diri yang makin akut dan memprihatinkan.

Apalagi dengan beban pembayaran utang negara yang makin besar, penguasaan sumber daya alam negara untuk rakyat dikuasai oleh oligarki. Jikalau sudah demikian kondisinya, apa mungkin janji manis yang diucapkan bisa terealisasi atau hanya sebatas mimpi?

Negeriku maju ternyata palsu

Pemerintahan baru sudah terbentuk. Artinya, setiap pergantian kepemimpinan dianggap sebagai harapan baru dengan adanya perubahan baru, terobosan baru, dan berharap menjadi negara maju. Sebab, sebagian masyarakat masih menganggap bahwa suatu keberhasilan akan terwujud melalui individu atau figur seorang pemimpin baru. Padahal, selama sistem masih sama yaitu demokrasi kapitalisme sekuler tidak akan mengalami perubahan yang nyata.

Pasalnya, sistem warisan yang diterapkan saat ini adalah sistem yang cacat sejak lahir. Selain terbukti gagal, sistem ini pun rusak dan merusak karena jauh dari nilai-nilai ajaran Islam. Dalam sistem ini juga, sudah pasti harapan syariah Islam sulit diterapkan secara kaffah. Oleh karenanya, adanya perubahan yang lebih baik bagi bangsa dan negeri ini, tak hanya pemimpin yang diganti. Namun, juga dibutuhkan penerapan sistem syariah Islam secara kaffah di seluruh aspek kehidupan. Kita bisa melihat, berbagai problematik di dunia saat ini, adalah akibat buruk penerapan sistem ini. Bagaimana tidak, ketika kedaulatan untuk mengatur kehidupan alam semesta diserahkan sepenuhnya kepada manusia.

Harapan nyata hanya kembali pada aturan Sang Pencipta

Dari penjelasan di atas, kita sebenarnya sudah sangat paham bahwa sistem demokrasi kapitalisme tidak pernah menjanjikan perubahan hakiki yang sesuai fitrah manusia. Karena siapa pun yang menjadi pemimpinnya, jika masih menggunakan kebijakan ala sistem Demokrasi Kapitalisme, maka nihil perubahan yang kita rindukan akan terwujud.

Sementara menjadikan sistem shahih yaitu syariah Islam yang datang dari Sang Khaliq sebagai standar hukumnya. Akan mendatangkan kebaikan, keberkahan dalam kehidupan seluruh alam terwujud. Karena Islam merupakan agama yang memiliki seperangkat aturan yang kompleks meliputi politik, ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan, dan semuanya diatur sesuai hukum-hukum Allah Swt..

Termasuk dalam menetapkan pemimpin. Dalam kacamata Islam, tugas pemimpin negara adalah melaksanakan sistem Islam secara Kaffah dan berperan sebagai raa’in dan junnah bagi rakyatnya. Ketika penguasa lalai dalam mengurusi rakyatnya, ini menunjukkan bahwa ada kecacatan dalam kepemimpinannya. Mestinya umat sadar, bahwa kita membutuhkan perubahan mendasar untuk menyelesaikan problematik ini. Sistem Islam memiliki bukti, bagaimana ketika ditegakkan penguasa mampu mengurus rakyatnya dengan sebaik mungkin.

Sejatinya Islam memandang bahwa problematik kehidupan bukan merupakan urusan individu semata, tetapi juga melibatkan negara dan sistemnya. Sudah saatnya kita kembali pada sistem yang Shahih yaitu sistem kehidupan yang aturannya memang berasal dari Allah SWT. sebagai Sang Pencipta. Yaitu Islam, untuk mewujudkan harapan kehidupan yang lebih baik dan penuh keberkahan. Hal ini membutuhkan adanya perjuangan untuk mewujudkannya dengan sungguh-sungguh.

Seperti dalam firman Allah SWT.;

“Barangsiapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah swt, maka mereka itulah orang-orang yang kafir.” (QS.Al-Maidah: 44)

Wallahu a’lam bish shawwab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 14

Comment here