Opini

Sistem Rusak, Peternak Sapi Berontak

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Novitasari (Aktivis Muslimah, Peternak Sapi Sumedang)

Wacana-edukasi.com, OPINI-– Sungguh miris, pada sabtu (09/11) ratusan peternak menggelar aksi buang susu untuk mandi yang bertempat di Tugu patung, kota Boyolali. Ada total 50.000 liter susu yg dibuang dalam aksi tersebut atau setara dengan Rp.400 juta. Dinas peternakan dan perikanan, Lusia Diah Sucianti, memaparkan bahwa Industri Pengolahan Susu (IPS) tidak menyerap keseluruhan susu segar mereka karena adanya maintenance pabrik, kelesuan konsumen dan ada perbaikan grade standar kualitas dalam industri pengolahan susu (IPS) itu sendiri (kumparan.com,09/11/2024).

Dewan persusuan Nasional (DPN) yang diketuai oleh Teguh Boedidaya mencatat ada 200 ton per hari susu segar yang tidak terserap oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) yang akhirnya terbuang sia-sia. Teguh menyatakan hal ini terjadi karena tidak adanya kebijakan perudang-undangan yang melindungi usaha peternakan sapi perah lokal dan menjamin kepastian pasar dari susu yang dihasilkan (cbncindonesia.com,10/11/2024).

Di sisi lain, Kementerian Pertanian (Kementan) siap dukung program presiden Prabowo tentang makan bergizi gratis. Salah satunya dengan program peningkatan susu dan daging. Andi arman selaku menteri akan mengundang investor vietnam yang mampu menghasilkan susu sebanyak 1,8 ton serta akan ada regulasi untuk impor sapi perah (liputan6.com,09/11/2024).

Pemerintah belum bisa membantu dalam proses agribisnis persusuan di Indonesia. Menurut kementrian pertanian dan pusat data menunjukan bahwa Indonesia adalah importir susu terbesar di dunia. Impor susu meningkat sebanyak 1,34% per tahun, dengan alasan pasokan susu dalam negeri terbatas. Maka pemerintah pun mengimpor susu dari beberapa negara seperti Selandia Baru, Amerika Serikat, Malaysia,
Australia, Belgia, Prancis dan Jerman (kumparan.com,04/11/2024). Sungguh ironis.

Nasib para peternak sapi perah lokal

Tidak terserapnya susu segar secara maksimal dari para peternak lokal oleh IPS menjadi permasalahan serius bagi para pengepul dan peternak susu sapi. Bagaimana tidak, saat ini para pengepul dan peternak sapi perah lokal sedang terancam eksistensinya, karena tidak ada peraturan perundang-undangan yang secara konsisten melindungi usaha yang mereka jalankan. Sementara, adanya kebijakan impor susu yang dilakukan pemerintah diduga kuat menjadi penyebab peternak sapi perah kesulitan untuk menyalurkan susu segar hasil produksinya ke IPS.

Selain itu, deflasi yang terjadi di masyarakat pada beberapa bulan terakhir terhitung dari bulan Mei-September 2024 menjadi penyebab lain permasalahan ini. Deflasi mengakibatkan penurunan permintaan atau berkurangnya daya beli masyarakat yang diakibatkan oleh melemahnya perekonomian masyarakat. Sedikit informasi, Badan pusat statistik (BPS) melaporkan bahwa pada tahun 2024 angka kemiskinan di Indonesia naik dari 9,8% (2023) menjadi 11,5% (2024). Ini adalah bukti ketidakmampuan pemerintah dalam menghadapi tantangan ekonomi termasuk menciptakan lapangan kerja yang layak serta memperbaiki kondisi keuangan negara.

Pemerintah dianggap tidak pro kepada peternak lokal karena ketidakperduliannya terhadap persoalan yang sedang terjadi pada dunia persusuan nasional.
Alih-alih melindungi para peternak lokal dari ancaman kebangkrutan. Pemerintah malah sibuk sendiri merencanakan kebijakan atau regulasi-regulasi baru.

Ketika keterpurukan sedang menimpa para pengepul dan peternak sapi perah lokal, sudah seharusnya pemerintah “banting setir” untuk kembali menstabilkan kondisi. Agar IPS bisa dengan maksimal menyerap semua produksi susu segar dalam negeri. Yakni dengan cara memperbaiki kualitas susu dalam negeri. Pasalnya pihak IPS Mengklaim bahwa produk olahan susu impor jauh lebih berkualitas.

Semua ini seperti sebuah konspirasi yang sudah disetting para pemburu rente untuk meraup keuntungan dari hasil kebijakan impor susu. Ditambah lagi jika nanti diberlakukan kebijakan impor sapi perah.
Sudah pasti para pemburu rente itu “menang banyak”.

Ini adalah salah satu dari banyaknya fakta yg menjadi bukti betapa borok dan bobroknya sistem ekonomi kapitalisme yang sudah berhasil memperdaya kita selama ±100 tahun terakhir. Sungguh sistem ekonomi kapitalis ini telah sangat banyak menyebabkan ketidakadilan dan kesengsaraan bagi rakyat.

Berkuasanya kaum oligarki di negeri ini menyebabkan orang-orang yang di luar lingkaran oligarki akan sulit mendapatkan kekuasaan secara adil. Karena sistem sudah didesain dan di kendalikan segelintir elite tersebut. Semakin terlihat jelaslah jurang pemisah antara si kaya dan si miskin.

Sungguh, negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Berbagai kebijakan lahir hanya dilandasi kepentingan kelompok tertentu, sendi-sendi keadilan jauh dari kenyataan, hukum hanya menjadi alat untuk kekuasaan. Sungguh, negeri ini sejatinya masih terjajah secara sistem dan pemikiran.

Sistem Ekonomi Islam sebagai solusi

Rasulullah saw bersabda:
“Imam/ khalifah adalah pengurus dan ia bertanggungjawab
terhadap rakyat yang di urusnya ”
(HR.Muslim dan Ahmad)

Berlandaskan dari hadist di atas, maka Negara Khilafah yang dipimpin oleh seorang khalifah akan berdiri di tengah-tengah umat untuk memberikan solusi demi kemaslahatan umat. Sebagai contoh pada kasus ini adalah:
Pertama, tidak terpenuhinya kebutuhan susu dalam negeri. Susu segar termasuk suatu kebutuhan pangan untuk dapat membantu memaksimalkan pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Maka khilafah akan memaksimalkan potensi yang ada di dalam negeri seperti sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM).
Khilafah akan memanfaatkan lahan yg luas di Indonesia untuk membuat sebuah peternakan sapi perah modern lengkap dengan sapi-sapi perah unggul dan juga alat-alat perah modern. Di kemudian hari hal ini akan bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas produk susu sapi dalam negeri sehingga dapat mencukupi kebutuhan susu dalam negeri tanpa harus meng-impor susu dari luar lagi.

Kedua, jika permasalahan yang terjadi ketika stok susu segar berlimpah sedangkan kebutuhan susu rakyat sudah terpenuhi, maka khilafah akan menyediakan infrastruktur untuk pengolahan susu segar yg akan diubah bentuknya menjadi sebuah produk lain. Seperti keju, yoghurt, mentega, skim dan sebagainya. Produk-produk ini nantinya akan memiliki nilai jual dan bisa di pasarkan. Hasil dari penjualan ini bisa digunakan kembali untuk kesejahteraan rakyat.

Ketiga, para peternak yang diamanahi untuk mengurus sapi-sapi perah akan selalu diberikan edukasi oleh para ahli tentang sapi perah. Agar para peternak terus bisa mengupgrade keilmuan mereka. Pada akhirnya kita dapat menghasilkan peternakan modern yg memiliki kualitas tinggi yg tidak kalah dengan peternakan sapi perah yg ada di luar negeri.

Seperti itulah seharusnya yang dilakukan oleh seorang pemimpin negara. Negara khilafah akan secara mandiri memenuhi kebutuhan rakyat dengan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada.
Hal ini akan mencegah merebaknya orang-orang yang mencari untung di tengah penderitaan rakyat.

Betapa kita rindu akan kejayaan dan kegemilangan Islam. Oleh karena itu, sudah menjadi sebuah “warning” bagi kita untuk senantiasa berkontribusi dalam dakwah Islam dalam rangka menyadarkan masyarakat. Bahwa sejatinya hanya dengan Islam-lah segala problematika umat dapat terpecahkan sehingga kelak masyarakat akan berbondong-bondong kembali kepada Islam Kaffah.

Sebagaimana firman Allah swt. “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 17

Comment here