Oleh Wiwin
Wacana-edukasi.com, OPINI-– Infrastruktur transportasi, di antaranya badan jalan merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat untuk beraktivitas. Sering dikatakan bahwa jalan adalah urat nadi ekonomi rakyat. Karena melalui jalan segala kegiatan ekonomi dilakukan, seperti kegiatan angkutan barang dan jasa, hilir mudik para pekerja sampai berekreasi. Kondisi jalan ke suatu wilayah berperan penting dalam meningkatkan perekonomian rakyat.
Jalan yang nyaman karena beraspal tebal dan rapi lalu berpenerangan di malam hari adalah dambaan, agar segala aktivitasnya lancar dan aman. Namun faktanya, banyak jalan yang kondisinya buruk, berlubang-lubang, aspalnya sudah menipis bahkan hilang, dan saat musim hujan banjir atau becek. Kondisi ini berbahaya bagi para pengguna jalan, terutama pengendara roda dua. Banyak yang jatuh akibat lubang jalan tertutup air. Bahkan dapat berakibat kehilangan nyawa.
Lebih parah lagi di daerah-daerah yang jauh dari kota besar, jauh dari pusat perekonomian. Misalnya di kampung Bergang kecamatan Ketol, Aceh Tengah, di sana jalan utama menuju desa masih jalan tanah. Akibatnya saat musim hujan, jalan menjadi berlumpur dan licin. Warga merasa kesulitan melewatinya baik berkendara ataupun berjalan kaki. Kendaraan sering tidak bisa melanjutkan perjalanan karena terjebak lumpur. Untuk menuju pusat kota, warga harus mengambil jalan lain yang lebih jauh (Tribungayo.com, 18/11/2024).
Beritasatu.com (9/12/2024) baru-baru ini mengabarkan seorang warga desa Tempuran kec. Pasrepan kab. Pasuruan, yaitu M. Basori sampai mengeluh di akun Tik Tok tentang kondisi jalan di desanya yang rusak parah karena tidak pernah diperbaiki sejak tahun 2008. Pemerintah Desa Tempuran menanggapi bahwa perbaikan jalan itu kewenangan Pemerintah Kabupaten, bukan mereka. Akhirnya warga urunan untuk memperbaiki jalan.
Penyebab buruknya infrastruktur
Kondisi infrastruktur jalan yang buruk bukan hanya di Aceh Tengah dan Pasuruan saja, tetapi di banyak tempat di negeri ini kecuali jalan tol berbayar. Data Badan Pusat Statistik tahun 2021 menunjukkan bahwa 31% dari seluruh jalan di Indonesia dalam keadaan rusak dan rusak parah.
Ada ketimpangan pembangunan infrastruktur jalan antara kota dan desa di pelosok. Di kota-kota, pembangunan infrastruktur jalan seperti jalan tol dan jalan layang terus dilakukan oleh pemerintah. Sedang di desa-desa pembangunan infrastruktur jalan lambat dilaksanakan walau tiap tahun diusulkan.
Bahkan di akun Tik Tok ada seorang warga yang melaporkan kondisi jalan desanya yang berlumpur kepada foto Presiden. Akibat sudah bingung melapor pada siapa, selama ini keluhan warga tidak ditanggapi oleh pihak pemerintah setempat.
Seperti itulah pembangunan infrastruktur di negara yang menerapkan sistem Kapitalisme. Pembangunan infrastruktur hanya dilakukan bila ada nilai ekonomi di wilayah tersebut. Ada investasi yang ditanamkan di sana, ada kompensasi yang akan diperoleh penguasa. Bila hanya permintaan rakyat saja tanpa adanya bisnis di wilayah tersebut, tidak akan diperhatikan.
Hal ini terjadi karena pemerintah dalam sistem Kapitalis hanya berperan sebagai regulator dan fasilitator bagi kepentingan para pemilik modal. Pemerintah akan selalu menghitung untung ruginya dari pemenuhan keluhan rakyat.
Adapun alasan yang dikemukakan kepada rakyat, selalu topografi dan kondisi geografis yang sulit atau tidak adanya anggaran dari pusat. Maka jadilah kondisi infrastruktur transportasi di daerah-daerah yang kurang bernilai ekonomis, memprihatinkan.
Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah dengan sistem Kapitalisme telah gagal dalam mengurus dan menjaga rakyat. Buruknya sistem Kapitalisme membuat rakyat merana karena pemenuhan kebutuhan rakyat jadi terhambat. Membawa hasil pertanian harus mengeluarkan biaya yang lebih besar, anak-anak pergi sekolah perlu waktu lebih lama, apalagi jika ada kondisi darurat seperti ibu mau melahirkan, tentu tidak dapat segera mendapat pertolongan.
Infrastruktur Islam
Negara dengan sistem Islam (Khilafah) memandang bahwa infrastruktur transportasi diantaranya jalan adalah hal penting yang sangat dibutuhkan oleh rakyat. Maka penundaan pembangunannya atau pemeliharaannya akan menimbulkan bahaya (dharar) bagi rakyat. Haram hukumnya mencelakai rakyat.
Pemerintah Islam akan memastikan jalan dibangun di seluruh wilayah negara, baik kota maupun desa, dengan kualitas dan kuantitas yang memadai. Karena dalam sistem Islam, seorang pemimpin adalah raa’in (penggembala, pengurus) dan junnah (pelindung) rakyatnya. Dia akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT kelak di akhirat.
Ketakwaan seorang pemimpin akan mendorongnya untuk melaksanakan amanah kepemimpinannya dengan sebaik-baiknya agar tidak jadi penyesalan. Keimanannya akan mencegah dia berbuat aniaya kepada rakyatnya, lalu dia akan peduli dan bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya.
Contoh dalam sejarah, Amirul mukminin Umar bin Khattab r.a pernah berkata, ” Jika seekor keledai sampai terperosok di jalan negeri Irak, aku takut Allah akan bertanya kepadaku, Mengapa engkau tidak memperbaiki jalan untuknya?”.
Dalam sistem Islam, seorang pemimpin sampai memikirkan keselamatan hewan, apalagi keselamatan manusia, karena begitu besar rasa khawatirnya dalam mengemban amanah yang pasti akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT Yang Maha Teliti dan Maha Adil. Pemimpin yang dilandasi akidah Islam akan bersikap lemah lembut dan peduli pada rakyatnya. Tujuan Kepemimpinannya adalah melayani kebutuhan rakyat bukan melayani para kapitalis.
Sehingga dapat dipastikan hanya dalam negara dengan sistem Islamlah pembangunan infrastruktur transportasi berhasil menyejahterakan rakyat.
Views: 5
Comment here